Bab 88
Keesokan paginya, aku bangun lebih awal. Aku mengenakan setelan jas wanita yang dibelikan ibuku, lalu berangkat kerja.
Mungkin karena aku datang lebih pagi, di pintu masuk aku berpapasan dengan Gio dan Fany. Karena diturunkan posisi, mereka harus datang setengah jam lebih awal setiap hari.
Keduanya bergandengan tangan, mesra sekali, penuh kasih sayang. Melihat pemandangan itu, aku langsung teringat semua perbuatan dan ucapan Fany.
Terhadap orang yang tidak dicintainya pun dia bisa berpura-pura seakan begitu tulus. Aku benar-benar kagum.
Sejak aku terlahir kembali, aku langsung merasa mual setiap kali melihat Gio. Aku berharap bisa pergi sejauh mungkin darinya.
"Queny?" Pada saat itu, Weni berlari menghampiriku, menepuk punggungku. "Ternyata benar kamu! Tadi aku hampir nggak mengenalimu!"
Luka di wajah Weni sudah jauh berkurang, meskipun masih agak kemerahan.
Dia menyentuh dagunya, menatapku dari atas sampai bawah. "Kenapa hari ini pakai gaya dewasa seperti ini? Tapi terus terang saja,

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda