Bab 16
Kerumunan di sekitar langsung gempar dan berbisik. Ada yang terharu oleh ketulusan itu, ada yang meragukan, dan ada pula yang hanya ingin menonton drama.
Namun Evita, tokoh utamanya tetap tanpa ekspresi.
Dia menatap Primus dari atas, dengan tatapan tenang seperti sedang melihat sebuah sandiwara buruk yang sama sekali tidak ada hubungan dengan dirinya.
Ketika Primus akhirnya selesai bicara dan di udara hanya tersisa napasnya yang terengah-engah serta bisik-bisik di sekeliling, barulah Evita perlahan membuka mulut. Suaranya jernih, dingin, tidak membawa gelombang apa pun, namun seperti sebilah pisau es, menembus semua topeng kepalsuan Primus.
"Primus," dia berhenti sejenak, menurunkan pandangan pada cincin berlian yang sedang diangkat pria itu, lalu bibirnya terangkat sedikit, senyum yang sangat tipis dan sinis, "cintamu terlalu kotor."
Evita mengucapkan tiap kata dengan jelas, setiap suku kata seperti palu yang menghantam dada Primus, "Aku nggak sanggup menerimanya."
Selesai berbicara,

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda