Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3

Felix melihat dua sosok yang familiar sedang melambai ke arahnya dari toko percetakan. Kedua orang itu adalah teman masa kecil Felix yang bernama Aldo Laram dan Kevin Garom. Saat melihat kedua temannya, Felix akhirnya tersenyum setelah sekian lama tidak tersenyum. Kevin menghampiri Felix, lalu meninju dadanya sambil menatapnya dengan khawatir. "Aku dengar kamu dikeluarkan sama Si Botak? Dia benar-benar sangat jahat!" Kevin juga berkata dengan marah. "Bagaimana dengan Ujian Nasionalmu? Kamu nggak mungkin nggak ikut ujian, 'kan?" Saat menghadapi kekhawatiran kedua teman masa kecilnya, Felix berkata dengan senang. "Kalian nggak perlu khawatir, aku sudah bersekolah di Sekolah Tersu." Mereka berdua akhirnya menghela napas lega. Aldo menepuk bahu Felix. "Bagus sekali! Kamu harus giat belajar dan dapat nilai yang bagus di Sekolah Tersu, biarkan Si Botak terkesan padamu!" Tidak peduli bagaimana nilai Felix, mereka berdua hanya bisa menyemangati Felix agar dia bisa meninggalkan keterpurukannya. Pada saat ini, terdengar suara langkah kaki yang ringan dan juga samar-samar tercium aroma yang manis. Seorang gadis yang cantik berjalan masuk ke dalam, rambut panjangnya berkibar bagaikan awan, senyumannya juga terlihat indah. Orang ini adalah Nessy! Nessy juga sedikit terkejut saat melihat Felix, tapi dia segera berkata sambil tersenyum dengan cerah. "Halo, Felix!" Suaranya bagaikan angin musim semi yang menghangatkan hati seseorang. Hati Felix sedikit tergerak saat melihat senyuman cerahnya, dia berkata sambil tersenyum tipis. "Halo juga." Setelah itu, tatapannya tertuju pada kertas ujian di tangan Nessy. "Apakah kamu bisa kasih satu kertas ujiannya padaku?" Nessy sedikit terkejut, dia tidak mengerti kenapa Felix menginginkan kertas ujian ini, apakah Felix akhirnya ingin giat belajar? Dia segera memberi kertas ujian ini pada Felix. Hanya saja dia menghela napas di dalam hatinya. Waktu satu bulan sangat singkat, dia berharap Felix bisa membuat keajaiban. Setelah berpisah dengan Nessy, Felix kembali ke rumah bersama Kevin dan Aldo. Hanya tinggal satu bulan sebelum Ujian Nasional yang akan menentukan nasib Felix, tapi dia sama sekali tidak terlihat panik karena waktu yang mendesak. Hal pertama yang dilakukan oleh Felix begitu kembali ke rumah adalah belajar. Felix bagaikan sebuah spons yang berusaha untuk menyerap setiap ilmu dari materi SMA sampai kuliah. Saat melihat Felix belajar dengan giat di dalam kamarnya, Ferdy dan Mery merasa sangat bangga. Ferdy berkata sambil menghisap pipa rokoknya. "Selama Felix belajar dengan giat, aku bisa terima hasil apa pun. Meskipun dia masuk ke universitas tingkat tiga, itu juga merupakan sebuah kehormatan besar bagi keluarga ini. Kalau dia benar-benar nggak lulus, dia bisa coba lagi di tahun depan." Matahari pagi menyinari jalan setapak sekolah. Aldo dan Kevin mengetuk pintu Felix seperti biasa, lalu pergi bersama-sama pergi ke sekolah. Mereka bertiga telah berteman sejak kecil dan juga tidak memiliki prasangka yang buruk karena kegagalan Felix. Saat Felix mengalami kesulitan, mereka selalu menemani Felix dan menghadapi tantangan bersama dengannya. Saat Felix tiba di kelas, suara bacaan pagi tidak terdengar dengan jelas. Karena terdapat banyak siswa yang memanfaatkan kesempatan saat guru tidak hadir untuk makan sarapan, membaca novel dan tidur .... Felix yang tenggelam dalam bukunya terlihat berbeda dengan murid-murid di sekitar. Setelah selesai belajar mandiri di pagi hari, Kenzo yang merupakan wali kelas baru Felix masuk ke dalam kelas sambil membawa setumpuk kertas ujian, lalu mengumumkan jika hari ini mereka akan mengikuti ujian. Semakin waktu Ujian Nasional mendekat, ujian-ujian kecil semacam ini sudah menjadi hal yang wajar. Bagi murid yang lain, ini adalah waktu yang tepat untuk tidur. Tapi bagi Felix, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menguji hasil pembelajarannya. Dia sangat menantikan ujian ini, agar dia bisa melihat kemajuan dan kekurangannya. Selama ujian, Felix benar-benar mengerjakan setiap soal dengan serius, sama sekali tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk meraih nilai yang tinggi. Penanya menari-nari di atas kertas, seolah-olah sedang menggubah lagu untuk masa mudanya. Keesokan paginya, sinar matahari menyinari jendela kantor dan meja Kenzo. Saat dia memasuki ruangan yang familiar ini, dia dihentikan oleh suara guru fisika yang antusias. "Pak Kenzo, apakah ada murid baru yang bernama Felix Jarma di kelasmu?" Guru fisika bertanya sambil membenarkan letak kacamatanya. Kenzo mengangguk. "Kenapa? Apakah dia melanggar aturan sekolah lagi?" Guru fisika mengambil selembar kertas ujian di atas setumpuk kertas, lalu menyerahkannya pada Kenzo. "Lihatlah, total nilai ujian fisika adalah 108, tapi dia dapat 100. Dia benar-benar sangat hebat." Kenzo melirik kertas ujian itu, lalu membuka matanya lebar-lebar. Di Sekolah Tersu, murid yang mendapatkan nilai 80 dalam mata pelajaran fisika sudah dianggap sangat baik, tapi tidak disangka Felix mendapatkan nilai 100! Sulit untuk dipercaya. Pada saat ini, guru kimia juga mendekat. "Benar, benar, aku juga ingat dengan anak yang bernama Felix. Dia dapat nilai 103 dari 120 untuk kimia. Sepertinya dia sangat berbakat dalam sains." Jantung Kenzo berdetak dengan cepat, ini adalah nilai yang sangat langka di Sekolah Tersu. Dia tidak bisa menahan diri untuk berlari ke kantor guru bahasa, lalu bertanya dengan cemas, "Harris, apakah kamu sudah periksa kertas ujian kemarin?" Guru bahasa mendongak untuk menatapnya, lalu menyerahkan kertas ujian sambil tersenyum. "Sudah selesai! Apakah ada murid pindahan yang bernama Felix di kelasmu? Esainya benar-benar sangat luar biasa, ini adalah pertama kalinya aku merasa puas dengan esai seseorang dan kasih nilai 58. Aku sengaja mengurangi dua poin agar dia nggak merasa sombong." Kenzo mengambil kertas ujian, lalu melihat Felix mendapatkan nilai 142 dalam ujian bahasanya! Dia kembali mendatangi kantor guru matematika. Tidak disangka guru matematika berinisiatif menyapanya. "Muridmu yang bernama Felix dapat nilai 145 dalam ujian matematikanya, dia benar-benar sangat hebat!" Kenzo benar-benar tercengang dengan nilai ujian Felix. Nilai mata pelajaran bahasa adalah 142, nilai matematika adalah 145, nilai bahasa Indrus adalah 133 dan nilai sains adalah 268. Totalnya mencapai 688! Angka di keempat kertas ujian ini benar-benar membuat Kenzo tercengang. Meskipun tingkat kesulitan ujian kali ini tidak terlalu tinggi, bisa mendapatkan total nilai 688 adalah sebuah hal yang sangat mengejutkan. Nilai seperti ini sudah memenuhi syarat untuk masuk ke dua universitas terbaik. Hal ini belum pernah terjadi dalam sejarah Sekolah Tersu. Jika diingat-ingat pada kejadian dua tahun yang lalu, Sekolah Tersu pernah menghabiskan banyak uang untuk merekrut seorang murid yang sangat berbakat. Tapi pada akhirnya murid itu hanya berhasil diterima di Universitas Rialta. Meskipun seperti itu, ini adalah pencapaian terbesar Sekolah Tersu sepanjang sejarah. Hal ini membuat reputasi mereka meningkat dan menarik lebih banyak murid yang berprestasi. Hanya saja pada saat ini seorang murid yang dikeluarkan dari Sekolah Santra malah mendapatkan nilai yang sangat tinggi, yaitu 688. Murid ini bahkan berpotensi untuk memecahkan rekor sekolah dan memasuki dua universitas terbaik! Hal ini terasa seperti dongeng dan sulit untuk dipercaya. Kenzo segera tersadar kembali dari keterkejutannya dan mulai menganalisa hal ini dengan tenang. Tidak terdapat banyak orang bodoh di dunia ini, terutama para guru yang berpengalaman di Sekolah Santra. Kalau Felix memang sepintar itu, bagaimana mungkin mereka melepaskannya begitu saja? Selain itu, nilai Felix di Sekolah Santra hanya sekitar 300 sampai 400. Bagaimana mungkin nilainya bisa meningkat setinggi ini dalam waktu yang singkat? Selain itu, Sekolah Santra memiliki murid yang bisa memasuki dua universitas terbaik di dalam negeri setiap tahunnya. Dia memperlakukan murid-murid ini seperti harta karun dan takut direbut oleh sekolah lain. Mengeluarkan murid yang berkesempatan memasuki dua universitas terbaik sama sekali tidak mungkin. Satu-satunya kemungkinan adalah Felix menyontek.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.