Bab 771
"Siapa, Pak?" Gadis itu terlihat bingung. Mata beningnya polos dan jujur. "Saya nggak kenal. Maaf."
Beni segera mengalihkan tatapannya. Bukankah wajar di dunia ini ada wajah-wajah yang mirip? Jangan-jangan dia terlalu banyak berpikir.
Beni mengangguk ringan, lalu berbalik dan pergi.
Tangan gadis yang memegang saputangan itu perlahan menggenggam erat. Matanya yang jernih mengilatkan sedikit obsesi, menatap punggung pria yang berjalan pergi itu.
"Nona Zahra ... "
Tidak lama kemudian, Quincy datang bersama sopir. Dia turun dari mobil dan menghampiri nonanya sambil membawa payung. "Tuan Ketiga sudah pergi, ya?"
"Menurutmu, dia bakal ingat aku nggak?" tanya Zahra. "Dia beberapa kali melirikku, tapi nggak benar-benar memperhatikan."
Quincy menjawab dengan makna tersirat, "Nggak ingat pun nanti bakal ketemu lagi, 'kan?"
Sang nona menunduk. Ujung bibirnya mengulas senyum samar.
Di rumah sakit, Beni mengetuk pintu ruang dokter dan masuk.
Dokter Yann segera berdiri menyambut sambil membawa setum

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda