Bab 20
Setiap kali Nara menyebutkan satu per satu, wajah Arkan semakin pucat, tubuhnya berguncang hebat, seolah bisa jatuh kapan saja.
Luka-luka yang dulu sengaja dia lupakan atau dianggap remeh, kini diucapkan Nara dengan tenang, tapi terasa begitu berdarah dan kejam, hingga membuatnya sesak napas.
"Nggak ... bukan begitu ... Nara ... aku ... "
Dia mencoba membela diri, tapi kata-katanya terasa lemah dan hampa.
Arkan terdiam, tak mampu berkata apa-apa, penyesalan yang mendalam hampir merobek dirinya sampai hancur.
Arkan bangkit sambil terhuyung-huyung, dan ingin menjauh dari suasana yang membuat sesak ini, tapi tanpa sengaja menabrak koper Nara yang diletakkan di sudut sofa.
Koper terbuka, barang-barang berhamburan di lantai.
Arkan langsung berjongkok untuk merapikan, dan saat dia asal memasukkan barang-barang kembali ke dalam koper, jarinya tanpa sengaja menyentuh sesuatu yang keras, tersembunyi di antara lapisan koper.
Secara refleks dia menariknya keluar.
Ternyata itu sebuah rekam medis.

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda