Bab 19
Aku agak gugup, takut kalau perasaan masa kecil antara mereka membuat Stefan luluh.
Saat itu juga, Stefan menoleh ke arah Valentina, dan mata gadis itu pun langsung bersinar.
"Apa yang terjadi dulu, kamu memang harus minta maaf."
Tidak kusangka, kalimat pertama Stefan justru demi aku. "Kamu menghina dan menyakiti dia. Minta maaflah padanya!"
"Dia merebutmu dariku, keluargaku terpaksa mengakuinya, dan sekarang kamu malah suruh aku minta maaf?"
Valentina langsung meledak, dan menudingku dengan marah.
Stefan sama sekali tidak luluh. "Sheila, balaslah dia, seperti dia memperlakukanmu."
Aku tertegun. "Boleh?"
"Sheila, kalau aku bilang boleh, berarti boleh."
Di bawah sorotan lampu, wajahnya tampak begitu serius dan penuh dukungan, seolah-olah dia benar-benar memihakku.
Maka aku melangkah menuju Valentina, yang wajahnya kini dipenuhi rasa terhina, benci, dan putus asa. "Stefan, aku nggak pernah pukul dia. Dia hanya memfitnahku!"
Memang benar, selain tamparan itu, Valentina tidak pernah menyak

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda