Bab 19
Waktu berlalu lambat di tengah upaya Steve untuk menyenangkan hati Lyvia.
Dia menyuruh orang mengumpulkan segala harta, dari barang antik lelang hingga pakaian mewah. Semuanya dikirimkan ke depan Lyvia seperti aliran sungai.
Namun, sekarang, seberapa pun berharga hadiah itu, Steve tidak mampu menggerakkan sedikit pun hati Lyvia.
Lyvia selalu duduk sendiri di taman dengan laptop di pangkuannya. Jari-jarinya menekan keyboard dengan suara halus.
Awalnya, Steve mengira ini adalah cara Lyvia menghabiskan waktu.
Hingga suatu siang, asistennya menyerahkan tablet kepadanya.
"Pak Steve, lihatlah ...."
Asisten itu tampak ragu, seolah menyimpan sesuatu yang sulit diungkapkan.
Steve menatap layar. Terlihat jelas Lyvia sedang menulis novel bersambung.
Hanya membaca beberapa saat, wajahnya menjadi masam.
Tokoh utama dalam tulisan Lyvia ternyata sangat mirip dengan pengalamannya sendiri!
Ternyata selama ini, dia menggunakan cara paling kejam. Dia mengubah lukanya menjadi kata-kata dan mengunggahnya d

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda