Bab 18
Tidak lama kemudian, pintu vila terbuka.
Badan tinggi Haikal terhuyung keluar dari vila.
Di bawah cahaya bulan, Lyvia melihat wajah Haikal pucat, satu tangannya menutup perutnya. Darah terus menetes dari sela jarinya, membuat kemeja putihnya menjadi warna merah mencolok.
"Kamu terluka?" suara Lyvia bergetar. Dia mengulurkan tangan dan hendak memapahnya.
Tiba-tiba, Haikal menahan pergelangan tangannya. Dia bertanya dengan suara serak, "Siapa yang suruh kamu datang?"
Lyvia menghindari pandangannya. Dia tidak menjelaskan. Dia hanya berkata dengan tenang, "Kamu urus dulu lukanya, urusan Steve biar aku yang selesaikan."
Mendengar itu, tiba-tiba Haikal mendorongnya mundur dengan sekuat tenaga. Luka kembali robek, tetapi dia tidak merasa sakit sama sekali.
"Steve sudah gila. Kalau kamu masuk sekarang, sama saja masuk perangkap sendiri."
"Haikal." Lyvia membalikkan tangannya, lalu menggenggam jarinya yang berdarah dan menekannya perlahan, "Percayalah, aku bisa menjaga diri sendiri."
Sementara

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda