Bab 299
Satu-satunya yang diinginkan Sandi adalah rumah yang penuh dengan kenangan dirinya bersama mamanya.
Sigit berkata, [Saat pertama kali membeli rumah ini, memang langsung ditulis atas namamu.]
Sandi tidak menyangka akan begitu, tubuhnya kaku seketika, tanpa sadar mengedipkan matanya.
Setiap papanya beli rumah, semua rumah itu atas nama papanya.
Oleh karena itu, sampai perceraian orang tuanya, harta keluarga yang tercatat atas nama mamanya sangat sedikit.
Mamanya pun sudah sangat terluka oleh mereka. Saat itu, mamanya tidak ingin apa pun, selain meninggalkan mereka berdua.
Kalau rumah itu dibeli atas nama Sandi, itu pasti atas permintaan mamanya.
Di saat dia tidak tahu, ternyata mamanya selalu memikirkannya.
Mata Sandi terasa perih. "Terima kasih, Papa."
Setelah menutup telepon, Sandi menatap sopirnya dan berkata, "Kamu boleh tinggal di rumahku, tapi jangan menyentuh barang-barang milik mamaku, bisakah kamu melakukannya?"
Sopir itu mengangguk. "Bisa."
Setelah mendengar jawaban sopir, baru

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda