Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1

Di tahun ketiga pernikahan mereka, adik angkat Paul kecanduan narkoba Caroline diam-diam mengirimnya ke pusat rehabilitasi di Negara Wisne tanpa sepengetahuan pria itu. Hanya saja pesawat itu mengalami kecelakaan dan jenazahnya sama sekali tidak bisa ditemukan. Sejak hari itu, Paul langsung menggila. Pria itu menghancurkan Grup Yesna, memaksa orang tua Caroline untuk bunuh diri dengan melompat dari gedung. Selain itu, Paul juga menyuntikkan obat pada Caroline dan meninggalkannya di gang belakang sebuah bar. Caroline disiksa sampai mati. Saat hendak memejamkan mata, pria menatapnya dengan penuh kegilaan. "Kamu buat Lucy tidak bisa punya jenazah yang lengkap, jadi aku akan membiarkan jenazahmu dimakan oleh burung nasar!" Obsesi dan cinta yang Paul miliki terhadap Lucy yang merupakan adik angkatnya, membuat Caroline akhirnya memahami perasaan tersembunyi dan terlarang di dalam hati pria itu. Begitu membuka matanya, dia telah terlahir kembali. Caroline berdiri di luar kamar Lucy di dalam rumah Keluarga Panger sambil meletakkan tangannya di gagang pintu. Kepalanya terasa sangat pusing, karena dia mendengar erangan Lucy saat sedang masturbasi. "Paul ... Kakak ...." Erangan yang menawan ini langsung menyadarkan pikirannya. Di kehidupan sebelumnya, Caroline membuka pintu dengan marah setelah mendengar erangan yang menjijikkan ini. Dia tidak hanya menyadari rasa cinta Lucy pada Paul, tapi juga menyadari jika wanita itu diam-diam menggunakan narkoba. Paul sangat menyayangi adik angkatnya. Caroline selalu mengira jika pria itu bersikap seperti ini karena Lucy pernah menyelamatkannya. Lagipula pada kecelakaan mobil yang terjadi pada tahun lalu, Lucy tertabrak oleh mobil saat mencoba menyelamatkan Paul. Dia mengalami pendarahan internal yang parah dan diselamatkan selama 7 hari 7 malam di rumah sakit sebelum akhirnya selamat. Sejak saat itu, Paul membiarkannya tinggal di rumah Keluarga Panger dan merawatnya dengan saksama. Caroline tidak mencurigai hal ini, percaya jika pria itu hanya menyayangi adik angkatnya. Demi memutuskan hubungan ini, dia diam-diam mengirim Lucy ke Negara Wisne untuk berobat setelah mengetahui kecanduan narkobanya. Hanya saja setelah dipikir-pikir kembali, dia benar-benar terlihat sangat konyol! Caroline menarik kembali tangannya, lalu kembali ke kamar sambil memeluk tubuhnya yang gemetar. Saat memikirkan nasib tragis yang dialami orang tuanya di masa lalu dan bencana besar yang dialami olehnya, hati Caroline langsung terasa sangat dingin. Dia tidak boleh mengulang kesalahan yang sama dalam kehidupan ini! Saat memikirkan hal ini, Caroline kembali membuka pintu kamar dan ingin mengemudi ke rumah Keluarga Yesna. Hanya saja dia tidak sengaja melihat Paul yang tiba-tiba kembali. Ingatan dari kehidupan sebelumnya membuat Caroline tanpa sadar bersembunyi. Dari balik dinding, Caroline mendengar asisten Paul melapor padanya di ruang tamu. "Pak Paul, tolong lihat hasil diagnosis Nona Lucy. Untung saja Anda mendatangkan ahli bedah terbaik di dalam dan luar negeri, jadi Nona Lucy bisa pulih dengan sangat baik." Paul mengambil hasil pemeriksaan itu dengan tatapan yang gelap, lalu berkata dengan nada bicara yang sedih, "Lucy bisa jadi seperti ini karena aku, aku selalu menganggapnya sebagai adikku, sampai kecelakaan itu terjadi .... Dia mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk melindungiku." "Aku nggak bisa balas perasaannya, jadi aku cuma bisa memanjakannya." Asisten itu membetulkan letak kacamatanya, lalu berkata, "Tapi kalau mau menghindari gejala sisa, dokter menyarankan Nona Lucy melakukan perawatan rehabilitasi di luar negeri. Pada saat ini rumah sakit dengan hasil perawatan terbaik berada di Negara Wisne. Apakah aku perlu mengatur ...." "Nggak boleh!" Paul menolak saran ini dengan tegas. "Lucy akan menggila kalau meninggalkanku, selain itu aku juga nggak tega mengirimnya ke luar negeri. Aku nggak bisa merawatnya di sana dan khawatir dia akan menderita." Saat mendengar ini, Caroline merasa hatinya seperti ditusuk oleh pisau dan terasa sangat sakit. Caroline tersenyum mengejek. Dia tidak tahu apakah Lucy akan menggila atau tidak jika meninggalkan Paul, tapi Paul pasti akan menggila jika meninggalkan wanita itu. Air mata langsung mengaburkan pandangan Caroline, tapi ingatannya terasa sangat jelas pada saat ini. Caroline teringat saat dia masih berusia 18 tahun, Paul jatuh cinta pada Caroline pada pandangan pertama dan terus mengejarnya tanpa henti. Caroline sangat menyukai gardenia, jadi Paul mengatur puluhan pesawat untuk mengangkut gardenia segar dari seluruh dunia dan memenuhi lapangan olahraga Universitas Jurin. Saat Caroline dengan santai mengatakan jika dia ingin mencoba pangsit udang di Kota Kanas, Paul langsung terbang ke sana pada malam itu juga dan mengantre secara langsung. Setelah itu, Paul kembali secepat mungkin agar Caroline bisa menikmati rasa pangsit ini yang paling segar dan autentik. Caroline pernah tidak membalas pesan Paul tepat waktu karena sedang menjalani pelatihan tertutup untuk sebuah kompetisi. Paul mengerahkan kekuatan Keluarga Panger untuk mencari di seluruh Kota Jurin dan memastikan lokasinya, tapi dia menunggu dengan tenang di luar tempat pelatihan. Setelah itu Paul memeluk Caroline dengan erat setelah kompetisinya berakhir, seolah-olah ingin memasukkan Caroline ke dalam tulangnya. "Carol, tolong jangan abaikan pesanku lagi. Aku benar-benar bisa gila kalau nggak bisa menemukanmu!" Di hari saat Paul ingin melamarnya, pria itu menyewa semua layar lebar di Kota Jurin. Kelopak bunga mawar merah yang cerah bertebaran dari rumah Keluarga Panger sampai rumah Keluarga Yesna. Lampu di seluruh kota menyala satu per satu saat Paul berjalan ke arahnya. "Carol, kamu pasti nggak tahu betapa aku mencintaimu. Aku suka sikapmu yang keras kepala dan pantang menyerah, sikapmu yang keras kepala tapi berhati lembut, serta jiwamu yang murni dan tanpa cela .... Duniaku jadi penuh dengan warna dengan adanya kamu." "Setiap menit dan detik tanpamu bagaikan siksaan untukku. Caroline, apakah kamu bersedia menikah denganku?" Saat Paul sedang mengucapkan sumpahnya, beberapa kata muncul di layar besar dan drone. Caroline Yesna, aku mencintaimu! Baru tiga tahun berlalu sejak lamaran yang mewah yang selalu membuat Caroline menangis setiap kali mengingatnya, tapi semuanya sudah berubah pada saat ini. Air mata mengalir ke pipinya. Caroline menggigit bibirnya erat-erat karena tidak berani mengeluarkan suara. Asisten itu ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Pak Paul, dokter juga bilang kalau Nona Lucy pakai narkoba dalam jumlah besar selama perawatan untuk mengurangi rasa sakitnya. Dia khawatir ...." Pria itu melambaikan tangannya dengan santai. "Lucy sudah kasih tahu hal ini padaku, dia cuma takut sakit dan nggak ada yang perlu dikhawatirkan dari hal ini." Asisten itu berkata sambil menundukkan kepalanya. "Baik." Caroline bersandar di dinding sambil berlinangan air mata, dia perlahan-lahan berjongkok dan meringkuk. Tidak lama kemudian asisten itu meninggalkan Kediaman Panger. Sedangkan Paul masih berada di ruang tamu dan terlihat seperti sedang membalas pesan. Tiba-tiba sebuah suara yang seringan awan terdengar dari lantai atas. "Paul?" Paul baru melihat jika orang itu adalah Lucy begitu menoleh ke belakang. "Lucy." Dia berkata dengan sangat lembut, "Ada apa?" "Paul ...." Lucy berlari menghampiri Paul dengan kaki telanjang dan memeluknya dengan erat. Paul langsung merasa ada yang salah saat merasakan hawa panas yang tidak biasa dan tatapan kosong wanita ini. "Lucy ...." Suaranya tertahan di mulutnya. Lucy menciumnya dengan penuh gairah, menjelajahi mulutnya dengan rakus. Tangannya juga meraba-raba seluruh tubuh Paul. "Kakak, aku sangat mencintaimu ... tapi waktu itu kamu sama sekali nggak menyukaiku dan cuma mencintai Caroline. Apakah kamu tahu betapa menderitanya aku pada saat itu? Untung saja kamu akhirnya juga punya perasaan padaku sekarang. Kakak, aku mencintaimu. Mari kita terus bersama untuk selamanya, ya?" Ucapan wanita ini yang tersendat-sendat membuat hati Paul goyah. "Maaf, Lucy. Aku telah melakukan kesalahan sebelum ini." Dia balas mencium Lucy dengan mendominasi dan penuh gairah. Mereka berdua berpelukan dengan erat dan terdengar suara kecupan yang jelas. Wajah Caroline langsung memucat, hatinya seolah-olah hancur berserakan. Suara erangan yang penuh gairah dan desahan napas yang kuat terdengar dengan jelas, hal ini membuatnya tidak bisa menahan rasa mual di tenggorokannya. Setelah itu, suara itu perlahan-lahan menghilang. Hanya menyisakan suara langkah kaki sepatu kulit Paul saat menginjak lantai yang semakin lama semakin menjauh. Caroline diam-diam membuka pintu, lalu melihat kekacauan di dalam rumah ini. Pakaian yang dirobek, celana yang dilepaskan dan juga pakaian dalam berserakan di ruang tamu dan tangga. Seluruh tubuh Caroline bergetar, lalu mengepalkan tangannya erat-erat. Hatinya terasa sangat sakit. Mata dan hati pria yang dulu hanya dipenuhi oleh dirinya langsung hancur. Paul, aku sudah tidak menginginkanmu lagi. Caroline pergi ke ruang bawah tanah, lalu mengambil dokumen untuk melakukan dua hal.
Bab Sebelumnya
1/17Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.