Bab 83
"Aku ... " Aku mendongakkan kepala, cepat-cepat melihat bahu Yudo. Ada bekas gigitan samar, tetapi tidak sampai berdarah. Aku jadi merasa lebih tenang. Kalau tidak, aku benar-benar akan merasa sangat bersalah.
"Aku sudah bilang nggak apa-apa."
"Aku hanya khawatir padamu."
Yudo tersenyum, bibirnya terangkat dengan riang. Wajah tampannya mendekat ke arahku, menatap dengan tajam, senyumnya sangat memesona. "Queny sudah besar, sudah tahu mengkhawatirkan Paman Yudo sekarang."
Mendengar kata-katanya, wajahku semakin memerah. Aku buru-buru memalingkan kepala. "Paman, bukankah tadi bilang mau ajak aku makan enak? Aku lapar ... "
Tawa Yudo terdengar sangat memesona. Dia berbisik lembut, "Baik, Paman akan ajak Queny makan enak."
Saat menuruni tangga, aku melihat deretan karya teknologi. Aku teringat ucapan Pak Daniel bahwa dia tidak akan lagi bekerja sama dengan Yudo. Hatiku tanpa sadar diliputi sedikit rasa kesedihan.
Tanpa Grup Makmur, entah perkembangan Grup Puspita di masa depan akan terhamb

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda