Bab 7
Gwen tertegun, lalu bertanya dengan tatapan bingung, "Kenapa?"
Juan menjawab dengan suara pelan dan menahan emosi, "Karena aku nggak suka."
Gwen menatap pria itu dengan bingung.
Namun, Gwen tidak bertanya lebih lanjut.
Sambil menunduk, Gwen menghela napas, kemudian mengangkat kepala dan berkata dengan nada tenang, "Oke, aku nggak akan menyebut namanya dalam seminggu ini."
Juan mengernyit. Kemudian bertanya dengan bingung, "Kenapa seminggu?"
"Karena seminggu lagi, kita sudah bukan suami dan istri lagi."
Namun, kalimat itu tenggelam dalam suara Amira.
Amira tiba-tiba masuk dan berkata dengan suara manja sekaligus kesal, "Kak, sudah cukup kasih perhatian sama dia, bisakah Kakak juga kasih perhatian padaku? Kamu menghukumku demi wanita lain, akibatnya hari ini aku kelaparan."
Kali ini, Juan sangat marah. "Jangan buat onar lagi, Amira!"
Amira cemberut dan matanya memerah. "Kamu sudah nggak sayang lagi sama aku, 'kan? Oke, aku pergi!"
Setelah berkata demikian, Amira berlari keluar sambil menangis.
Saat melihat Amira pergi sambil marah, Juan merasa tidak berdaya.
Juan berbalik dan berkata kepada Gwen, "Aku mau melihat dia dulu."
Gwen mengangguk.
Ketika dua orang itu pergi, Gwen baru saja bangun untuk menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri, tiba-tiba dia mendengar suara keras dari luar!
Gwen terkejut, dia bergegas turun dari tempat tidur.
Gwen melihat Amira tergeletak di samping vila dengan berlumuran darah. Ada sebuah mobil berhenti di samping.
Sopir turun dari mobil dengan panik untuk memeriksa, sementara Juan berlutut di samping Amira dengan wajah memucat.
"Amira, jangan buat Kakak takut ... "
Juan bergegas membopong Amira masuk ke mobil dengan suara bergetar. Mobil itu melaju ke rumah sakit dengan kecepatan tinggi.
Gwen berdiri dengan wajah tertegun. Ini pertama kalinya, Gwen melihat Juan seemosional ini.
Karena takut terjadi sesuatu, Gwen segera mengikuti dengan taksi.
Amira dilarikan ke ruang operasi dengan buru-buru, tidak lama kemudian, dokter keluar dengan terburu-buru dan berkata dengan serius, "Pasien kehilangan terlalu banyak darah, perlu transfusi darah, tapi persediaan darah di rumah sakit nggak cukup. Bagaimana ini?"
Juan segera menggulung lengan bajunya. "Ambil darahku. Golongan darah kami sama."
Perawat segera membawanya ke ruang operasi. Setelah mengambil 400cc yang merupakan batas maksimum yang dapat ditoleransi tubuh, tetapi itu masih belum cukup.
Baru saja perawat mau berhenti mengambil darah, dan mencari cara lain, Juan menahan tangan perawat itu, kemudian berkata dengan suaranya serak, "Lanjutkan ambil darahku."
"Nggak bisa ... "
"Aku suruh kamu lanjut ambil darahku."
Perawat itu ragu, Kemudian, dia menoleh ke arah Gwen sambil berkata, "Nona Gwen, tolong bujuk Pak Juan. Kalau darahnya terus diambil, tubuhnya akan menjadi lemas."
Gwen tidak tahu cara membujuk Juan, jadi dia hanya bertanya kepada Juan, "Juan, apa kamu mencintai Amira melebihi nyawamu sendiri?"
Dengan ekspresi dingin, Juan menjawab tanpa ragu, "Ya."
Gwen tertegun sejenak. Kemudian, dia menoleh ke perawat dan berkata, "Dengarkan kata dia."
Perawat itu menjadi panik. Namun, saat melihat mereka berdua bersikeras, perawat itu juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah mengambil darah sebanyak 1.000 cc, wajah Juan langsung memucat dan tidak bisa berdiri dengan stabil.
Namun, Juan bersikeras berdiri di depan ruang operasi, tidak mau beranjak sedikit pun.
Gwen takut Juan akan mati di sini, jadi Gwen bergegas menghampirinya dan berkata, "Aku saja yang jaga di sini, kamu istirahat dulu."
Juan menggelengkan kepala. Dengan mata memerah, Juan menatap ke arah ruang operasi. "Nggak, aku nggak tenang."
Gwen tidak mengatakan apa-apa lagi. Gwen hanya bisa berdiri diam di samping sambil melihat pintu ruang operasi.
Sampai dokter keluar dan mengumumkan bahwa Amira sudah keluar dari masa kritis, Juan akhirnya bisa bernapas lega.
Tubuh Juan terhuyung-huyung, akhirnya pria itu tidak kuat lagi dan jatuh pingsan.