Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 5

Saat Talita siuman, dirinya sudah terbaring di atas ranjang rumah sakit. Raka duduk di samping ranjangnya. Pria itu terlihat sibuk mengurusi pekerjaan di laptopnya. Seolah merasakan sesuatu, Raka pun menoleh ke arah Talita. Mereka bertemu pandang, dan Raka terlihat menghela napas lega. Namun, kemudian dia berkata dengan nada yang begitu dingin. "Apa ditindas itu menyenangkan?" "Ingat baik-baik apa yang terjadi padamu kali ini. Jangan sampai kamu cari gara-gara dengan Kania lagi." Talita memalingkan wajahnya. Air mata diam-diam menetes dari sudut matanya. Dulu dia menganggap Raka sebagai penyelamatnya. Namun, kini apa bedanya pria itu dengan orang-orang yang menindasnya? Raka menatap wanita yang terdiam di atas ranjang rumah sakit tersebut. Entah mengapa, hatinya merasa sakit. Tapi ini salah Talita sendiri. Dia sudah berani menyakiti Kania, dan sudah sepantasnya mendapatkan balasan begini. Kenapa dia merasa bersalah melihat Talita menangis sekarang? Kemudian, tiba-tiba ada perawat yang membuka pintu dari luar. "Tuan Raka, AC di kamar Nona Kania rusak ... " Raka mengernyitkan kening. "Perbaiki saja kalau rusak. Kenapa masalah kecil seperti itu saja masih harus memberitahuku?" "Sudah dilaporkan kalau rusak, tapi teknisi baru bisa datang satu jam lagi. Sementara itu, Nona Kania sudah mengeluh kepanasan, dan nggak ada kamar rawat kosong di rumah sakit ini untuknya ... " Raka pun segera berdiri usai mendengarnya. "Kenapa rumah sakit kalian butuh waktu lama untuk membetulkan satu AC saja?" Raka mengerutkan kening. "Kania memang punya tubuh yang kurang fit, dia nggak tahan dingin. Minta saja Talita pindah, dan bawa Kania ke sini." "Itu ... " Perawat tersebut menatap ragu pada Talita yang terbaring di atas ranjang. Talita yang alergi cabai, baru saja dicekoki air cabai dalam jumlah banyak. Nyawanya memang berhasil diselamatkan. Tapi kondisi kerongkongan dan lambungnya masih belum pulih dari luka. Salah-salah, kondisinya bisa jatuh kritis lagi. Sementara Kania hanya terluka karena memakan sepotong kue kacang. Dia sudah jauh lebih baik setelah mendapatkan beberapa suntikan. Sepertinya, luka yang dialami Talita tidak begitu seberapa di mata Raka ... "Kenapa malah diam saja? Kalau sampai Kania menggigil kedinginan, jangan harap rumah sakit ini bisa beroperasi lagi." Usai Raka berkata demikian, perawat tersebut tidak punya pilihan lain. Dia segera memindahkan Talita ke ruang rawat inap Kania. Raka pergi menemani Kania, sementara Talita terbaring sendirian di ruang rawat inap rumah sakit. Dia tampak melamun. Air matanya otomatis mengalir deras saat mengingat apa saja yang sudah menimpanya selama ini. Dia menangis di tengah terpaan hawa dingin. Karena embusan angin terasa makin dingin, Talita pun baru sadar kalau AC sedang menyala, dan terus mengembuskan angin dingin. Dia pun langsung paham dengan apa yang terjadi. Kania sengaja bilang kalau AC kamarnya rusak, hanya demi bertukar ruangan. Dia ingin membuat Talita menderita dalam kedinginan. Dengan begitu, amarah dalam hati Kania bisa mereda sedikit. Seiring suhu di dalam ruang rawatnya makin lama makin dingin. Talita dapat merasakan hawa dingin itu menusuk ke dalam tulangnya. Tubuhnya sampai gemetar, giginya juga ikut bergemeletuk. Dia mencoba meminta bantuan, tapi suaranya tidak keluar karena tenggorokannya bengkak. Dia berusaha menekan bel untuk memanggil perawat, tapi lengannya terlalu lemas tidak bertenaga. Baru beberapa saat mencoba, tangannya sudah jatuh terkulai lagi. Talita benar-benar putus asa. Dia hanya bisa meringkuk makin erat. Berusaha mempertahankan sedikit kehangatan yang tersisa di tubuhnya. Entah sudah berapa lama berlalu. Akhirnya, seseorang menemukannya yang sudah putus asa. Dia yang ada di dalam ruang rawat inap tersebut seperti terlupakan. Namun, ketika Talita membuka kedua matanya. Dia malah melihat sosok Kania yang sedang memasang ekspresi puas. "Lihatlah dirimu sekarang ini, Talita. Apa bedanya dirimu dengan hewan yang kehilangan majikannya?" "Raka bahkan rela menghancurkanmu demi membalaskan dendamku. Foto-fotomu yang sedang ditindas sudah tersebar sekarang. Orang-orang mentertawakanmu." "Oh ya, barusan ada salah satu rumah produksi film dewasa yang menghubungiku. Mereka tanya apa kamu mau jadi pemeran utama dalam film garapan mereka berikutnya, hahaha ... " Kania mengatakannya sambil tertawa lepas. Usai puas tertawa, Kania tiba-tiba mencengkeram lengan Talita yang terluka parah hingga bernanah! Luka itu kembali berdarah, pandangan Talita juga langsung menggelap. "Sekarang, kamu sudah tahu siapa yang Raka cintai, 'kan?" "Kalau kamu tahu diri, akui saja bahwa ibumu memang selingkuhan, lalu enyah dari pandanganku. Aku mual setiap melihat wajahmu!" Kedua mata Talita seperti kehilangan semangat hidupnya, berganti dengan kekosongan tidak berujung. Menghilang? Dia bisa. Dia akan segera pergi jauh ke luar negeri, dan tidak akan kembali lagi.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.