Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2

Setelah makan siang, kedua ayah dan anak itu tiba di Sekolah Santra. Ferdy memegang rokok dan arak putih di tangannya dengan erat, lalu tiba di depan pintu kantor Darlon. Mereka melihat seorang pria yang botak sedang duduk di dalam sambil memegang gelas teh dan bersenandung, siapa lagi jika bukan Darlon? "Halo, Sayang. Kamu nggak perlu khawatir ... aku akan urus masalah anak dengan baik. Setelah Ujian Nasional kali ini selesai, aku akan bawa kamu berlibur. Kalau begitu sampai jumpa nanti, muah," kata Darlon sambil tersenyum dengan mesum. Ferdy mengetuk pintu dengan perlahan, hal ini membuat Darlon ketakutan sampai langsung menyembunyikan ponselnya dan kembali bersikap seperti biasa. "Silakan masuk." Mereka berdua masuk ke dalam. Saat melihat Felix, raut wajah Darlon langsung berubah. "Kenapa kamu datang lagi ke sini? Cepat pergi!" Ferdy segera meletakkan Rokok Anid dan Arak Putih Meso di atas meja. "Pak Darlon, aku bawa dia untuk minta maaf padamu ...." Darlon melirik rokok dan arak putih yang berkualitas rendah di atas meja, lalu berkata dengan nada menghina. "Kenapa? Apakah kamu mau menyuap guru yang sedang bertugas?" Ferdy berkata dengan penuh nada memohon. "Pak Darlon, aku mohon padamu! Felix sebentar lagi akan mengikuti Ujian Nasional, masa depannya akan hancur kalau kamu mengeluarkannya dari sekolah!" Darlon langsung menjatuhkan Arak Putih Meso ke lantai. "Pergi dari sini! Apa hubungannya masa depan anakmu denganku? Kalau kalian masih nggak mau pergi, aku akan panggil satpam untuk seret kalian keluar!" Saat melihat Arak Putih Meso yang hancur dan ekspresi garang Darlon, raut wajah Ferdy memucat. Dia mengambil rokok dan pecahan botol dengan tangan yang gemetar sebelum pergi keluar. Begitu keluar, kebetulan sekali terdapat seorang gadis muda sedang berdiri di depan pintu. Dia menatap Felix dengan tatapan sedih dan terkejut. Nama gadis ini adalah Nessy Kitar, dia adalah ketua kelas di Kelas C tempat dulu Felix berada. Nessy adalah tipe anak orang lain yang sangat berbakat. Nilainya sangat bagus, dia juga sangat cantik dan lembut. Dia benar-benar pantas disebut sebagai gadis tercantik di sekolah. Tentu saja dia mengetahui jika Felix dikeluarkan dari sekolah dan juga melihat adegan sebelum ini dengan jelas. Jadi Nessy diam-diam menghela napas di dalam hatinya. Dia sangat bersimpati pada Felix. Dikeluarkan saat hendak mengikuti Ujian Nasional akan menjadi pukulan telak bagi siapa pun. Selain itu, sebenarnya Nessy juga sedikit tertarik pada Felix. Meskipun nilai Felix tidak terlalu bagus, dia sangat berbakat dalam hal olahraga, terlihat sedikit galak, tapi suka menolong orang. Bahkan terkadang saat Nessy lelah belajar, dia akan pergi ke lapangan basket untuk menonton Felix bermain basket, kemudian bersorak dengan penuh semangat setiap kali pemuda ini berhasil mencetak gol di bawah sinar matahari .... Selain ini, Felix juga memiliki banyak bakat dan hobi lainnya. Dia pandai bermain gitar dan juga tenis meja. Hal yang terpenting adalah dia sangat baik. Dulu pernah ada seorang teman sekelas yang diganggu oleh seorang preman di luar sekolah, Felix-lah yang menolong orang itu .... Sayang sekali keunggulan ini dianggap sebagai hal yang melanggar aturan bagi Sekolah Santra dan hanya akan menurunkan tingkat akreditas sekolah, jadi sangat wajar jika Felix dikeluarkan. Di masa depan, Nessy ditakdirkan untuk masuk ke dalam 5 universitas bergengsi teratas berdasarkan bakatnya yang luar biasa. Sedangkan Felix mungkin bisa masuk ke universitas dengan sedikit keberuntungan atau mungkin dia hanya bisa masuk ke universitas teknik atau bahkan bekerja di lokasi konstruksi untuk berkontribusi pada industri real estat negara .... Hanya saja, kualitas universitas tidak bisa menentukan masa depan seseorang. Selain itu, Nessy juga yakin jika orang yang berbakat pasti akan bersinar pada akhirnya. Hanya saja Nessy tidak bisa menahan diri untuk merasa sedih pada saat ini. Dia dan Felix dihadapi oleh sebuah persimpangan jalan dalam hidup, sejak saat ini mereka akan berpisah dan sulit untuk bertemu lagi .... Setelah Ferdy dan Felix pergi, suasana hati Darlon menjadi jauh lebih baik. Dia melambaikan tangannya pada Nessy sambil tersenyum dengan cerah. Baginya, Nessy tidak diragukan lagi adalah kebanggaannya. Berdasarkan standar Sekolah Santra, jika seorang murid berhasil memasuki 5 universitas bergengsi di negara ini, wali kelasnya akan menerima bonus hingga 100 juta. Nessy tidak diragukan lagi adalah sebuah bongkahan emas bagi Darlon. ... Dalam perjalanan kembali, Ferdy terus mengerutkan keningnya sambil menghela napas tanpa henti. Sedangkan Felix tetap diam sepanjang jalan, tapi hatinya dipenuhi oleh emosi. Setelah selesai makan malam, Ferdy menyemangati Felix untuk terus belajar dan harus mengikuti Ujian Nasional tidak peduli apa pun yang terjadi. Mery sangat terkejut saat melihat pakaian Felix menjadi lebih pendek, dia berencana untuk membelikan dua pakaian baru untuknya. Setelah kedua orang tuanya pergi, Felix segera kembali ke kamar untuk belajar. Kejadian hari ini benar-benar sangat mengejutkan Felix, tapi hal yang lebih membuatnya merasa sedih adalah sikap rendah hati ayahnya saat memunguti rokok dan pecahan botol arak yang berserakan, serta kekejaman Darlon. Hanya saja, hal yang paling membuat Felix merasa sedih adalah tatapan kasihan di mata Nessy saat menatapnya. Felix mengakui jika dia pernah berimajinasi tentang gadis seperti Nessy, tapi dia mengetahui jika terdapat perbedaan yang besar di antara mereka. Hanya saja semuanya sudah berbeda sekarang, Felix merasa dia mampu mengubah takdirnya. Dia menghabiskan waktunya sepanjang sore untuk belajar. Semua soal yang sulit sudah tidak lagi terasa sulit baginya. Keesokan paginya, Ferdy kembali membawa Felix keluar rumah sambil membawa rokok dan arak putih. Tujuan mereka adalah sekolah SMA swasta yang bernama Sekolah Tersu. Sekolah ini terletak di seberang Sekolah Santra. Dibandingkan dengan anak-anak pintar di Sekolah Santra, Sekolah Tersu adalah tempat perkumpulan murid-murid yang tidak berprestasi. Mereka berdua mendatangi sebuah kantor. Kemudian seorang guru yang muda menyambut mereka. Ferdy meletakkan rokok dan arak putih di atas meja, lalu mengobrol selama beberapa saat. Setelah itu, dia memanggil Felix untuk berkenalan dengan Pak Kenzo. Setelah Felix menyapanya, Kenzo Handra segera membuka Rokok Karman yang diberikan oleh Ferdy, kemudian mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya dengan perlahan. "Namamu Felix Jarma, 'kan? Aku akan terima kamu demi ayahmu. Tapi aku harap kamu mematuhi aturan dan nggak buat masalah selama satu bulan ke depan. Kalau nggak, jangan salahkan aku saat aku mengeluarkanmu!" Kenzo sudah melihat informasi tentang Felix, anak ini hanya mendapat nilai 300-400 dalam ujiannya, Kenzo juga tidak berharap apa pun pada anak ini, yang penting dia tidak membuat masalah. Setelah Ferdy pergi, Kenzo membawa Felix ke ruang kelas untuk memulai pembelajarannya secara resmi. Ruang kelas dipenuhi dengan anak-anak yang bermain kartu, permainan di ponsel, ada juga yang tidur tanpa mengenakan baju dan juga ada setengah anak yang bolos. Saat Felix muncul di dalam kelas sebagai murid pindahan, hal ini membuat sedikit keributan. Hanya saja Felix mengabaikan semua ini. Selama satu bulan ini, Sekolah Tersu hanyalah wadahnya untuk mengikuti Ujian Nasional. Felix membutuhkan wadah ini sebagai batu loncatan untuk menunjukkan kemampuannya di dalam ujian .... Satu hari segera berlalu. Saat bel pulang sekolah berbunyi, Felix mengemasi barang-barangnya dan berjalan keluar. Langit di luar sangat cerah, suasana hati Felix juga terasa sangat santai dan hangat. Pembelajaran dan latihan selama dua hari ini telah membuat nilai Felix semakin baik. Dulu Felix sama sekali merasa dia tidak mungkin bisa diterima di universitas, tapi kali ini Felix yakin dia bisa .... Rasa percaya dirinya semakin meningkat. Sebelum takdir ditentukan, siapa pun memiliki kesempatan untuk sukses. Tepat pada saat ini, bel Sekolah Santra di seberang juga berbunyi bagaikan angin musim semi dan mengusir rasa lelah para murid. Jika dibandingkan dengan murid Sekolah Santra, murid Sekolah Tersu terlihat sedikit lebih buruk. Tidak peduli apakah itu nilai akademis atau latar belakang keluarga, murid-murid di Sekolah Santra bagaikan bintang yang cerah di Kota Karlis dan menerangi masa depan mereka. Bahkan murid-murid yang berbakat di Sekolah Tersu terlihat biasa saja di depan murid biasa Sekolah Santra. Hanya saja bagi Felix, sekolah yang dulunya begitu gemilang telah menjadi sebuah tempat singgah di dalam hatinya. "Felix!" Suara ini langsung menghentikan pikiran Felix.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.