Bab 11
Darah segar merembes keluar dari sela-sela jarinya. Hingga dia ditarik pergi oleh temannya, aku tetap tidak memberi respons sepatah kata pun.
"Maaf, barusan aku menjadikanmu tameng."
Aku minta maaf pada Jayden, namun matanya justru berbinar-binar dengan senyuman.
"Katya, untukmu, aku nggak pernah merasa keberatan."
"Sebaliknya, aku justru berharap ... andai saja semua yang terjadi tadi benar adanya."
Aku paham maksud tersembunyi dalam ucapannya, tapi pikiranku masih agak kacau.
"Nggak apa-apa, waktu kita masih panjang. Aku akan berusaha lebih baik lagi."
Begitulah, kami kembali pada pola kerja sama yang selalu penuh pengertian.
Di bawah penangananku, Jayden makin berhasil membuka pasar di dalam negeri.
Dengan cepat dia menjadi maestro piano aktif nomor satu di dunia, baik di dalam maupun luar negeri, dengan pendapatan dan reputasi yang terus meroket.
Di sisi lain, dari teman-teman dan berita, sesekali aku mendengar perkembangan mengenai kondisi Jeffry.
Setelah pertemuan singkat di band

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda