Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 6

"Winda!" Satya yang berada tepat di samping Winda pun segera menangkapnya tepat waktu. "Kak, sepertinya Winda alergi!" Langkah Toni terhenti sesaat, dia tiba-tiba ingat kalau Nia memesan sup boga bahari untuk makan malam tadi. Raut wajah Toni berubah suram seketika, dia lalu berbalik dan menghampiri Nia. Nia sudah mengangkat roknya, bersiap menyuntik dirinya sendiri dengan suntikan obat alergi. Tapi tiba-tiba, sebuah tangan terulur mencegah tindakannya barusan. Tangan pria itu bahkan merebut suntikan obat itu darinya. Dia mendongak menatap Toni dengan tatapan tidak percaya. Tapi pria itu malah balas menatapnya tajam. "Kamu yang membuat Winda alergi, dia duluan yang harus diobati!" Usai berkata demikian, Toni bergegas menghampiri Winda tanpa ragu. Dia lalu menyuntikkan obat alergi tersebut pada wanita itu. Melihat Nia tampak kaget dan tidak percaya, Satya malah berkata, "Kak Nia, kamu kan dokter, seharusnya kamu punya cara lain untuk mengobati alergi. Sementara Winda nggak tahu apa-apa, dia lebih butuh suntikan obat itu." Toni sudah menyuntikkan obat tersebut, lalu menggendong Winda dan berlari keluar. Satya juga ikut mengejarnya. "Kak, biar aku yang menyetir mobilnya!" Nia terduduk lemas di lantai, matanya sudah berkaca-kaca saat menatap tajam ke arah mereka yang makin menjauh. Dari tadi sampai sekarang, dua orang itu bahkan sama sekali tidak menoleh untuk melihatnya. Di tengah kondisi Nia yang makin lama makin kehilangan kesadaran, seorang pelayan yang melihatnya pun bergegas menghampiri sambil bertanya, "Nona, kamu kenapa!" Nia pingsan seharian, saat tersadar, sosok Toni sudah duduk di samping ranjang. Pria itu menggenggam tangannya dan berkata dengan cemas, "Nia, kamu akhirnya sadar juga, mana yang sakit?" Nia segera menarik kembali tangannya dan memejamkan mata lagi. Tapi Toni sama sekali tidak marah. Dia merapikan rambut di pelipis Nia sambil berkata lembut, "Nia, aku tahu kamu marah padaku, tapi Keluarga Gunardi kan ada kerja sama dengan Keluarga Jatmiko, makanya Winda nggak boleh sampai kenapa-kenapa saat bersama kita." "Aku juga terpaksa. Lagi pula, sebentar lagi kan kamu juga jadi bagian Keluarga Gunardi. Kita harus mengutamakan kepentingan bersama. Kamu seharusnya bisa memahamiku." "Nia, kamu tahu kan kalau kamu yang paling kucintai?" Satya yang ada di ambang pintu kamar perawatan pun menimpali, "Betul, Kak Nia. Kak Toni tadi juga terpaksa mendahulukan Winda. Keluarga besar juga punya kesulitannya sendiri, kami harus mengutamakan kepentingan bersama daripada urusan pribadi." "Sebagai keluarga, Kak Nia harus bersabar dan mengalah dulu." Nia menggertakkan gigi menahan amarah. Kedua tangannya sudah mengepal erat di balik selimut. Dia menatap dua pria tersebut sambil tersenyum sinis. Mereka benar-benar berusaha keras demi menipunya. Tapi Nia juga tidak mau peduli, dan malah memejamkan matanya lagi. "Aku mau istirahat." Dia baru membuka matanya lagi setelah mendengar langkah kaki mereka keluar ruangan. Kemudian Nia menelepon seseorang, "Halo, apa benar ini dengan agensi siaran langsung? Aku mau pesan jasa ... " Usai menutup telepon, dia meraba liontin yang biasanya tergantung di dadanya. Tapi dia malah tidak menemukannya. Liontin berisi rambut dan abu neneknya hilang! Nia panik seketika. Dia berdiri dan mencari di sekitar ranjang rumah sakit. Saat mau keluar mencari perawat, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Winda mengirimkan sebuah foto. Di dalam foto itu jelas terlihat kalung milik Nia! [Kalau masih mau kalung ini, cepat ke sini, atau kubuang kalung ini ke kloset.] Kemarahan dalam diri Nia membuat tatapannya tampak suram. Dadanya bergerak naik turun saking marahnya. Dia pun bergegas menuju ruang perawatan Winda. Di dalam kamar tersebut, Winda berdiri di dekat jendela. Wanita itu memegang kalung Nia, sengaja mengulurkan tangannya yang memegang kalung tersebut sampai ke luar jendela. Kalung itu pun berayun terkena angin, dan seolah bisa jatuh kapan saja. "Kembalikan kalungku, Winda!"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.