Bab 2
Setelah Tania masuk, wajahnya agak memerah, kedua kakinya bergetar pelan. Dia dengan cemas bertanya di mana kamar mandi.
Aku membawanya ke kamar mandi. Tidak lama kemudian terdengar suara air mengalir deras dari dalam.
Beberapa saat berlalu, Tania menjulurkan kepala keluar, lalu dengan wajah penuh rasa bersalah, dia berkata, "Maaf, sepertinya aku merusak kloset, airnya terus mengalir dan sama sekali nggak bisa dihentikan."
Melalui celah pintu, aku melihat roknya sudah basah oleh air, air mengalir mengikuti stokingnya hingga ke kakinya.
Seketika, di benakku terlintas pikiran-pikiran yang seharusnya tidak ada, mengingat aku dan istriku sudah lama tidak berhubungan intim.
Setelah tersadar, aku masuk ke kamar mandi.
Di dalam, air sudah menggenang di mana-mana. Aku tidak menemukan apa pun untuk menyumbat aliran. Dalam kepanikan terpaksa aku melepas kemeja untuk menyumbat kloset.
Tania berdiri di belakangku. Melihat aku hampir tidak mampu menahannya, dia pun mengulurkan tangan untuk membantu.
Pada saat itu, air tiba-tiba menyembur keluar, dan memercik ke seluruh wajah Tania, bahkan ada yang masuk ke mulutnya.
Dengan susah payah, akhirnya aliran air berhasil dihentikan, tetapi untuk sementara kloset itu tidak bisa digunakan dan harus diganti dengan yang baru.
Saat keluar dari kamar mandi, aku dan Tania sama-sama basah kuyup, air mengalir menyusuri pahanya dan menggenang luas di lantai.
Tanpa sadar aku menatapnya untuk waktu yang lama. Harus kuakui, dia memang sangat memikat, bahkan dalam keadaan basah kuyup pun kecantikannya sulit disembunyikan.
Namun, aku tahu betul dalam hati, dia adalah ibu mertuaku. Meskipun tidak ada hubungan darah, aku tetap tidak boleh berpikir yang tidak-tidak mengenai wanita itu.
Aku masuk ke kamar untuk meminta istriku mengambilkan pakaian bagi Tania untuk berganti.
Namun, begitu masuk, aku mendapati dia masih tidur pulas. Keributan sebesar ini di luar sama sekali tidak disadarinya, tidurnya benar-benar pulas.
Aku sepenuhnya kecewa padanya.
Pada akhirnya, terpaksa Tania sendiri yang pergi ke depan lemari untuk memilih pakaian.
Dia memilih sebuah gaun tidur milik istriku. Tidak disangka ketika dikenakan padanya ternyata sangat pas, tubuhnya yang berisi membuat gaun tidur itu terlihat dengan sempurna.