Bab 468
Damian merasa agak bersalah melihat senyuman maut Alice. Semalam dia memang terlalu berlebihan dan menyebabkan gadis kecil itu marah.
Namun, Damian juga sangat marah semalam!
Sebagai pacar tetapi tidak mempunyai kesadaran seorang pacar. Mereka telah berjanji untuk hidup bersama sampai tua, Alice malah ingin menjadi keponakannya di belakangnya.
Anis sangat jelas berniat memisahkan mereka berdua, gadis kecil yang biasanya cerdas, mengapa sekarang tidak mengerti?
Meskipun semalam Alice telah menjelaskan bahwa dia sengaja membuat Silvi marah agar Nenek Yulia dapat melihat sifat aslinya, Damian tetap tidak bisa menerimanya. Alice dengan santai bercanda tentang hubungan mereka.
Damian marah karena hal tersebut, tetapi dia juga telah mencoba untuk mengendalikan kekuatannya sehingga tidak melukai Alice.
"Sayang, aku terlalu marah semalam, nggak bisa mengendalikan emosiku dan sudah membuatmu menderita," ucap Damian. Damian menyeka tangannya dengan tisu basah, lalu memeluk Alice dan berbaring, "Penyakitku sudah sembuh, nggak perlu mengambil tas akupunktur. Aku temani kamu tidur siang lagi, ya?" tanya Damian.
Alice memukul wajah Damian yang mendekat, "Nggak, penyakitmu belum sembuh, harus diobati! Dan harus segera diobati! Cepat pergi ambil!" tutur Alice.
Pria sialan, beraninya menindas dia semalam. Jika tidak diberi pelajaran, kelak apa yang akan terjadi?!
Damian terdiam.
Melihat Damian tidak bergerak, Alice berkata dengan nada dingin, "Apakah kamu nggak mencintaiku lagi?"
"Nggak mungkin. Aku nggak mencintai siapa pun selain kamu," jawab Damian segera.
"Lalu kenapa kamu nggak menuruti perkataanku?" tanya Alice dengan sedih.
Damian tidak berdaya, dia terpaksa keluar dan mengambil tas akupunktur Alice. Kemudian, dia kembali dan membiarkan Alice melakukan apa pun di wajahnya dengan bebas. Membuktikan seberapa besar cinta dan betapa dia memanjakannya dengan tindakan.
Oleh karena itu, terdengar percakapan antara mereka berdua dalam kamar.
"Sakit nggak?"
"Sakit!"
"Tahu salah nggak?"
"Tahu."
"Kelak kamu masih berani nggak?"
"Berani!"
Alice terdiam.
"Karena, Sayang, wajahmu saat menangis sangat menawan ... "
"Diam! Jangan bicara lagi!"
Damian tidak berbicara lagi.
Calvin datang pada sore hari dan mengantarkan kontrak untuk ditandatangani Damian. Saat masuk ke ruang belakang barat, dia melihat Damian yang berdiri di depan pintu kamar dan membelakangi orang sedang mengepel lantai.
Lengan baju Damian digulung, menunjukkan lengannya yang kekar. Pel di tangannya menggosok lantai dengan lincah, membuat lantai menjadi bersinar. Orang yang tidak tahu mungkin akan mengira bahwa dia adalah bapak rumah tangga yang profesional.
Situasi ini hampir membuat mata jomlo Calvin buta karena silau. Hanya Alice yang dapat membuat Pemimpin Aula Bintang yang perkasa menjadi seorang bapak rumah tangga.
Entah mengapa, Calvin bahkan memiliki firasat bahwa suatu hari nanti, jika Alice mengetahui identitas asli Damian dan memintanya untuk berhenti, Damian mungkin benar-benar akan pensiun dan berhenti bekerja.
Karena Calvin ingat bahwa alasan Damian bergabung dengan Aula Bintang saat itu adalah untuk menggunakan organisasi Aula Bintang mencari seseorang. Namun, setelah Alice muncul, hal ini tidak dilanjutkan lagi.
Calvin tidak bisa menahan diri, dia membuka kamera dan mengambil foto, lalu mengirimkannya ke dalam grup obrolan.
Pedro: "Hal yang membuat Kak Damian meninggalkan proyek kerja sama seharga satu triliun adalah mengepel lantai?"
Santo: "Apakah para petugas kebersihan di Kota Canai sudah punah? Perlukah aku mengirim dua petugas kebersihan ke sana sekarang?"
Desta: "Apakah Kak Damian melakukan kesalahan dan dihukum oleh kakak ipar?"
"Ada apa?" sudut mata Damian melihat sosok Calvin, lalu dia menoleh dan bertanya.
Calvin tidak bisa menahan diri, akhirnya dia tertawa.