Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 5

Aditya akhirnya berkata pada perawat, "Suruh dia ke sini." Perawat pergi ke sana dan kembali lagi setengah menit kemudian. Lalu berkata dengan jujur, "Bu Sharleen bilang dia akan datang kalau Anda sudah bisa pakai kata-kata sopan." Urat di pelipis Aditya menegang dan memijit keningnya. Saat ini, ponselnya berdering. Telepon dari kakaknya, Arvin Wirawan, "Kamu di kamar, 'kan? Aku sama kakak iparmu akan pergi menjengukmu sepulang kerja nanti." "Ada." Setelah menutup telepon, Aditya menyipitkan mata, lalu berkata pada perawat, "Bilang ke dia, aku mengundangnya datang ke sini." Ketika perawat menyampaikan pesan itu ke Sharleen. Sharleen tercengang selama beberapa saat. Tapi karena Aditya sudah mengundangnya dengan sopan, akhirnya dia pun ke sana sambil memegang setengah potong pizza durian yang belum habis dimakan. Wajah Aditya langsung berubah dan menutup hidungnya, "Siapa suruh kamu bawa itu? Buang sekarang juga!" "Seleramu benar-benar payah, makanan seenak ini malah nggak dihargai." Mengingat dia seorang pasien, Sharleen buru-buru memasukkan semua pizza ke mulutnya. Pipinya yang berisi sampai menggembung, mulut penuh remah dan terlihat lumayan imut. Tapi baunya .... Wajah tampan Aditya terlihat jijik, "Kamu ... jangan terlalu dekat denganku." "Ada apa, langsung bilang saja." Sharleen tidak mendekat. Aditya berkata, "Sebentar lagi paman dan bibiku datang menjengukku. Kamu harus menyapa mereka dengan sopan. Jangan membuatku malu, mengerti nggak?" Sharleen berkata datar, "Hanya soal itu? Tenang saja, aku jauh lebih sopan daripada kamu." Setelah mengatakan itu, Sharleen kembali ke ruang istirahat lagi. Amarah Aditya hampir meluap, tapi dia menarik napas dalam-dalam, lalu menyeringai dingin. Menjelang sore, Arvin dan istrinya, Sandra, datang. Keduanya membawa banyak barang. "Duduklah." Aditya menggerakkan dagunya, lalu melirik ke Sharleen, menyuruhnya maju menyapa. Sharleen pernah melihat kedua orang itu. Mereka juga hadir di upacara pernikahan sebelumnya. Tapi waktu itu terlalu buru-buru, tidak ada yang mengenalkan para kerabat pada Sharleen. Sharleen mendekat dan mengangguk, "Paman, Bibi, apa kabar." "Puh ...." Arvin langsung menyemburkan teh di mulutnya Dia juga batuk keras. Wanita paruh baya di sampingnya buru-buru menepuk punggungnya dengan wajah berkerut. Sudut bibir Aditya berkedut, berusaha keras menahan tawa, tapi tetap saja kelihatan lesung pipinya. Selama ini, dia selalu dibuat kesal setengah mati oleh Sharleen. Kali ini akhirnya dia bisa menang, ternyata rasanya sangat memuaskan. Sharleen bingung. Apa dia salah panggil? Bukannya Aditya bilang mereka paman dan bibinya? Aditya menahan tawa dan pura-pura marah, "Jangan sembarangan panggil. Mereka ini kakak dan kakak iparku!" "..." Sharleen beradu pandang dengannya dan bisa merasakan niat jahat dari dalam mata pria itu. Ternyata seorang pria bisa memainkan cara kotor seperti ini. Tidak tahu malu. Dia menggigit bibir menahan kesal, "Bukankah kamu yang bilang paman dan bibi mau datang?" "Kapan aku bilang begitu? Memangnya kamu nggak bisa pakai otakmu sendiri? Orang tuaku sudah berumur enam puluhan, memangnya aneh kalau aku punya kakak berumur empat puluhan?" Aditya menegurnya dan terlihat kecewa. Sharleen akhirnya sadar, pria ini tidak akan mengaku. Selain itu, aktingnya memang luar biasa. Mata Sharleen terlihat memerah dan tubuhnya bergetar, "Maaf, Suamiku. Semua salahku yang terlalu bodoh. Kamu jangan marah lagi." Setelah itu, dia menunduk dan pura-pura menyeka air mata di ujung mata. Adegan itu membuat Aditya curiga dia lulusan akademi teater. "Jangan menangis lagi. Nggak apa-apa, hanya masalah kecil." Arvin melihat gadis secantik itu menangis di depannya, jadi segera menghiburnya, "Aditya lahir ketika ibuku sudah berusia empat puluhan. Dulu, saat aku pergi ke sekolahnya, orang-orang semua mengira aku ayahnya." Tapi kakak iparnya, Sandra, terlihat tidak senang, "Memangnya kamu nggak mencari tahu tentang Keluarga Wirawan dulu sebelum menikah?" "Pernikahan ini ... buru-buru, jadi aku nggak terlalu paham." Sharleen terisak dan menjawab dengan suara kecil. Sandra mendengus, "Padahal ibumu sudah beberapa kali mendesak Keluarga Wirawan supaya kalian cepat menikah, memangnya dia nggak pernah cerita sedikit pun?" Orang yang dia maksud adalah ibu Adeline, Sharleen tidak dekat dengannya. Sharleen merasa bersalah, hanya bisa menunduk dengan diam. Bagaimanapun, semakin banyak bicara semakin banyak salah, lebih baik diam. "Sudahlah, Sharleen nggak sengaja. Dia masih muda." Arvin kembali menghiburnya. "Ya, dia masih muda, aku yang sudah tua." Sandra mendengus, menepis tangan suaminya, lalu bangkit dan pergi. "Jangan perhitungan dengan kakak iparmu. Dia memasuki masa menopause selama beberapa tahun terakhir." Arvin menjelaskan dengan lembut, sebelum pergi mengejar istrinya. Akhirnya hanya tersisa mereka berdua di kamar pasien. Sharleen menghela napas lega, lalu memelototi Aditya. "Tuan Muda Aditya, menurutku kamu salah pilih jenis kelamin." "Apa maksudmu?" Aditya langsung waspada, nalurinya mengatakan tidak mungkin ada kalimat bagus yang akan keluar dari mulut wanita ini. "Kamu nggak pernah menonton drama kerajaan? Trikmu ini biasanya dipakai oleh selir di dalam istana." Sharleen menyindirnya. Urat pelipis Aditya berdenyut. Jadi maksudnya, dia seperti wanita licik? Dia mendengus dingis, "Memangnya itu salahku? Siapa suruh kamu begitu bodoh, aku bilang apa langsung percaya. Kalau kamu punya banyak waktu luang, kurangi minum teh susu dan pizza, biar otakmu nggak tambah tumpul. Makanlah kacang kenari yang banyak." Dengarlah. Betapa tajam dan kejam mulut orang ini. Wajah oval Sharleen cemberut, matanya yang bulat menatapnya dengan marah. Aditya mengangkat alis dan tiba-tiba merasa suasana hatinya membaik. Sayangnya perasaan itu tidak bertahan lama. Karena Sharleen membeli dua potong pizza durian dan duduk di samping ranjang sambil memakannya. "Suamiku, pizza ini enak sekali. Mau coba?" "Hmm, wangi sekali." Aroma durian yang menyengat membuat kepala Aditya sakit dan mual. Dia menarik Sharleen, lalu muntah di tubuhnya. "Ahhh!" Terdengar jeritan melengking seorang wanita dari dalam kamar rawat.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.