Bab 19
Kata-kata itu bagaikan belati paling tajam, menusuk tepat ke luka terdalam Arkan, luka yang paling menyakitkan, paling menyesakkan, dan paling sulit dihadapinya.
Segala kasih sayang dan sikap mengatur yang menyedihkan serta penuh kesombongan itu terkuak habis-habisan, tanpa sisa.
Warna kemerahan di wajah Arkan seketika hilang. Bibirnya gemetar, ingin membantah, tapi tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Rasa bersalah dan penyesalan yang selama ini dia sengaja abaikan dan tekan, tiba-tiba meluap seperti banjir bandang, menenggelamkannya dengan ganas.
Matanya berkunang-kunang, tubuhnya hampir tak mampu berdiri tegak.
"Diam!"
Arkan menggeram serak, benang kesabarannya benar-benar putus.
Tanpa peduli apa pun, dia tiba-tiba meraih ingin merebut Nara dari belakang Jarreth.
Tatapan Jarreth berubah dingin, kesabarannya habis, dan dia langsung melayangkan tinju.
Dua pria dengan status tinggi dan kemampuan luar biasa itu, tanpa diduga, bertarung di depan semua orang, seperti preman jalanan.

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda