Bab 7
Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Edwin lagi.
Pagi itu, aku pergi ke mal untuk membeli sesuatu. Aku seolah mematung di tempat begitu melihat Edwin.
Sudah sebulan sejak kami terakhir bertemu. Aku nyaris tidak mengenalinya lagi.
Jenggotnya berantakan, tubuhnya kurus kering, rambutnya juga sudah penuh uban. Dia terlihat sepuluh tahun lebih tua dari aslinya.
Kedua matanya sudah memerah. Dia mencoba mendekat dan menggenggam erat tanganku. "Winny, aku tahu kamu masih hidup. Aku sudah lama mencarimu. Akhirnya aku menemukanmu."
"Ayo ikut aku pulang, hm?"
Aku menghempaskan tangannya dengan keras, lalu mundur untuk menjaga jarak. "Edwin, kamu kan sudah punya Jenita, kenapa masih saja mengganggu hidupku?"
"Kita ini sudah cerai."
Dia langsung maju dan memohon, "Aku nggak pernah punya wanita lain. Istriku cuma kamu."
Aku tidak bisa menahan tawa mengejek saat mendengarnya. "Kenapa dulu kamu nggak bilang apa-apa waktu tidur sama Jenita?"
"Jenita sedang hamil anakmu. Apa kamu nggak merasa

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda