Bab 9
Kalian harus mengetahui jika artis-artis yang berada di dalam 10 besar peringkat tangga lagu adalah orang yang sangat berbakat. Lagu-lagu mereka didengar oleh semua orang di dalam negeri, setiap perbuatan mereka menarik perhatian industri hiburan.
Sangat sulit bagi artis yang baru saja debut untuk menembus 50 besar di peringkat tangga lagu secara keseluruhan, apalagi 5 besar.
Lagu "Waktu" telah dianggap sebagai lagu yang populer. Jika momentumnya terus meningkat, penyanyi di balik lagu ini pasti akan menjadi legenda musik dan tidak lama lagi akan menjadi orang yang terkenal.
Hanya saja karena ini adalah lagu baru, meskipun semua orang menyukai lagu ini, hanya sedikit orang yang benar-benar bisa menyanyikannya. Aldo tiba-tiba menunjuk Felix, lalu berkata, "Felix bisa menyanyikan lagu itu."
Tatapan semua orang langsung tertuju ke arah Felix.
Felix langsung merasa gugup.
"Kata siapa aku bisa?"
Aldo tersenyum dengan lebar. "Apakah kamu lupa? Pada malam Ujian Nasional, kamu bilang padaku kalau kamu bisa menyanyikan lagu itu."
Felix langsung menatap Aldo dengan marah, tidak disangka anak ini menjual namanya lagi?
Awalnya Felix ingin menolak hal ini. Sebelum semuanya berkembang dengan baik, menjadi populer di masa muda sepertinya bukanlah sebuah hal yang baik.
Hanya saja murid-murid yang lain mulai membujuk Felix, bahkan Nessy yang berada di samping juga menatapnya dengan penuh harap.
"Felix, apakah kamu benar-benar bisa menyanyikan lagu ini?"
Felix merasa tidak enak jika langsung menolak, jadi dia mencari alasan.
"Aku baru bisa nyanyi kalau ada gitar."
Siapa yang akan membawa gitar saat sedang berkumpul dengan teman? Terlihat jelas jika Felix sedang mencari alasan agar tidak perlu bernyanyi.
"Di sini ada gitar."
Tiba-tiba seseorang berkata sambil menyerahkan sebuah gitar dari sudut.
Felix sangat ingin menendang orang itu ke dalam sungai, siapa yang akan membawa gitar saat sedang berkumpul dengan teman-temannya?
Hanya saja pada saat itu gitar itu sudah berada di tangan Felix, dia sudah tidak memiliki alasan untuk menolak lagi!
Felix mengambil gitar sambil tersenyum dengan masam, lalu terdengar suara tepuk tangan yang meriah. Mereka sangat menantikan lagu ini. Masa-masa kelulusan dipenuhi dengan kesedihan dan perpisahan, karena mereka akan segera tersebar di seluruh dunia seperti bunga dandelion. Saat mereka mendengar lagu ini di masa depan, lagu ini pasti akan dipenuhi dengan kenangan ....
Felix memetik gitar dua kali dengan lembut, lalu mengaturnya. Setelah terbiasa dengan gitar ini, dia mulai bernyanyi dengan lembut ....
Waktu mengalir bagaikan air.
Kata-kata yang ditulis dengan pena menghilang bagaikan pasir.
Masa muda terlihat seperti mimpi.
Hanya saja kita akan berpencar ke berbagai penjuru.
Apakah kamu masih mengingat gadis cantik berpakaian putih?
Apakah kamu masih mengingat pemuda yang berlari bersama angin?
Semua ini ....
Menghilang di tengah langit yang luas ....
Melodi lagu ini sangat menarik. Saat pertama kali membuat lagu ini, Felix hanya menyanyikannya secara akapela dengan gitar. Setelah itu dia melakukan beberapa perubahan sebelum mengunggahnya ke internet.
Saat dia menyanyikan lagu ini dengan gitar, semua orang yang hadir bisa merasakan emosi perpisahan. Sebentar lagi masa SMA mereka akan berakhir, mereka juga akan segera berpisah. Lagu ini mengingatkan mereka pada masa muda mereka.
Saat lagu mencapai puncaknya, terdapat banyak orang yang terharu.
Mereka tidak bisa menahan diri untuk bernyanyi mengikuti melodi ini.
Felix memainkan gitar dengan terampil dan bebas, ditambah dengan suaranya yang begitu indah. Meskipun tidak dilakukan pengubahan, serta diganggu oleh suara angin sungai dan ombak, suara Felix tetap menggetarkan hati setiap orang di sini.
Akhirnya lagu ini berakhir.
Angin masih terus meniup permukaan sungai, tapi hati semua murid tidak bisa merasa tenang. Seolah-olah mereka masih tenggelam di dalam lagu ini.
Suara nyanyian Felix bagaikan musik di surga, membuat seseorang merasa seperti sedang berada di dalam konser yang menggetarkan jiwa. Semua orang terharu saat mendengar lagu ini.
Tiba-tiba ada orang yang berteriak dengan keras dan menyadarkan semua orang dari nyanyian yang indah ini. "In ... indah sekali! Nggak disangka suara Felix ... sama seperti penyanyi aslinya!"
Bahkan murid-murid yang pernah mendengar lagu ini beberapa kali mulai meragukan pendengaran mereka.
Memang benar jika suara Felix sama seperti penyanyi aslinya.
"Benarkah? Aku juga merasa dia sama seperti penyanyi aslinya!"
"Nggak mungkin, lagu ini disebut sebagai lagu sekolah terhebat sepanjang sejarah, bagaimana mungkin orang yang menyanyikannya adalah Felix?"
"Kalau dia benar-benar penyanyi aslinya, maka dia bisa langsung jadi dewa sekarang."
"Tapi suara Felix benar-benar sangat merdu, selain itu dia juga sangat pandai saat memainkan gitarnya. Ya Tuhan, kenapa aku nggak menyadari bakatnya sebelum ini?"
"Hal ini benar-benar mengejutkan ...."
Bahkan ada beberapa orang yang mengambil ponsel mereka untuk mencari apakah Felix merupakan penyanyi asli lagu ini atau bukan.
Sherly yang sebelum ini mengabaikan Felix juga menatapnya dengan tatapan terkejut.
Saat ini Sherly adalah murid Jaysen yang merupakan seorang penyanyi lagu sekolah yang sangat dihormati. Jaysen juga pernah mendengar lagu "Waktu" yang akhir-akhir ini populer di dunia musik dan memberikan pujian yang tinggi.
Jaysen pernah mengomentari lagu ini di depan Sherly.
"Jika seorang artis yang terkenal menyanyikan lagu ini, lagi ini pasti akan menjadi sebuah mahakarya! Jika seseorang yang nggak pernah dilatih menyanyikan lagu ini, maka dia akan menjadi orang yang terkenal ...."
Sherly mengagumi pria yang tampan dan berbakat, tapi jika orang itu bisa menciptakan lagu ini, mungkin dia pantas disebut sebagai jenius yang berbakat!
Jika Felix benar-benar begitu berbakat, bukankah penolakannya yang kejam terhadap pernyataan perasaan pria itu sebelum ini akan terasa sedikit konyol?
Hal ini mungkin akan membuatnya merasa menyesal.
Tatapan semua orang tertuju pada Felix, berharap dia akan menjawab pertanyaan di dalam hati mereka.
Kevin tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya.
"Felix, apakah benar kamu yang menyanyikan lagu ini?"
Felix menggelengkan kepalanya.
"Setelah lagu ini dirilis, aku menghabiskan waktu setengah bulan untuk menirunya."
Begitu mendengar ini, semua orang langsung menghela napas lega.
"Ucapanku benar, 'kan? Bagaimana mungkin Felix sehebat itu?"
"Aku hampir terkejut setengah mati, aku kira orang sehebat itu akan muncul di depan kita."
"Nggak ada orang hebat yang bisa muncul di Kota Karlis."
"Hahaha! Felix, nggak peduli bagaimanapun juga tiruanmu sangat mirip, kamu bisa pergi ke pertunjukan bakat!"
Bahkan Sherly juga menghela napas lega. Jika Felix langsung menjadi legenda setelah dia menolaknya, ini akan menjadi sebuah pukulan yang telak bagi Sherly.
Untung saja bukan.
Aldo juga menepuk pundak Felix.
"Omong-omong kamu sangat pandai bermain gitar, kapan kamu bisa mengajariku!"
"Baiklah! Kalau kamu mau belajar, aku bisa mengajarimu. Tapi aku cuma bisa lagu ini."
Felix menyetujui hal ini dengan cepat, teman-teman di sekitar mulai tertawa dengan bahagia.
Setelah pesta api unggun berakhir, semua orang mulai pergi satu demi satu.
Sherly juga ingin pergi, dia harus pergi ke rumah sakit untuk menjenguk kakeknya.
Beberapa hari yang lalu, kakek Sherly datang ke Kota Karlis untuk menemuinya, tapi ditikam oleh seorang penjahat di dalam bus. Itu adalah insiden pembunuhan di dalam bus yang menggemparkan seluruh negeri. Kakek Sherly adalah salah satu korban dan juga merupakan orang pertama yang ditikam oleh penjahat itu.
Sherly mendengar kakeknya menceritakan situasi saat itu, itu benar-benar adalah situasi yang sangat menegangkan. Untung saja, seorang peserta Ujian Nasional berdiri dengan berani dan menaklukkan penjahat itu sendirian.
Situasi saat itu sangat berbahaya, penjahat itu bahkan juga memegang pisau. Butuh keberanian besar bagi seseorang untuk berdiri, apalagi mengambil pisau itu dengan tangan kosong.
Tidak hanya kakek Sherly yang mengkhawatirkan pahlawan itu di tempat kejadian, Sherly juga tidak bisa menahan dirinya untuk merasa kagum terhadap laki-laki pemberani itu.
Sherly bahkan beberapa kali membayangkan sosok laki-laki yang tinggi dan hebat di dalam benaknya. Dia berharap bisa berterima kasih pada laki-laki itu secara langsung.
Sayang sekali peserta ujian itu harus mengikuti Ujian Nasional dan pergi dengan terburu-buru.
Sampai saat ini, Sherly sama sekali tidak mengetahui siapa pahlawan itu ....