Bab 606
Aku langsung berlari ke dalam ruang dokter, mendekati dokter tanpa memedulikan apa pun.
Ibuku terkejut melihatku, suaranya bergetar, "Mei, kamu ... kenapa kamu ada di sini?"
Aku memandang ibuku, mataku langsung dipenuhi kabut air, hati penuh dengan rasa sakit dan kesedihan.
Pantas saja, waktu itu mata ibuku selalu menyiratkan kesedihan yang tak kunjung hilang.
Tidak mengherankan, waktu itu ibuku selalu bilang tidak rela meninggalkan kami.
Aku pikir itu karena dia terlalu sedih dengan masalah ayah yang berselingkuh. Namun, ternyata dia sudah sakit parah.
Saat itu, kami tidak ada di sisinya, sementara ayah seperti itu. Pasti dia sangat tak berdaya dan takut.
Aku memeluk ibuku, suaraku tercekat, "Kenapa bisa seperti ini, Bu? Kenapa Ibu nggak bilang lebih awal?"
Ibuku menepuk punggungku, menangis tanpa suara, "Ini sudah nggak bisa disembuhkan, bagaimana aku bisa kasih tahu kalian?"
"Sekarang harapan terbesar Ibu adalah kamu dan kakakmu bisa hidup baik-baik saja. Selama kalian bahagia, mesk

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda