Bab 9
Steve mengerutkan alisnya dengan pelan. Hatinya merasakan perasaan aneh.
Dia mengangkat tangan dan memijat keningnya. Kemudian, dia menekan rasa tidak nyaman dan berkata, "Ada rapat dewan, aku nggak boleh terlambat."
Yanny menutup tubuhnya dengan selimut dan duduk. Ujung jarinya mengelus punggung Steve sambil berkata, "Kalau begitu ... pulanglah lebih awal malam ini, ya?"
Wajahnya yang memerah karena puas. Namun, tatapan matanya berkilat kilasan perhitungan.
Begitu Steve pergi, Yanny segera meraih ponsel dan memberi tahu ibunya bahwa rencananya berhasil.
"Aku sudah bilang, Steve nggak bisa melupakanmu." Suara ibunya Yanny penuh sukacita yang sulit ditahan. "Di rumah sakit sudah diatur semuanya, dokter yang memeriksa kamu akan mengakui itu salah diagnosis. Nanti, saat kamu hamil, lihat bagaimana Lyvia bisa menandingimu."
...
Steve tiba di perusahaannya.
Begitu memasuki ruang rapat, dia melihat beberapa anggota dewan mengelilingi seorang eksekutif. Mereka menanyakan kabar dan menunjukkan

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda