Bab 262
Setelah mendapatkan restu, Nadira merasa jauh lebih lega, dia pun segera mengirimkan pesan pada L.
L memberikan alamat Hotel Internasional Rovelia padanya.
Nadira kemudian membawa pamannya ke restoran mewah yang ada di sana. Ketika mereka naik ke lantai dua, seorang pria bertubuh tinggi sudah menunggu di sana. Dia mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan dasi yang rapi dan siluet wajah yang terlihat jelas di balik topengnya.
Pria itu sama sekali tidak terlihat tegang.
Nadira mendorong pamannya ke depan dengan perasaan yang agak cemas. Dia kemudian tersenyum dan memperkenalkannya, "L, ini pamanku, Morgan Harris."
"Paman, dia orang yang kumaksud," ujar Nadira dengan suara tersipu malu.
Ketika Beni melirik ke arah pamannya, Nadira merasakan gerakan dari kursi roda pamannya.
Dia segera menundukkan kepala dan melihat tangan pamannya menggenggam erat pegangan kursi roda. Setengah wajahnya yang tertutup oleh rambut juga berubah menjadi sangat pucat.
Beni menatap pria yang duduk di kursi r

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda