Bab 5
Carla menghentikannya dan berkata dengan riang, "Rahasia, kamu akan segera tahu."
Dia akan menghadiahkannya secara langsung pada Bimo saat acara pesta ulang tahun pernikahan mereka.
Bimo tidak bisa menahan senyumnya. "Oke, kamu bisa beli apa pun semaumu, asal jangan marah padaku."
Tiba-tiba, dia ingat sesuatu. "Oh ya, Carla, tadi kamu mau menanyakan sesuatu padaku, 'kan?"
Dengan tenang Carla berkata, "Oh, aku sudah lupa mau tanya apa."
Bimo juga tidak terlalu memikirkannya. "Ya sudah, tanyakan saja lagi kalau ingat, tidurlah."
Keesokan paginya, setelah Bimo pergi, Carla menyerahkan surat cerainya ke pengacara yang dipercayainya. Dia meminta pengacara tersebut untuk mengurus perceraiannya.
Pengacara memintanya mengumpulkan bukti perselingkuhan Bimo secepatnya.
Setelah mencapai kesepakatan, Carla melajukan mobilnya ke mal dan memilih hadiah yang istimewa untuk Sari.
Hari ini merupakan hari ulang tahun neneknya. Dia mau pulang ke kediaman Keluarga Wicaksono untuk makan malam.
Biasanya, Bimo akan ikut menemaninya pulang di hari ulang tahun nenek.
Tapi kali ini Carla enggan mengajaknya.
Dia tidak menyangka akan melihat pria itu sudah di kediaman Keluarga Wicaksono saat ke sana.
Pria itu duduk berdampingan dengan Sissy. Bahu mereka berdekatan dan terlihat mesra.
Anton, ayah Carla, dan Yunita, ibu tirinya, juga duduk bersama dua orang tadi. Yunita dengan ramah berkata, "Sissy ini memang anaknya emosian. Untung saja Bimo bisa maklum."
"Sudah seharusnya." Kata Bimo yang lanjut menambahkan, "Sissy sudah banyak menderita demi aku ... "
Raut wajah Carla sontak berubah. Ternyata semua orang tahu kalau Bimo dan Sissy memang dekat. Hanya dia yang selama ini tidak tahu.
Kemudian, Sissy melihat ke arahnya dengan kaget, "Kakak!"
Tatapan semua orang juga langsung tertuju ke Carla. Sementara Bimo berdiri dan berjalan mendekatinya.
Carla menatapnya sekilas, lalu melangkah ke atas untuk menemui Sari, neneknya.
Yunita berkata dengan sinis, "Nggak sopan sekali, ada orang tua malah nggak disapa."
Carla menghentikan langkahnya. Tanpa berbalik dia berkata, "Selingkuhan perusak keluarga orang sepertimu, memangnya pantas jadi orang tua?"
"Kamu!" Ekspresi Yunita sontak berubah. Karena masih ada Bimo, dia tidak banyak bicara dan beralih menatap Anton untuk minta bantuan. "Sayang, lihat barusan Carla bicara apa!"
Anton memasang ekspresi suram dan berkata, "Carla! Cepat sini dan minta maaf ke Bibi!"
Sissy juga ikut memanasi, "Ya, Kak, kamu kok bicara begitu ke ibuku?"
Dia menjeda ucapannya sejenak, lalu seperti menyadari sesuatu saat berkata, "Aku tahu. Kamu pasti marah karena aku pulang sama Kak Bimo tanpa mengajakmu? Ini nggak seperti yang kamu kira. Tadi siang Kak Bimo mengantarkanku ke rumah sakit untuk kontrol, lalu kami ... "
Carla sudah tidak tahan lagi, dia balik badan dan berkata, "Sissy, kalau kamu suka akting, kenapa nggak jadi aktris saja?"
Hanya kena tampar dua kali kok pakai kontrol segala, konyol.
Tepat setelah Carla bicara begitu, Bimo langsung berseru keras, "Carla! Kamu keterlaluan! Cepat minta maaf ke Bibi dan Sissy, atau ... "
"Atau apa?" Carla menantangnya, "Apa kamu mau menceraikanku?"
Bimo menyipitkan mata. Dia jelas tidak menyangka kalimat itu bisa terlontar dari mulut Carla.
Saat tersadar dari keterkejutannya, Carla sudah berbalik dan pergi.
Sari terbaring di ranjang. Saat mendengar keributan tadi, dia membuka mata dan bertanya dengan serak, "Carla?"
Carla segera mendekatinya dan meletakkan hadiah yang dia bawa ke meja di samping ranjang. "Nenek, selamat ulang tahun."
Sari menggenggam erat tangannya dan bertanya dengan cemas, "Kudengar kamu hamil, apa benar?"
Carla ragu sesaat, tapi akhirnya mengangguk, "Ya."
"Ah." Sari menghela napas, matanya berkaca-kaca. "Carla, kamu sudah banyak menderita. Prosedur bayi tabung sangatlah menyiksa, Bimo tega membiarkanmu melakukannya sampai 99 kali."
"Kalau nanti dia berani menyakitimu lagi, Nenek rela mengorbankan nyawa demi melawannya."
Carla enggan membuat neneknya cemas. Dia sengaja tidak menceritakan kebenarannya.
Mereka berdua mengobrol sebentar sampai Sari tertidur karena mengantuk. Baru setelah itu Carla pergi dan menuruni tangga dengan hati-hati agar tidak berisik.
Suasana di meja makan dipenuhi tawa, tapi semua langsung terdiam saat melihat Carla datang.