Bab 10
"Bukankah dikatakan Selia dalam bahaya?"
Menyadari dirinya sedang dipermainkan, wajah Yosfian sedikit memucat.
Pria paling dekat dengannya tersenyum lebar, merangkul bahunya, dan mendorongnya masuk.
"Kamu 'kan Pak Yosfian, bos yang sibuk mengurus segalanya, telinga tak mendengar urusan luar, cuma Selia yang bisa memanggilmu."
"Aku bilang 'kan, antara Hestiana dan Selia, Kak Yosfian pasti memilih Selia. Lihat saja, tinju Kak Yosfian masih kencang banget."
Mengikuti ucapannya, pandangan semua orang beralih ke lengan Yosfian yang terkulai di sisi tubuhnya. Urat-urat biru menonjol memenuhi punggung tangannya, dan tinjunya yang sebesar palu meteor tampak siap menghantam kapan saja.
"Untung Hesti nggak ada di sini, kalau nggak, siap-siap kena omelan ...."
Di tengah tawa gaduh mereka, Yosfian tiba-tiba melepaskan tinjunya, merasakan darah yang sempat terhenti mengalir lagi, setelah itu dirinya baru menyadari masalahnya dan menggigil.
Kalau Hestiana ada di sini, apa yang akan dirinya lakukan?

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda