Bab 77
Aku menjaga jarak dengannya. Meskipun aku adalah sekretaris, aku tahu dengan jelas kapan seharusnya ikut campur dan kapan tidak.
Pak Daniel kembali mengalihkan pandangannya kepadaku, lalu melambaikan tangan. "Bu Queny, silakan duduk di sini."
Aku berkedip bingung. "Pak Daniel, ada apa?"
"Saat aku melihatmu, rasanya seperti melihat putriku sendiri. Kamu baru saja lulus kuliah dan mulai bekerja, pasti banyak hal yang belum kamu mengerti. Kalau aku bisa mengajarimu sedikit, kamu pun akan lebih jarang dimarahi."
Sekejap, aku merasa seperti salah dengar.
Baru pertama kali bertemu, Pak Daniel justru dengan baik hati ingin mengajariku?
Mengajarku apa?
Lagi pula, Yudo tidak pernah memarahiku. Dia selalu sabar membimbingku. Jadi, aku sama sekali tidak khawatir akan hal itu.
Aku tersenyum sambil menolak. "Pak Daniel, Pak Yudo orangnya sangat baik. Dia nggak pernah marah-marah."
Mendengar itu, wajah Pak Daniel tampak sedikit canggung. Dia meneguk seteguk teh, lalu tertawa kecil. "Memang benar, Pa

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda