Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 6

Selama Jessy tinggal di sana, Marsha melihat sisi Hansen yang sama sekali berbeda. Hansen akan mengingat bahwa Jessy tidak menyukai daun ketumbar, dan segera mengganti hidangan yang dibenci wanita itu begitu dia mengernyit. Pada malam hujan badai, dia akan menjadi orang pertama yang menenangkan Jessy yang ketakutan. Ruang kerja yang dulu tertutup rapat bagi Marsha, kini bisa dimasuki Jessy sesuka hati. Marsha akhirnya mengerti, ternyata begitulah cara Hansen mencintai seseorang. Marsha teringat, dulu dia pernah diam-diam merasa bahagia hanya karena kehadirannya bisa membuat Hansen mengendalikan keinginan untuk menyakiti diri sendiri saat emosi pria itu meledak. Dia mengira itu tanda bahwa Hansen mulai menyukainya. Sungguh ... betapa bodohnya. Suatu hari, saat Marsha lewat di depan ruang baca, pandangan sekilasnya menangkap Jessy sedang memainkan sesuatu. Dia berhenti, mengintip melalui celah pintu yang setengah terbuka ... Ternyata Jessy menggenggam liontin giok susu yang diwariskan nenek Hansen! Liontin itu hampir terlepas dari jari Jessy beberapa kali. Marsha merasa jantungnya berdebar kencang, dia berlari masuk dan merampas liontin itu. "Apa yang kamu lakukan? Ini pusaka nenek Hansen, bagaimana bisa kamu sembarangan ... " "Apa urusannya denganmu?" Jessy dengan kesal merebutnya kembali. Melihat Marsha panik, tiba-tiba senyumnya berubah jahat. "Kamu begitu peduli, ya? Kalau begitu ... " Dia sengaja membuka tangannya. "Prakk ... " Liontin itu jatuh ke lantai dengan keras, pecah menjadi dua. Jantung Marsha nyaris berhenti berdetak. Itu adalah benda yang paling berharga bagi Hansen, pusaka yang diberikan neneknya sebelum meninggal! "Ada apa ini?" Suara Hansen terdengar dari pintu. Marsha menoleh, dan melihat Hansen berdiri dengan wajah gelap, menatap pecahan yang berserakan di lantai. "Marsha yang menjatuhkannya." Jessy cepat-cepat menjawab, nada suaranya penuh rasa kesal. "Aku cuma mengambilnya sebentar, dia langsung merampasnya ... " Tatapan Hansen langsung membeku dingin. "Marsha, berani sekali kamu ... " "Ada kamera pengawas di ruang baca." Marsha memotong lembut, suaranya sedikit gemetar. "Kamu bisa lihat sendiri, bagaimana kejadian yang sebenarnya." Suasana seketika membeku. Wajah Jessy langsung berubah, dengan enggan dia segera mengganti perkataannya. "Maaf, Hansen, aku ... nggak sengaja memecahkannya ... Apakah itu penting bagimu? Aku akan ganti dengan yang sama persis, ya." Yang mengejutkan, amarah Hansen langsung hilang seketika. Dia segera melangkah ke sisi Jessy, lalu menggenggam tangannya. "Apa kamu terluka?" Marsha berdiri terpaku, melihat Hansen memeriksa tangan Jessy dengan saksama, hatinya seperti dicabik-cabik. Tak ada yang lebih tahu dari Marsha betapa berharganya liontin itu bagi Hansen. Tiga tahun lalu, saat Bu Vera tidak sengaja kehilangan liontin itu, Hansen baru saja menjalani operasi kaki. Dia menyeret tubuhnya yang sakit mencari di malam yang dingin selama tiga jam. Begitu pulang, dia bertengkar hebat dengan ibunya, lalu mengurung diri di kamar dan merusak barang-barang di dalamnya. Marsha menerobos malam yang dingin mencari liontin itu perlahan di seluruh halaman. Tangannya membeku, hingga akhirnya dia menemukan benda itu saat fajar. Kini, liontin itu sengaja dihancurkan Jessy, namun yang diperhatikan Hansen hanyalah apakah dia terluka atau tidak. Marsha tersenyum getir. Ternyata dia mencintai Jessy sampai sedemikian rupa. Sementara dia begitu naif, pernah mengira setelah Hansen pulih, dia akan menikahinya. Berhari-hari, dia menunggu di tepi ranjang Hansen, melihatnya berjuang melewati rasa sakit saat rehabilitasi, sambil diam-diam berjanji dalam hati bahwa dia akan selalu ada di sisi pria itu, seumur hidupnya. Bahkan saat dia dalam keadaan paling terpuruk dia menulis di buku hariannya. "Begitu dia bisa berdiri, aku akan menikahinya." Sebuah keinginan yang begitu konyol. Ternyata dirinya selama ini hanya dianggap sebagai bahan lelucon. Untung saja, akhirnya dia sudah benar-benar tersadar. Hatinya yang pernah tulus, takkan dia serahkan lagi pada orang yang tak tahu cara menghargainya.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.