Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 4

Bimo kaget, dia langsung teringat Carla. "Carla, kamu ... " "Masih hidup, kok." Carla membalas dengan sinis. Bimo lalu menatap lengannya yang bengkak dan memerah. Raut wajahnya seketika berubah. "Kamu kok bisa terluka separah ini?" Sissy segera meminta maaf, "Kak Carla, maafkan aku. Ini semua gara-gara aku nggak hati-hati ... " Sebelum dia selesai bicara, Bimo segera berkata, "Sudahlah. Kamu kan nggak sengaja juga. Kakakmu pasti nggak akan mempermasalahkannya, nggak usah sampai minta maaf." "Plak!" Carla tiba-tiba mengangkat tangan dan menampar Sissy, lalu berkata, "Maaf, aku nggak sengaja." Carla mengerahkan seluruh tenaganya saat menampar barusan. Wajah Sissy langsung bengkak. Bimo ikut sakit hati, kedua matanya sudah memerah. "Sissy kan sudah bilang kalau nggak sengaja, kenapa malah menamparnya?" Carla mendengus, lalu membalas dengan nada mengejek, "Aku juga sudah minta maaf, barusan nggak sengaja. Kenapa kamu masih nggak terima?" Bimo sontak marah, "Kamu kira aku buta? Kamu sengaja menamparnya barusan!" Carla langsung membalas, "Kalau begitu, kenapa kamu juga nggak lihat kalau tadi Sissy juga sengaja menumpahkan supnya?" Mendengar ini, Sissy langsung berusaha menjelaskan, "Kak, aku benar-benar nggak sengaja. Kalau kamu masih marah, tampar saja aku lagi." Usai bicara begitu, dia memasang wajah melas dan menatap Bimo dengan tatapan memohon. Carla mengangkat alis, dia tidak menunggu Bimo bereaksi dan langsung mengangkat tangan lagi, lalu menampar Sissy untuk yang kedua kalinya. Kali ini tamparannya sampai membuat Sissy tersungkur ke lantai. Kemudian, dia mengabaikan teriakan marah Bimo dan pergi membawa kunci mobil. Carla pergi ke rumah sakit sendirian untuk mengobati luka bakarnya, lalu pergi makan malam sendiri. Waktu pulang ke rumah, Sissy dan Bimo tidak ada di sana. Pelayan bilang kalau mereka pergi ke rumah sakit. Carla mendengus, baru juga ditampar dua kali. Bahkan mungkin bengkaknya sudah kempes sekarang. Entah mereka memang benar pergi ke rumah sakit atau berselingkuh, hanya dua orang itu yang tahu. Bimo baru pulang saat tengah malam. Carla yang sudah tidur jadi terbangun saat merasakan kasur di sampingnya melesak ke bawah. Bimo memeluknya dari belakang, menggigit pelan daun telinganya, sementara tangannya sudah menyusup ke dalam gaun tidur Carla. Carla segera menghentikan tangan pria itu dan menyingkirkannya dengan keras. Bimo sontak mematung. Baru kali ini Carla menolak ajakannya untuk bercinta. "Kenapa?" Tanyanya dengan suara serak. Carla menjauh sambil tertawa sinis dalam hati. Pria ini masih berani tanya kenapa. Bimo langsung sadar dan berkata, "Kamu masih marah?" "Memangnya aku nggak boleh marah?" Kata Carla. Bimo terdiam sebentar. "Sissy sudah melukaimu dengan sup panas, tapi kamu kan sudah balas menamparnya dua kali, mau apa lagi?" Carla malas buang-buang waktu berdebat dengannya. "Sudah belum bicaranya? Kalau sudah, sana pergi, jangan ganggu tidurku." Suasana langsung terasa dingin. Dia bahkan bisa mendengar Bimo yang menggertakkan gigi. Beberapa saat kemudian, pria itu menghela napas dan berkata, "Sudahlah Carla, ini semua salahku. Nggak seharusnya aku lebih peduli ke Sissy. Tapi tadi aku cuma cemas dia terluka. Bisa-bisa Ayah malah menyalahkanmu, makanya ... " Carla mendengus, "Benarkah? Kamu pengertian sekali." Dia sudah muak melihat akting Bimo, makanya balik badan dan membelakanginya. Bimo memegang pundak Carla lalu menarik wanita itu agar balik menghadapnya. Kedua matanya terlihat penuh penyesalan. "Maafkan aku, Carla. Aku janji, apa pun yang terjadi kelak, aku akan lebih dulu memperhatikanmu." Carla menatap pria yang begitu dia cintai selama sepuluh tahun belakangan. Tapi seluruh tubuhnya terasa sakit. Dia pernah begitu memercayai pria ini, tapi malah dikhianati. Perasaan kecewa dan menyesal pun memenuhi hatinya. Dia mencubit tangannya sendiri sebagai pengingat agar tidak jatuh dalam tipuan pria itu lagi. Bimo berkata dengan lembut dan suara yang serak, "Apa pun yang kamu minta akan kupenuhi, mau rumah, mobil, perhiasan, terserah. Asal kamu nggak marah lagi padaku ... " Carla sudah mau menolak, tapi dia tiba-tiba punya ide dan berkata, "Benarkah?" "Tentu saja." "Baiklah." Carla membuka laci dan membalik halaman terakhir dari surat cerai. "Tanda tangan di sini." Bimo sama sekali tidak melihat tulisan di kertas itu dan langsung menandatanganinya. Carla tidak menyangka semuanya akan berjalan selancar ini. Dia pun tersenyum tanpa sadar. Melihat ekspresinya, Bimo jadi penasaran dan mengulurkan tangan untuk membuka laci. "Kamu beli apa, sampai sesenang ini?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.