Bab 14
Di kamar yang gelap gulita, satu sosok tiba-tiba bangkit dari tempat tidur.
Wenny bernapas terengah-engah, keringat tipis di dahi membasahi bantal.
Pintu kamar tiba-tiba didorong, lampu kamar juga ikut menyala.
Dia langsung memeluk wanita yang ada di ranjang itu.
Telapak tangan besarnya menempel lembut di punggungnya, seolah menenangkan.
Seluruh tubuh Wenny bergetar, keringat deras membasahi tubuhnya.
Hanzel tidak merasa jijik sama sekali.
Dia terus memeluknya, menenangkannya tanpa henti.
Hingga Wenny perlahan tenang.
Matanya yang bingung, kini menatap pria di depannya dengan jelas. Dia perlahan menundukkan kelopak mata.
"Maaf, aku merepotkanmu lagi."
"Nggak apa-apa, mimpi buruk lagi?" Suara Hanzel penuh perhatian.
"Apakah hari ini sudah minum obat tepat waktu?"
Wenny masih agak linglung, refleksnya lamban dan meraih botol obat di bawah bantal.
Tapi saat membuka tutup dan melihat botolnya kosong, dia menundukkan kepala, seperti murid yang melakukan kesalahan. Dia menjawab dengan jujur,

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda