Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 5

Sherly adalah gadis yang mereka bertiga sukai saat masih kecil. Hanya saja, mereka hanya berani menyimpan perasaan ini di dalam hati mereka, karena jarak di antara mereka benar-benar sangat besar. Saat melihat mereka bertiga, Sherly menyapa Aldo dan Kevin terlebih dahulu. Tapi dia sedikit terkejut saat melihat Felix, terlihat jelas jika dia juga mengetahui kabar bahwa Felix telah dikeluarkan dari sekolah. Dia menghela napas di dalam hatinya karena merasa kasihan pada Felix. Dikeluarkan dari sekolah sama saja dengan kehilangan masa depan. Hanya saja Sherly tidak ingin Felix merasa dia mengabaikannya, jadi Sherly tersenyum dengan cerah setelah ragu-ragu sejenak. "Halo, Felix!" Hanya saja, Felix bisa melihat tatapan kasihan di matanya. Hanya orang lemah yang akan menikmati rasa kasihan ini. Hati Felix hanya menegang selama beberapa saat, tapi dia segera tersenyum dengan cerah. "Apakah kamu kembali untuk menemui kakekmu?" Saat ini Felix cukup kuat dan memiliki pemikiran yang terbuka, dia yakin jika dia pasti bisa mengejutkan mereka yang tidak optimis padanya. Selain itu, hari itu tidak lama lagi akan tiba. Sherly mengangguk. "Hm! Aku datang untuk menemui Kakek, sekalian menemui Pak Jaysen. Dia jauh-jauh datang dari ibu kota untuk mewawancaraiku." Aldo berkata dengan terkejut. "Jaysen yang menyanyikan lagu Teman yang Tidur Bersama? Dia mau jadi gurumu?" Sherly mengangguk dengan sedikit ekspresi bangga di wajahnya. Aldo dan yang lain mengaguminya. Tidak peduli apakah itu di masa lalu atau masa kini, posisi Jayden di dunia musik sangat kokoh. Banyak lagunya seperti "Teman yang Tidur Bersama" telah dinyanyikan di seluruh negeri dan dianggap sebagai lagu yang klasik. Sebuah stasiun televisi bahkan membuat laporan khusus tentangnya, kemudian menobatkan Jaysen sebagai tokoh yang sangat berpengaruh di dunia musik selama 20 tahun terakhir. Bisa menjadikan guru musik yang seterkenal ini menjadi gurunya, hal ini tidak diragukan lagi telah mengangkat Sherly ke tingkat yang lebih tinggi. Bagi Aldo dan yang lain, Sherly seperti telah mencapai puncak kehidupannya. Masa depannya sangat cerah, setidaknya lebih cerah daripada masa depan mereka. Jadi Aldo dan Kevin tidak bisa menahan diri untuk menyanjung Sherly dalam percakapan mereka. Bagi mereka, Sherly seperti angsa di tengah awan. Sedangkan mereka bertiga seperti katak yang meneteskan air liur di dalam sumur. Aldo bertanya dengan hati-hati. "Uh ... Sherly, kelas kalian dan kelas kami akan mengadakan pesta kelulusan pada tanggal 10 nanti. Apakah kamu akan datang?" Sherly sangat cantik. Jika dia tidak datang ke pesta kelulusan, maka itu akan menjadi penyesalan terbesar mereka. "Tentu saja aku akan datang." Sherly mengangguk dengan perlahan. Saat Aldo dan yang lain menghela napas lega, Sherly mengibaskan rambutnya, lalu mengikuti ayahnya berjalan ke dalam gang di tengah angin yang sepoi-sepoi. Menjelang Ujian Nasional, setiap murid berfokus pada masalah kelulusan mereka. Felix menerima banyak surat kelulusan dari teman-temannya di Sekolah Santra, sebagian besar dari mereka adalah teman laki-laki yang dekat dengannya. Dia sangat terharu karena mereka masih mengingatnya. Hanya saja, Felix sangat terkejut saat melihat surat yang terselip di antara surat-surat yang lain Tidak disangka itu adalah surat yang ditulis oleh Nessy. "Seorang laki-laki harus punya ambisi yang tinggi agar nggak menyia-nyiakan masa mudanya. Aku percaya dengan bakatmu. Nggak peduli apakah kamu berhasil masuk ke universitas atau nggak, masih ada banyak pilihan di dalam kehidupanmu. Kalau kita bertemu lagi di masa depan, aku harap kita bisa punya kehidupan yang baik." Kata-kata yang singkat ini berhasil membuat Felix merasa sangat senang! Dia terus memikirkan sosok gadis cantik dengan rambut sepinggang di dalam benaknya. Sebenarnya Felix mengetahui jika terkadang Nessy akan pergi ke lapangan untuk menonton para laki-laki bermain basket. Selain itu setiap kali dia datang, semua orang akan bermain dengan sangat serius dan berusaha menunjukkan kemampuan mereka. Semua laki-laki sangat ingin menarik perhatian dewi yang cantik ini. Bahkan satu lirikan matanya bisa membuat pemuda mana pun merasa senang. Mungkin Nessy sendiri juga tidak percaya jika pada suatu hari Felix benar-benar akan berubah drastis? Jadi dia menulis terdapat banyak pilihan dalam kehidupan dan masa depan. Nessy sedang menyemangatinya untuk jangan menyerah atau putus asa. Felix berpikir jika dia memiliki kesempatan, dia ingin mencari tahu universitas mana yang akan dimasuki oleh Nessy. Jika pada suatu saat di akhir musim panas tahun ini, dia dan Nessy muncul di universitas yang sama atau di jurusan yang sama atau bahkan di kelas yang sama. Ketika membayangkan ekspresi terkejut Nessy saat melihat Felix berada di depannya, bukankah adegan itu terlihat sangat indah? Pada hari terakhir sebelum Ujian Nasional tiba, terjadi kegiatan perobekan buku skala besar di Sekolah Tersu dan Sekolah Santra. Ini adalah kegilaan terakhir para murid sebelum mengikuti ujian. Mereka memilih untuk meringankan beban mereka dan memulai apa yang menjadi pertempuran terpenting dalam kehidupan mereka. Sedangkan Felix juga diam-diam menunggu hari kebangkitannya. Akhirnya hari Ujian Nasional tiba! Ramalan cuaca menunjukkan jika suhu Kota Karlis akan mencapai 38 derajat celcius hari ini yang merupakan suhu tertinggi. Hawa panas sudah terasa sejak pagi. Saat Felix bangun di pagi hari, Mery menyiapkan susu kedelai dan cakwe untuknya. Saat melihat Felix makan dengan lahap, Mery berkata, "Felix, santai saja, jangan terbebani." Ferdy mengupas telur pindang untuk Felix, lalu berkata. "Selama kamu berusaha dengan keras, kami bisa terima semua hasilnya dengan lapang dada." Felix mengetahui jika orang tuanya sedang meringankan bebannya, jadi dia berkata sambil tersenyum. "Aku pasti akan berusaha keras untuk dapat nilai yang terbaik!" Saat melihat sikap bijaksana putra mereka, Ferdy dan Mery tersenyum dengan senang. "Selama kamu bersedia berusaha dengan keras, meskipun kamu gagal, apa salahnya kamu ulang satu tahun lagi?" Setelah menikmati sarapan, Felix menyiapkan semua dokumen yang perlu dibawa, lalu berjalan menuju masa depan dengan santai. Tempat ujian Felix berada di Sekolah Santra yang berbeda dengan Aldo dan Kevin, jadi dia naik bus sendirian. Pada hari Ujian Nasional, terdapat banyak kendaraan amal yang menyediakan tumpangan gratis bagi peserta ujian di jalanan. Meskipun lalu lintas padat, arus lalu lintasnya sangat lancar. Felix menaiki bus yang sangat familiar baginya menuju tempat ujian. Terdapat banyak murid sekolah lain yang juga duduk di dalam bus, semuanya belajar dengan giat. Bus melaju di jalanan, Felix memejamkan matanya untuk beristirahat. Tiba-tiba terdengar keributan di dalam bus. Saat Felix membuka matanya, dia melihat seorang pria yang kekar sedang memegang pisau sambil berteriak dengan keras. "Aku sudah nggak mau hidup lagi, aku mau balas dendam pada masyarakat dan buat kalian semua mati bersamaku!" Tiba-tiba dia menikam seorang orang tua. Meskipun orang tua itu berhasil menghindari serangan fatal, pisau itu tetap menusuk pahanya dan mengeluarkan darah. Insiden ini langsung membuat orang-orang di dalam bus berteriak dan menangis ketakutan. Setelah menikam orang tua itu, pria itu berjalan di dalam bus sambil menggoyangkan pisaunya. Beberapa penumpang tidak bisa menghindar dan tertusuk, mereka terjatuh ke tanah dengan tubuh yang berlumuran darah. Situasi di dalam bus mulai mengacau, bus juga mulai kehilangan kendalinya. Saat menghadapi pembunuh yang gila, entah dari mana keberanian itu berasal, Felix tiba-tiba berdiri dan menerjang ke arah pembunuh. Meskipun jarak mereka masih jauh, pembunuh itu menyadari pergerakan Felix dan berteriak dengan keras. "Beraninya kamu melawanku, apakah kamu sudah bosan hidup?" Dia mengangkat pisau dan mengarahkannya ke dada Felix. Orang tua itu segera berteriak dengan keras, "Anak muda, hati-hati!" Hanya saja Felix seperti bisa meramalkan masa depan, dia berhasil menghindari serangan si pembunuh dengan mudah. Reaksinya sangat cepat, seolah-olah dia bisa menangkap gerakan si pembunuh sebelum pihak lain bergerak.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.