Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2

Entah dia tidak mendengar panggilan Yasmin atau dia tidak peduli dengan panggilannya, tetapi pria itu hanya berbalik masuk ke dalam lift. Ketika Yasmin berhasil mengejarnya, pintu lift sudah mulai menutup. Di celah terakhir, mata mereka bertemu. Jantung Yasmin berdetak kencang. Sepasang mata yang dalam itu, seperti langit berbintang yang luas, tak berdasar. Namun, mata itu memancarkan kelembutan yang nyaris tidak terlihat. Pada saat itu, Yasmin seolah melihat pria yang dulu menyelamatkannya dari dalam air. Mungkinkah itu benar-benar dia? Yasmin segera menekan tombol lift, tetapi angka yang melompat naik di layar tampilan menghancurkan getaran hati Yasmin tanpa belas kasihan. Yasmin hanya bisa menyaksikan lift perlahan naik dengan sedih, hingga akhirnya berhenti di lantai 28. Itu adalah lantai tempat kamar Rizky berada! "Yasmin, ada apa denganmu?" Ketika sahabatnya, Shifa, melihat Yasmin tidak kunjung keluar dari hotel, dia bergegas menghampiri. Namun, Shifa melihat Yasmin sedang menatap lift dengan pandangan kosong, membuat Shifa merasa heran. "Apa kamu baik-baik saja? Kenapa wajahmu begitu muram?" Yasmin tersadar, langsung menarik napas dalam-dalam. Yasmin menekan kebingungan serta kepanikannya, lalu menunjuk ke arah lift sambil bertanya, "Shifa, apa kamu melihat pria yang baru saja masuk ke sana?" Shifa berpikir sejenak, lalu menjawab, "Ya, aku melihatnya! Aku baru saja melihat Paman Rizky, Gavin Gunawan, bergegas dari dalam mobil. Aku khawatir kamu akan diserang tanpa memiliki bantuan, jadi aku cepat-cepat keluar dari mobil untuk menyusulmu. Kenapa? Apa kamu berpapasan dengannya?" Yasmin tidak menjawab pertanyaan Shifa, hanya merasa sangat terkejut. Pria tadi adalah Gavin Gunawan? Pemimpin baru Grup Gunawan, yang terkenal dengan tindakan tegas serta keputusan cepatnya. Dalam beberapa tahun saja, dia telah membawa Grup Gunawan yang hampir bangkrut kembali ke puncak. Dia adalah sang legend bisnis, Gavin Gunawan? Meskipun Yasmin telah menjalin hubungan dengan Rizky selama tujuh tahun, Paman Rizky ini hanya fokus pada pekerjaannya. Dia selalu tenggelam dalam pekerjaan di kantor atau pergi ke luar negeri untuk negosiasi kerja sama. Beberapa kali Yasmin ingin mengunjunginya, tetapi selalu gagal pada akhirnya. Katanya, meski Gavin adalah Paman Rizky, tetapi Gavin hanya lima tahun lebih tua dari keponakannya. Selain itu, keduanya memiliki kemiripan sekitar 50 hingga 60 persen. Jadi, orang yang tidak tahu akan mengira mereka adalah saudara. Mungkinkah orang yang menyelamatkannya dulu bukan Rizky, melainkan Gavin? Begitu pemikiran ini muncul, pemikiran ini terus menghantui benak Yasmin. Jika benar orang itu adalah Gavin, bukankah tujuh tahun yang dia habiskan dengan Rizky hanyalah lelucon besar? Di dalam mobil, Yasmin membuka informasi dari situs resmi Grup Gunawan di tabletnya. Namun, tidak ada satu pun foto di dalam informasi tentang Gavin. Hanya ada teks pengenalan singkat. Setelah mencari cukup lama, Yasmin akhirnya menemukan sosoknya di sebuah acara pesta. Pria itu mengenakan setelan hitam yang pas di tubuh, fitur wajahnya tampak jelas dan tegas. Bibir tipisnya terkatup rapat, serta seluruh tubuhnya memancarkan aura dingin yang membuat orang menjauh. Meskipun hanya foto wajah samping yang kabur, semuanya cocok dengan wajah di malam hujan dalam ingatan Yasmin. Lampu neon kota berkedip di luar jendela, menyinari wajah Yasmin yang pucat. "Shifa, apa kamu percaya pada takdir?" Suara Yasmin kering, dengan secercah kebingungan. Tangan Shifa yang memegang kemudi mencengkeram lebih erat. Dia melihat Yasmin yang tampak linglung dari kaca spion. Shifa tampak ragu, tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan ini. Tujuh tahun, tujuh tahun penuh! Yasmin keliru mengira Rizky sebagai penyelamat nyawanya, mendekati pria itu, hingga akhirnya jatuh cinta padanya .... Namun, sekarang .... Yasmin menghela napas, lalu berkata, "Shifa, temani aku berkeliling di pantai, ya!" Setelah menikmati embusan angin pantai sejenak, pikiran Yasmin perlahan kembali tenang. Ketika melihat penampilan Rizky dan Alya, jelas mereka tidak hanya berhubungan satu atau dua hari. Ini semua salah Yasmin sendiri yang terlalu bodoh. Karena terpesona oleh kesan penyelamat nyawa, dia begitu setia pada Rizky, bahkan tidak menyadari gelagat mencurigakan keduanya sama sekali. Jika saja beberapa hari lalu Yasmin tidak menerima email anonim berisi foto-foto intim pasangan bajingan itu, dia masih akan terus dibodohi. Kemudian, dia akan dimanipulasi hingga hancur tidak bersisa! Ketika kembali ke vila Keluarga Quiny, waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Ruang tamu tampak terang benderang, tetapi suasananya sangat menekan. Wilson Quiny, Ayah Yasmin, tampak duduk di sofa dengan wajah muram. Alya tampak terisak sambil bersandar di pelukan ibunya, Sofia Sutandi. Di sampingnya, Rizky menunjukkan wajah penuh kekhawatiran untuk Alya. Sementara itu, Paman Rizky, Gavin, tampak duduk di kursi utama rumah Yasmin. Pria itu mengenakan setelan jas hitam. Sosoknya tampak tegap, sementara alisnya memancarkan ketajaman yang menakutkan. Meski aura semua orang yang ada di ruangan itu digabungkan, itu masih tidak bisa mengalahkan aura Gavin. Yasmin merasa terkejut. Apakah Gavin datang untuk mengintimidasi Keluarga Quiny? Gavin mengangkat pandangannya. Tatapannya yang dalam jatuh pada Yasmin, sementara suaranya terdengar dingin menusuk, tanpa emosi, "Rizky, berlutut. Minta maaf pada Yasmin!" Yasmin mengerutkan kening. Kenapa suaranya terdengar sangat mirip dengan "Rein"? Namun, suara Gavin lebih dalam serta kaya dibandingkan dengan "Rein". Suaranya juga lebih dingin serta berwibawa. Rizky langsung ketakutan hingga kakinya lemas, hampir saja berlutut. Namun, sebagai putra tertua Keluarga Gunawan, bagaimana bisa dia berlutut di hadapan seorang wanita? Jika penghinaan ini tersebar, bagaimana Rizky bisa menghadapi orang lain di masa depan? "Kenapa? Apa kamu nggak mau?" Suara Gavin membawa tekanan yang membuat orang bergidik. Lutut Rizky melemah, tetapi Alya menahannya. "Kak Rizky, jangan melakukan ini. Semua kesalahan ini adalah kesalahanku. Aku seharusnya nggak mencintaimu. Aku yang nggak bisa mengendalikan perasaanku .... Kalau harus berlutut, biar aku saja yang melakukannya!" ujar Alya. Alya menangis dengan putus asa, tampak rapuh serta menyedihkan. Ini membuat Rizky merasa makin iba. Pria macam apa yang bahkan tidak bisa melindungi wanitanya? Rizky menarik Alya ke dalam pelukannya. Wajahnya tampak penuh penderitaan ketika dia berujar, "Alya, aku nggak mengizinkanmu berlutut." "Kak Rizky!" Alya mengangkat wajahnya yang telah didandani dengan cermat, lalu menatap ke arah Yasmin dengan mata berkaca-kaca. Dia berkata, "Kakak, tolong berbaik hatilah. Restui kami! Aku dan Kak Rizky saling mencintai dengan tulus!" Di mata Alya, tersembunyi kilatan penuh tantangan yang hampir tidak terlihat. Penampilan wanita manipulatif ini membuat Yasmin merasa muak. Namun, mata indah Yasmin yang seperti bunga tidak menunjukkan kemarahan. Hanya saja, ketika dia memandang Rizky, sudah tidak ada lagi cinta yang seperti dulu. Yasmin menatap dengan tatapan dingin, sementara nada suaranya penuh ejekan, "Kalian berdua nggak perlu berakting di depanku. Siapa pun dari kalian yang berlutut, itu nggak akan mengubah fakta yang telah terjadi. Lagi pula, aku dan Rizky belum menikah. Jadi, batalkan saja pernikahannya!" Anggap saja tujuh tahun hubungan ini adalah kesialan untuk Yasmin! Apakah setelah digigit orang gila, Yasmin harus menggigitnya balik? Yasmin merasa muak! Namun, saat Yasmin ingin membatalkan pertunangan, ibu tirinya, Sofia, justru merasa keberatan. "Kamu nggak bisa membatalkan pertunangan!" Suara tajam Sofia terdengar, "Pernikahan antara anggota Keluarga Quiny dan Keluarga Gunawan sudah diketahui semua orang, undangan untuk para tamu juga sudah disebarkan. Ini hanya tiga hari lagi menuju upacara pernikahan. Kalau tiba-tiba dibatalkan, bukankah Keluarga Quiny dan Keluarga Gunawan akan menjadi bahan tertawaan?" Yasmin hampir tertawa oleh logika aneh ini. Jadi, dia masih harus memikirkan reputasi mereka meski dia sudah diselingkuhi? Jika mereka begitu peduli pada reputasi, Alya seharusnya tidak tidur dengan calon suaminya! Yasmin mengangkat alis, menatap Sofia dengan senyum sinis, lalu membalas, "Lalu, bagaimana menurut Bibi Sofia?" "Tentu saja ...." Sofia berhenti sejenak, matanya berkilat licik, lalu dia melanjutkan, "Ganti saja pengantinnya!"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.