Bab 2
"Benarkah? Kamu nggak bohong?"
Di telepon terdengar suara girang.
Di telinga Wenny, itu terdengar menjijikkan.
"Tapi aku ada syarat."
"Terserah kamu mau apa, asal kamu setuju menikah dengan Keluarga Sharun, Ibu akan kabulkan apa pun syaratmu."
Senyum sinis terukir di bibir Wenny.
"Aku mau helikopter datang menjemputku, mau kamu hapus semua jejakku di sini. Terakhir, aku akan kasih gambar, kamu cari orang untuk membuat gaun pengantin itu."
Suara wanita di telepon terdengar bingung. "Keluarga Sharun sudah menyiapkan semuanya. Kamu nggak perlu menyiapkan gaun pengantin sendiri. Lagi pula, hal seperti ini, mana bisa disiapkan pihak wanita?"
Bulu mata Wenny yang terkulai bergetar sedikit.
Dia tidak mau buang waktu bicara lagi, jadi berkata datar, "Kamu nggak perlu ikut campur, bawakan saja barangnya. Aku akan tepati janji, menikah dengan Hanzel Sharun."
Wenny baru saja ingin menutup telepon, tapi suara ibunya, Yunita Wangsa terdengar lagi.
"Sebelum kamu menikah ke sini, ingat untuk menyelesaikan pernikahanmu sebelumnya. Keluarga Sharun nggak peduli kamu pernah menikah atau nggak, tapi kalau mau putus, harus putus sampai tuntas!"
Wenny tertawa mengejek diri sendiri.
"Tenang saja, dari awal sampai akhir, aku belum menikah." Tangannya terkulai lemas.
"Apa? Belum menikah ...."
Dari telepon samar-samar terdengar suara bingung Yunita.
Tapi Wenny tidak lagi peduli dan langsung menutup telepon.
"Belum menikah? Siapa yang belum menikah?"
Tiba-tiba suara yang familier terdengar dari belakang.
Wenny perlahan menoleh, melihat Clayton dengan wajah tegang dan senyum kaku.
Dia melangkah cepat dan memegang pergelangan tangan Wenny dengan erat.
Wenny kesakitan, tapi tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
Wajahnya tetap tenang dan menatapnya tanpa berkedip. "Aku belum menikah."
Mata Clayton menatapnya dengan tajam.
Tiba-tiba, sudut bibirnya tersenyum, tangan besarnya merangkul bahu Wenny dengan erat.
"Istriku, kalau kamu belum menikah, terus aku siapa? Jangan bercanda, seumur hidup, kamu nggak akan bisa melepaskanku!"
Sebuah ciuman mendarat di dahi Wenny.
Tapi Wenny hanya merasa dingin dari kepala sampai kaki.
'Benar, Clayton.'
'Aku belum menikah, jadi kamu harusnya siapa buatku?'
Wenny menggigit ujung lidah, merasakan rasa darah, kukunya menancap kuat di kulitnya sendiri. Tenggorokannya bergolak ingin menjerit, tapi dia hanya bisa menggigit bibir bawah dengan kuat. Matanya dipenuhi rasa sesak yang menyakitkan.
Melihatnya seperti itu, Clayton jadi panik dan mengusap air mata di wajahnya.
Sudah berapa lama dia tidak melihat Wenny menangis?
Melihatnya seperti ini, naluri ingin melindunginya langsung meledak.
Clayton menatapnya dengan serius. "Istriku, siapa yang menyakitimu? Kamu nggak pernah menangis, apa yang terjadi hari ini?"
Dahi Wenny berkedut beberapa kali.
Dirinya menangis?
Wenny mengangkat tangan untuk menyekanya, ternyata basah.
Clayton terlihat menatapnya dengan cemas.
Akhirnya dia memilih tersenyum mengejek dirinya sendiri.
"Aku sedang haid, perutku sakit. Aku capek, mau tidur."
Clayton langsung menggendongnya.
Saat melihat mereka masuk, orang-orang yang sebelumnya mengejek Wenny tiba-tiba memuji mereka sebagai pasangan serasi.
Clayton tertawa sambil mengusir mereka pergi.
Lalu, dia meletakkan Wenny di tempat tidur.
Dia berbaring di samping Wenny dengan pakaian lengkap. Telapak tangannya yang hangat mengusap perut Wenny dan memijat pelan.
"Istriku, enak nggak?"
Beberapa hari tiap bulan, Wenny selalu tersiksa oleh nyeri haid.
Clayton akan meninggalkan semua urusan, pulang ke rumah, dan berbaring di samping Wenny untuk menghangatkan tubuhnya sampai dia tertidur.
Dia suka mendengar Wenny yang setengah sadar setengah tidur, menjawab dengan suara manja kalau pijatannya enak.
Clayton bilang, suara Wenny yang seperti itu ....
Membuatnya teringat masa lalu.
Dulu, Wenny adalah putri Keluarga Yudira di Kota Jiberia, penakut tapi keras kepala.
Setelah ayahnya meninggal, ibunya jadi sosialita terkenal.
Wenny membenci Yunita.
Demi mempertahankan citra glamor, ibunya terus tidur dengan para pria demi kekayaan yang tidak ada habisnya.
Wenny memberontak, belajar pergi ke klub malam, belajar minum alkohol.
Karena ibunya, dia hampir diperkosa!
Tapi di saat genting, Clayton yang dulunya seorang preman menyelamatkannya.
Sejak hari itu, dia selalu mengikuti Clayton.
Wenny tahu Clayton adalah anak luar nikah keluarga Jimawa di Kota Jiberia.
Tahu latar belakangnya yang sulit.
Tahu Clayton punya harga diri tinggi.
Wenny diam-diam menemani Clayton ke luar negeri, diam-diam menemaninya membangun kekuatan sendiri di Negara Itana.
Clayton bilang dia terlalu lemah.
Maka Wenny menjadi kuat.
Clayton bilang dirinya cengeng.
Jadi Wenny menahan semua rasa sakit, bahkan jika peluru menembus bahunya, dia tidak akan meneteskan air mata.
Dia mengikuti Clayton selama sepuluh tahun, dari Wenny yang penakut, menjadi Kak Wenny yang ditakuti semua orang di organisasi.
Baru akhirnya dia berhasil membuka hati Clayton.
Kemudian dia mendengar ucapan Clayton. "Wenny, menikahlah denganku."
Tapi sekarang, Wenny baru tahu.
Semuanya adalah palsu.
Clayton menunggu lama, tapi tidak mendapat jawaban darinya.
Ponsel di samping bantal berbunyi.
Clayton segera menarik tangan, mengambil ponsel itu.
Di ruangan gelap, cahaya layar menerangi wajahnya yang penuh senyum.
Jari-jarinya mengetik cepat di layar.
Rasa hangat di perut Wenny perlahan menghilang.