Bab 95 Nanti Kita Masih Akan Punya Anak
Hardy perlahan menutup pintu kamar. Ketika dia mendongak, dia melihat Riana duduk tidak jauh dari situ.
Mereka masih belum bisa keluar dari kesedihan kehilangan anak itu.
Dia pun sama.
Hardy bersandar di dinding. Perasaan tidak berdaya menyelimuti hatinya. Bagaimana bisa sampai sejauh ini.
Riana melangkah mendekat. Dia tahu Hardy sangat menderita sekarang, tetapi tetap saja dia tidak bisa menahan diri untuk menyalahkannya. "Dulu aku sudah memperingatkanmu berkali-kali, kenapa kamu nggak menghargainya dengan baik."
Hardy tidak bersuara, dan menundukkan kepala menatap lantai.
Namun, pandangannya perlahan mulai kabur.
Janin yang sudah terbentuk itu telah dikremasi, dan sekarang terbaring tenang dalam sebuah kotak abu kecil.
Setiap kali Hardy memikirkan hal itu, dadanya terasa nyeri tidak terkatakan, begitu sakit sampai sulit bernapas.
Riana tidak bisa berkata-kata lagi untuk menegurnya. Dia hanya menepuk bahu Hardy. "Kalau kamu benar-benar pria, kejarlah Susan. Jangan biarkan dia sedih la

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda