Bab 1
"Rizky! Beberapa hari lagi kamu akan menikah dengan kakakku, bagaimana denganku?"
"Jangan khawatir, aku sudah mengatur semuanya! Aku sengaja membayar mahal untuk upacara pernikahan tradisional. Pada saatnya nanti, kamu hanya perlu menggantikan Yasmin dengan mengenakan penutup kepala, lalu menjadi menantu Keluarga Gunawan. Setelah nasi menjadi bubur, meskipun ayahku sangat menyukai Yasmin sebagai menantunya, dia nggak akan bisa membelanya tanpa memikirkan reputasi Keluarga Gunawan."
Dalam rekaman kamera pengawas di layar ponsel, sepasang pria dan wanita dengan pakaian berantakan sedang bercumbu penuh gairah. Terdengar desahan yang bisa membuat siapa pun merona ketika mendengarnya.
"Dasar pasangan bajingan!"
Sahabatnya, Shifa Zahra, di sebelah sambil menggertakkan gigi. Dia berkata, "Yasmin, aku akan menerobos masuk bersamamu langsung ke hotel itu, lalu menyeret pasangan bajingan itu ke jalanan dalam keadaan telanjang."
Saat mengatakan ini, Shifa hendak membuka pintu mobil. Namun, dia ditahan oleh Yasmin.
"Shifa, biar aku sendiri yang pergi."
Nada suara Yasmin terdengar sangat dingin.
Yasmin tidak pernah membayangkan bahwa pria yang dulu rela mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkannya, kini akan berkomplot dengan adik tirinya untuk menipunya!
"Shifa, begitu aku masuk, kami bisa membawa para wartawan itu kemari!" ujar Yasmin.
Yasmin ingin turun tangan sendiri untuk menghancurkan impian pasangan bajingan ini!
Ketika melihat keteguhan Yasmin, Shifa tidak lagi memaksa. Dia hanya menepuk dadanya sembari berkata, "Yasmin, serahkan semuanya padaku. Kamu bisa mengandalkanku!"
"Baguslah!"
Yasmin melangkah keluar dari mobil. Gaun merahnya terlihat mencolok sekaligus berani. Dia diikuti oleh sekitar sepuluh pengawal berpakaian hitam, tampak sangat berwibawa.
"Brak!"
Pintu kamar ditendang dengan paksa oleh seorang pengawal.
Ruangan itu tampak berantakan, dengan pakaian yang berserakan di lantai. Kelopak mawar tersebar di seluruh ruangan, sementara udara masih dipenuhi dengan aroma percintaan.
Rizky tampak sedang berbaring di atas tempat tidur dengan pakaian yang berantakan. Dia berusaha menutupi wanita di sampingnya menggunakan selimut dengan panik.
"Yasmin, kenapa kamu ada di sini?" tanya Rizky.
Yasmin tersenyum dingin, matanya yang indah memancarkan rasa sakit.
Meskipun sudah mempersiapkan diri secara mental, menyaksikan semuanya secara langsung membuat jantung Yasmin tetap terasa nyeri.
Dia mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang bersembunyi di belakang Rizky. Bibir merahnya mengeluarkan nada dingin penuh kesinisan.
"Menjelang pernikahan, adikku yang baik tidur dengan calon suamiku. Bagaimana mungkin aku nggak datang ke pertunjukan semenarik ini?"
Sadar bahwa Yasmin telah mengenalinya, Alya tidak lagi bersembunyi. Dia sedikit mengintip dari balik bahu Rizky.
Wajah putihnya tampak merona setelah bercinta, tetapi matanya berkata-kaca penuh kesedihan.
"Kakak, aku dan Kak Rizky saling mencintai dengan tulus! Tolong restui kami!"
"Saling mencintai dengan tulus?" Yasmin merasa mual ketika mendengar kata-kata itu.
Dia sudah menjalin hubungan dengan Rizky selama tujuh tahun. Pria itu selalu bersikap seperti pria yang baik, lembut, perhatian, serta sangat menjaga Yasmin.
Bagaimana mungkin tiba-tiba muncul cinta yang tulus dengan Alya saat mereka hampir menikah?
Yasmin berkata, "Alya! Kamu selalu ingin merebut milikku sejak kecil. Mainan, pakaian, perhiasan .... Semua itu bisa aku tolerir, tapi aku nggak menyangka kalau kamu bahkan nggak melepaskan priaku!"
"Bagaimana bisa kamu begitu nggak punya malu!" lanjut Yasmin.
Ketika mendengar kekasihnya dihina, Rizky langsung naik pitam, "Yasmin, jangan bertindak keterlaluan! Kamu terlalu membosankan. Selama tujuh tahun ini, kamu bahkan nggak membiarkanku menyentuhmu sama sekali ...."
"Jadi, kamu tidur dengan adikku? Kamu nggak sabar ingin dia menggantikanku?" Yasmin memotong kata-kata Rizky dengan mata yang penuh kebencian serta kekecewaan.
Pria baik dalam hatinya ternyata adalah seorang pria yang penuh nafsu!
Yasmin sudah benar-benar buta karena telah mencintainya!
Melihat semuanya terbongkar, Alya juga tidak lagi berpura-pura. Dia menatap Yasmin dengan penuh tantangan sambil berkata dengan manja, "Kakak, berhentilah mengejar Kak Rizky. Kamu sudah kehilangan ibu kandungmu sejak kecil. Kamu adalah orang yang kaku serta membosankan. Di rumah pun, kamu nggak mendapat kasih sayang dari Ayah. Hanya aku, putri kedua Keluarga Quiny, yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Aku yang pantas untuk Kak Rizky!"
Ibu Alya adalah ibu tiri Yasmin. Jadi, sejak kecil Yasmin hidup menumpang di rumah orang lain.
Ayahnya hanya peduli pada Alya dan ibunya, tidak pernah memedulikan Yasmin.
Bagi dunia luar, Yasmin adalah putri sulung Keluarga Quiny. Namun, sebenarnya kehidupan Yasmin tidak jauh berbeda dengan anak yang tidak punya orang tua. Bahkan kadang statusnya di rumah tidak lebih baik daripada seorang pelayan.
Inilah alasan kenapa Alya berani terang-terangan menggoda calon suami Yasmin, serta menantangnya tanpa kenal takut.
Jika bukan karena pernikahan ini, serta Yasmin yang disukai oleh Herman Gunawan, mungkin pasangan tukang selingkuh ini tidak akan diam-diam menjebaknya, melainkan langsung menyingkirkannya dengan terang-terangan.
"Benarkah? Kalau begitu, kenapa nggak kamu katakan semua itu di depan media?"
Yasmin tersenyum simpul. Namun, senyumannya tidak mencapai matanya.
Begitu kata-katanya selesai, segerombolan wartawan menyerbu masuk. Kilatan kamera menyorot dengan liar, mengekspos segalanya di dalam ruangan.
"Kalian ...."
Rizky tampak panik.
Siapa yang membawa wartawan saat memergoki perselingkuhan? Seolah-olah ingin mengumumkan bahwa dirinya diselingkuhi!
Rizky melindungi Alya dengan erat, berteriak marah pada Yasmin, "Apa kamu harus melakukannya sejauh ini?"
"Melakukannya sejauh ini? Siapa yang pertama kali mengkhianati hubungan kita? Siapa yang tidur dengan adikku menjelang pernikahan? Bukankah yang kalian lakukan itu sudah keterlaluan?" ujar Yasmin.
Mata Yasmin tampak berkaca-kaca di depan kamera. Dia memerankan sosok seorang istri yang dikhianati dengan sempurna.
"Rizky, aku benar-benar buta karena sudah menyukai bajingan sepertimu! Aku nggak akan menikah denganmu. Aku ingin membatalkan pertunangan ini!"
Setelah berkata demikian, Yasmin berbalik, melangkah pergi tanpa menoleh.
"Yasmin ...."
Rizky ingin bangkit berdiri untuk menjelaskan, tetapi selimut yang menutupi tubuhnya merosot hingga ke dada, hampir membuat wartawan memotret dirinya dan Alya yang tidak berbusana.
Namun, meski begitu, kamera wartawan tetap tidak berhenti sedikit pun.
Pernikahan di antara Keluarga Quiny dan Keluarga Gunawan sudah diketahui oleh publik. Undangan pernikahan pun sudah disebarkan. Bagaimana mungkin pernikahan bisa dibatalkan begitu saja?
Bagaimana dengan reputasi Keluarga Gunawan?
Lobi hotel bersinar dengan terang, ramai dengan orang yang datang dan pergi, penuh kemeriahan. Namun, Yasmin yang berjalan di aula merasa kedinginan.
Meskipun di luar Yasmin tampak tenang dan acuh tak acuh, dia tetap tidak bisa menahan rasa sakit yang menyebar di hatinya.
Pada akhirnya, tujuh tahun pengabdiannya hanya menjadi lelucon!
Pada saat itu, sesosok tinggi tegap berpapasan dengannya.
Aroma samar parfum pria memasuki hidung Yasmin, bercampur dengan sedikit aroma tembakau. Bau ini terasa bersih serta terkesan dingin, tetapi entah mengapa terasa tidak asing bagi Yasmin.
Yasmin tiba-tiba mendongak, tetapi dia hanya melihat wajah samping pria itu, serta rahangnya yang kurus.
Dalam sekejap, kenangan dari sepuluh tahun yang lalu melintas di benak Yasmin.
Di tengah hujan deras, Yasmin terjatuh ke dalam air. Dia berjuang meminta tolong. Namun, makin lama Yasmin merasa dirinya makin lemah.
Ketika hampir kehilangan kesadaran, sebuah lengan yang kuat menariknya dari dalam air.
Yasmin samar-samar mengingat bahwa pria itu mengenakan kemeja hitam, tampak basah kuyup. Air hujan menetes dari rambutnya, mengaburkan wajahnya.
Saat itu Yasmin mengira penyelamatnya adalah Rizky. Itulah alasan mengapa ketika bertemu kembali dengan Rizky di universitas, Yasmin jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya. Yasmin mendekatinya, mencintainya dengan begitu dalam.
Namun, mengapa pria yang baru saja lewat itu memberinya perasaan tidak asing?
Mungkinkah ....
Tanpa sempat berpikir lebih jauh, Yasmin mengejarnya tanpa ragu.
"Tunggu!"