Bab 2

Mendengar pertanyaan Surya, Adhi pun menggelengkan kepala. "Apa gunanya dirimu? Konsorsium Pelita adalah konsorsium tingkat dunia. Mau mereka ke mana, mereka akan menjadi berita populer. Ini saja kamu nggak tahu, benar-benar nggak berguna." "Dia hanya sampah, apa gunanya memberi tahu dia semua ini." Sang ibu mertua melirik Surya dengan kesal. Ayah mertuanya pun menatapnya marah dan menambahkan, "Selain makan dan tidur, apa lagi yang kamu tahu? Jangan permalukan dirimu di sini!" Surya kesal sampai tertawa. Jika mereka tahu identitas aslinya, entah bagaimana reaksi mereka nantinya. Untung saja dia menyembunyikan identitas aslinya. Jika tidak, dia tidak akan melihat bagaimana sifat asli mereka. Saat ini, beberapa pelayan mulai menghidangkan makanan-makanan lezat di atas meja makan. Tak lama kemudian, Kevin berkata, "Pak Adhi, ayo kita makan." "Ayo." Adhi perlahan berdiri, Maya pun menggandeng Adhi dengan mesra. Mereka berempat duduk bersama mengelilingi meja makan. Surya melihat jam dan berkata, "Sekarang baru jam 10, bukankah terlalu cepat untuk makan siang?" "Kamu nggak tahu apa-apa. Pak Adhi adalah tamu terhormat, kita harus menyambutnya dengan antusias," gerutu Kevin. Dinda juga mencibir dan berkata, "Di meja ini nggak ada tempat untukmu. Kalau kamu mau makan, cari saja di dapur." Maya juga tidak memedulikan harga diri Surya, makin mendekati Adhi dan hampir memeluknya. Surya hanya bisa mencibir di dalam hatinya. Mereka jelas-jelas ingin mempermalukannya. Mereka bermaksud untuk membuatnya tidak bisa lagi menahan malu, sehingga dia akan mengajukan cerai dan keluar dari tempat ini. Awalnya dia berniat untuk pergi tanpa membawa apa pun, tetapi sekarang dia mengubah pikirannya. Akan tetapi, Surya masih ingin menguji mereka untuk terakhir kalinya. Dia pun perlahan berkata, "Aku mengerti maksud kalian. Begini saja, kembalikan 100 miliar yang kuberikan pada kalian, lalu aku akan setuju untuk bercerai. Bagaimana?" "Lelucon apa ini." Mendengar perkataan Surya, Dinda seketika marah dan berkata, "Selama 3 tahun, kamu telah makan, minum dan tinggal bersama keluarga kami dengan gratis. Karena dirimu, anakku harus menikah lagi. Kami bahkan nggak meminta kompensasi darimu, tapi kamu berani meminta uang pada kami?" Kevin pun mencibir dan berkata, "Selama ini, Keluarga Lintang sudah bermurah hati padamu, kamu jangan kelewatan." "Surya, kamu harus tahu diri. Aku dan Pak Adhi adalah pasangan yang cocok. Apakah aku harus mendemonstrasikan apa yang dilakukan suami istri sesungguhnya di depanmu, supaya kamu menyerah?" ucap Maya tak acuh dan tanpa ekspresi. Surya merasa sangat kecewa. Memang, di dunia ini ada hal-hal yang tidak bisa dilihat secara langsung, yaitu matahari dan hati manusia. Kekecewaannya membuat Surya mengubah keputusannya. Sekarang dia tidak lagi terburu-buru untuk bercerai, dia akan mendirikan kerajaan bisnisnya sendiri di Aerovia. Baginya, hal ini sangat mudah. Yang sangat ingin dilihatnya, adalah ekspresi apa yang akan diperlihatkan oleh Keluarga Lintang, serta seperti apa sikap Pak Adhi nantinya. "Nikmati makanan kalian, aku akan pergi istirahat," ucap Surya sebelum berbalik dan naik ke lantai atas. Maya berkata, "Pak Adhi, jangan peduli padanya. Ayo kita makan." Sambil berbicara, Maya mengambil makanan dan menyuapi Adhi. Surya kembali ke kamarnya. Dia tertawa dengan dingin, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menelepon seseorang. Tak lama kemudian, telepon itu terhubung dan terdengar suara seorang wanita. "Bos, akhirnya kamu mengingat kami." Wanita ini adalah mantan petugas intelijen yang bernama Elsa Alsava, seorang peretas genius dan penembak jitu terbaik. Sekarang, dia bekerja sebagai salah satu pejabat tinggi di pusat Konsorsium Pelita yang di luar negeri. "Elsa, apa Konsorsium Pelita sudah masuk ke Kota Juwana?" tanya Surya tanpa basa-basi. "Ya, itulah keputusan orang-orang itu. Kamu pernah memberi tahu bahwa tanggung jawab kami adalah keamanan, bukan operasional." "Baik, beri aku alamatnya. Lalu tolong beri tahu orang yang bertanggung jawab, aku akan segera datang untuk berbicara dengannya. Suruh dia menungguku." "Baik, Bos. Semua informasi akan segera dikirim ke ponselmu, lalu penanggung jawab tersebut juga akan diberi tahu." Setelah menutup telepon, Surya berpikir sebentar sebelum berjalan keluar. Ketika dia melewati ruang tamu, Maya bertanya, "Kamu mau ke mana?" "Aku ada urusan di luar," jawab Surya dengan tak acuh. Maya tertawa, lalu berkata, "Kamu ada urusan? Lucu sekali. Lebih baik cepat kemasi barangmu dan pergi dari sini." Surya hanya tersenyum samar dan tidak berdebat dengan wanita itu. Karena telah mempermalukan dirinya seperti ini, Adhi dan Keluarga Lintang pasti akan mendapatkan balasannya. Tidak ada salahnya membiarkan mereka bersenang-senang sebentar. Tanpa berbicara lagi, Surya meninggalkan Keluarga Lintang. ... Konsorsium Pelita, pusat di Kota Juwana, Provinsi Andaru. Dalam sebuah ruang kantor di lantai teratas, Bu Linda Kaluna merasa gelisah. Barusan, dia diberi tahu oleh kantor pusat luar negeri bahwa pemilik sebenarnya dari Konsorsium Pelita akan datang untuk berbicara dengannya. Hari ini, dia baru saja tahu bahwa konsorsium sebesar dan sekaya ini memiliki pemilik yang tinggal di Kota Juwana. Selain itu, pemilik tersebut ingin berbicara dengannya. Linda adalah seorang lulusan ekonomi bergelar doktor dari sebuah universitas ternama di luar negeri, sehingga dia dapat dikatakan cukup berpengalaman. Ketika terpikir mau menemui seseorang yang begitu hebat, Linda pun merasa gugup. Lagi pula, orang itu adalah bos tingkat dunia. Setelah menerima telepon tersebut, dia segera menginformasikan resepsionis. Linda berkali-kali mengecek pakaiannya, memastikan bahwa tidak ada masalah, lalu menunggu dengan sabar dan gelisah. Di saat yang sama, setelah bertanya pada resepsionis, Surya menaiki lift dan tiba di depan kantor Linda. Sekretaris di pintu segera berdiri. Setelah mengetahui bahwa dia adalah Surya, sekretaris itu pun mengundangnya masuk ke dalam kantor. Linda buru-buru berdiri ketika Surya memasuki kantornya. Namun, wajahnya Linda tampak bingung. Di depannya adalah seorang pemuda berusia 20 tahunan yang cukup tampan. Namun, tidak mungkin pemuda ini adalah pemilik Konsorsium Pelita. Tidak ada orang semuda ini yang dapat memiliki kekayaan begitu besar. "Siapa kamu ...?" tanya Linda dengan hati-hati. "Namaku Surya," jawab pemuda itu. Dia tanpa ragu duduk di atas sofa. Linda sangat terkejut. Ternyata pemuda ini benar-benar orang itu, bagaimana bisa? Linda membawakan pemuda itu teh dengan menahan rasa kagetnya, lalu berdiri di sampingnya dengan sopan. "Halo, Bos." Surya memandang Linda dari atas ke bawah. Wanita ini berusia sekitar 30 tahun, dia cantik dan pintar, juga tampak dewasa dan kompeten. Dengan pakaiannya yang rapi dan sopan, Linda memancarkan pesona seorang wanita dewasa. Tatapan Surya membuat jantung Linda berdegup kencang. Wanita itu hanya berdiri diam dan tidak berani bergerak. Namun tak lama kemudian, Surya mengalihkan pandangannya dan berkata, "Kudengar kamu mau menginvestasi Grup Sukajaya?" Linda segera memikirkan apa ada hal itu atau tidak, lalu menjawab, "Benar, Bos." "Bagus, sekarang aku ada satu permintaan. Dalam seminggu, buat Grup Sukajaya bangkrut. Buat Konsorsium Pelita memiliki kontrol sepenuhnya atas perusahaan itu. Apa kamu bisa melakukannya?" Linda terlihat ragu. Mengambil kontrol Grup Sukajaya adalah hal mudah, karena investasi mereka sudah mendapatkan sebagian besar saham Grup Sukajaya. Akan tetapi, seminggu adalah waktu yang terlalu sedikit. Setelah merenung sebentar, Linda segera berkata, "Baik, Bos. Aku jamin kita bisa melakukannya." Ini adalah pertemuan pertama mereka. Jika Linda mengecewakan bosnya, pemimpin bisnis macam apa dia? Bagaimana dia akan mempertahankan dirinya di Konsorsium Pelita? Surya mengangguk dengan puas. "Bagus, itu saja untuk saat ini. Kelak, akan ada lebih banyak tugas lagi untukmu, jadi kerjakanlah dengan baik. Kamu nggak perlu mengantarku, identitasku harus tetap dirahasiakan." Selesai berbicara, Surya pun berdiri dan pergi. Linda berdiri dengan bingung, tidak berani untuk mengikutinya. Begitu Surya membuka pintu, seorang pria tiba-tiba masuk dan menabraknya. Pria itu mendongak menatap Surya, lalu berkata, "Apa kamu buta? Kamu nggak lihat jalan?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.

Aturan penggunaanKebijakan pribadi