Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 4

Hal ini tidak sulit untuk dipahami. Lagi pula, hampir semua soal ujian Sekolah Tersu adalah soal rahasia yang didapatkan dari Sekolah Santra. Mungkin Felix sudah pernah mengerjakan soal ini di Sekolah Santra sebelum memasuki Sekolah Tersu dan juga pernah menerima penjelasan khusus dari gurunya. Saat memikirkan hal ini, Kenzo merasa jijik dengan perbuatan Felix, bahkan merasa sangat memalukan. Seseorang boleh menyontek dalam ujian bulanan, tapi siapa yang memberikan keberanian untuk menyontek dalam Ujian Nasional? Demi mengingatkan Felix untuk memperbaiki sikapnya, Kenzo memutuskan untuk berbicara dengannya. Setelah selesai belajar mandiri di pagi hari, Kenzo memanggil Felix ke kantornya. Tapi ekspresi Felix terlihat tenang, sama sekali tidak menunjukkan ekspresi panik atau malu karena ketahuan menyontek. Rasa jijik Kenzo semakin meningkat, dia bertanya, "Apa pendapatmu terhadap hasil ujianmu kali ini?" Dia berharap Felix bisa berinisiatif mengaku jika dia menyontek. Felix kebingungan saat ditanya seperti ini, karena dia sendiri juga tidak tahu seberapa bagus nilainya. Dia juga tidak tahu kenapa Kenzo bisa bertanya seperti ini, jadi dia hanya bisa berkata dengan jujur. "Aku merasa nilaiku lumayan bagus." Ekspresi polos Felix membuat Kenzo semakin marah, dia mengira Felix sedang pura-pura bodoh dan menghina kecerdasannya. Kenzo menepuk meja dengan marah, lalu berkata dengan lugas. "Aku nggak suka murid yang menyontek, kamu juga nggak akan pernah masuk ke universitas yang bagus kalau menyontek. Kamu cuma sedang menipu dirimu sendiri dan orang tuamu, tapi hal ini nggak akan bisa mengubah kenyataan." Saat menghadapi tuduhan dan ekspresi Kenzo, Felix akhirnya mengerti apa yang sedang dipikirkan olehnya. Ternyata Kenzo salah paham, mengira dia bisa mendapatkan nilai setinggi itu karena menyontek. Felix merasa sedikit tidak berdaya, tapi dia tetap menjawab dengan tegas. "Pak, kamu salah paham padaku." Hanya saja, Kenzo sama sekali tidak memercayai ucapan Felix. Dia merasa Felix tidak mungkin bisa mendapatkan nilai setinggi ini sendirian. Dia kembali bertanya. "Nggak menyontek? Kalau begitu kasih tahu padaku bagaimana kamu bisa dapat nilai yang hampir mencapai 700 itu?" Felix menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab dengan tenang. "Tentu saja karena aku belajar dengan giat dan sungguh-sungguh." Meskipun Felix juga merasa hasil ujiannya bisa setinggi ini karena keberuntungan yang tidak terduga, dia sama sekali tidak menyontek. Saat mendengar jawaban Felix yang begitu tegas, Kenzo malah menjadi sedikit ragu-ragu. Dia berpikir dengan saksama, lalu menyimpulkan jika Felix benar-benar pernah mengerjakan soal ujian ini di Sekolah Santra dan menerima penjelasan dari gurunya, maka nilai tinggi Felix sama sekali bukan hasil menyontek. Itu berarti dia mendengar penjelasan gurunya dengan saksama dan menguasai materi yang relevan. Kenzo akhirnya berkata sambil menghela napas. "Aku harap kamu bisa mempertahankan nilai yang tinggi di Ujian Nasional. Tapi semua yang kamu lakukan harus sesuai dengan hati nuranimu dan juga harapan orang tuamu!" Setelah Felix meninggalkan kantor, guru matematika berkata sambil membenarkan letak kacamatanya. "Pak Kenzo, apa anak ini benar-benar dapat nilai 688? Dia bahkan mungkin bisa masuk Universitas Sarsa atau Universitas Perlan! Kamu akan memecahkan rekor di sekolah ini dan jadi orang kaya!" Kenzo menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, dia sama sekali tidak menganggap penting ucapan guru matematika. Memasuki Universitas Sarsa atau Universitas Perlan? Itu sama saja seperti mimpi di siang bolong. Menjelang Ujian Nasional, setiap murid mengalami banyak penyiksaan. Ada yang memilih untuk bolos, ada juga yang belajar tanpa henti setiap harinya dan berharap bisa masuk ke universitas yang diinginkan. Felix termasuk dalam kategori yang terakhir. Meskipun Felix sangat berbakat, ilmunya sangat tertinggal jauh selama tiga tahun di SMA. Meskipun dia memiliki nilai yang tinggi, ilmunya tidak terlalu banyak. Dia harus bekerja 10 kali lebih keras daripada orang lain pada bulan ini dan menunjukkan kemampuannya. Felix sudah tidak lagi puas hanya diterima di universitas tingkat dua atau pertama yang biasa. Dia berharap bisa memiliki hasil ujian yang bagus dan menjadi pencetak sejarah. Ferdy dan Mery merasa sangat senang saat melihat putra mereka sudah berubah dan menjadi anak yang giat belajar. Tapi mereka mengetahui jika nilai akademis Felix sangat buruk, rasa pesimis langsung menyelimuti hati mereka. Selama satu bulan terakhir, Felix tenggelam di antara lautan buku. Dulu Sekolah Tersu akan mengadakan ujian kecil setiap tiga hari dan ujian besar selama 5 hari, tapi sekarang berubah menjadi ujian setiap dua hari. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, Felix sengaja mengendalikan nilainya menjadi sekitar 300 sampai 400. Setelah kembali ke "tingkat normal", Kenzo langsung melonggarkan kewaspadaannya dan semakin yakin jika nilai tinggi Felix sebelum ini didapatkan karena sontekannya. Selain belajar, Felix juga mengetahui jika dia harus bersantai. Jika dia terus belajar tanpa henti, hal ini malah akan menimbulkan hasil yang buruk. Dia akan mencari cara untuk menghilangkan stresnya dengan bermain basket, bela diri, tenis meja, bermain gitar, menulis lirik dan menggubah musik. Felix menyadari jika sejak tubuhnya mengalami perubahan, kekuatan, pemikiran, kelincahan dan analisisnya telah melampaui manusia biasa. Dulu dia akan terengah-engah saat berlari beberapa kilometer, tapi sekarang dia bisa menyelesaikan seluruh maraton dengan mudah. Slam dunk 360 derajat juga menjadi hal yang mudah baginya. Dulu Felix pernah kesulitan memahami melodi saat bermain gitar. Hanya saja sekarang Felix hanya perlu mendengar sebuah lagu sekali, lalu Felix akan memainkan lagu itu dengan sempurna pada keesokan harinya, bahkan lebih bagus daripada versi aslinya. Dia bahkan juga menggubah dan menulis lagu untuk sekolah, lagu ini mengungkapkan rasa rindu mereka kepada para murid yang akan lulus serta harapannya terhadap masa depan. Selain itu, Felix juga mengunggahnya di internet. Lagu ini memiliki melodi yang indah dan lirik yang bagus, setidaknya ini adalah hal yang diyakini oleh Felix. Bel pulang sekolah berbunyi, Felix berjalan meninggalkan sekolah dengan santai. Meskipun keraguan Kenzo pernah mengganggu hatinya. Keraguan itu telah menjadi penyemangatnya pada saat ini. Di luar gerbang sekolah, Aldo dan Kevin sudah menunggunya. Mereka bertiga bersepeda bersama sambil mengobrol tentang masa depan mereka dan universitas mana yang ingin mereka masuki. Percakapan mereka beralih ke pesta kelulusan dan surat kelulusan. Aldo berkata. "Felix, ada banyak teman-teman yang mau kamu tulis surat kelulusan. Kamu nggak boleh bermalas-malasan." "Baiklah." Felix menjawab sambil tersenyum. Meskipun dia sudah dikeluarkan dari Sekolah Santra, dia mengetahui jika pertemanan di masa sekolah itu sangat murni. Hubungan selama tiga tahun saat belajar bersama, sama sekali tidak memudar karena apa yang telah dia alami. Sebaliknya, dukungan dan dorongan dari teman-temannya malah memperkuat tekad Felix untuk melanjutkan studinya di Sekolah Tersu. "Omong-omong Kelas B dan C akan mengadakan reuni kelulusan bersama setelah ujian berakhir, kamu jangan sampai lupa datang," ujar Aldo. Kelas B dan C memiliki hubungan pertemanan yang erat karena mereka sering mengadakan kegiatan bersama-sama saat masih SMP. Mereka bertiga kembali ke tempat pemukiman yang tua sambil bersepeda. Dari kejauhan mereka melihat sebuah mobil Mercedes-Benz hitam terparkir di persimpangan, kemudian seorang gadis yang cantik keluar dari mobil .... "Dia adalah Sherly!" teriak Kevin. Tatapan Aldo dan Felix langsung tertuju ke arah gadis itu. Tubuh Sherly Sumar sangat tinggi, dia juga sangat cantik dan memiliki rambut yang panjang. Kemunculannya membuat segala hal di sekitar terlihat pucat. Sherly tidak hanya murid di Kelas B, tapi juga merupakan teman dekat Kevin, lalu tumbuh bersama dengan Felix dan Aldo di tempat pemukiman yang tua. Meskipun Sherly berteman dengan mereka bertiga sejak kecil, perbedaan nasib di antara mereka telah menciptakan jurang pemisah yang tidak terlihat di antara mereka. Ayah Sherly memanfaatkan kesempatan dari kemajuan zaman dan menjadi tokoh yang terkenal di industri real estat. Seiring dengan bisnisnya yang semakin berkembang, Sherly pindah dari tempat pemukiman tua ke vila yang paling mewah di kota ini. Sherly tidak hanya cantik dan kaya, tapi juga sangat berbakat. Dia telah belajar musik sejak kecil dan juga merupakan murid Jaysen Larata yang merupakan guru musik terkenal di dalam negeri, masa depannya benar-benar sangat cerah ....

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.