Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 4

Cinta pertama Steven, Cindy Latif, telah kembali dari luar negeri. Dulu Steven balapan dengan temannya karena Cindy tiba-tiba minta putus dan pergi ke luar negeri. Pria itu pun marah dan melakukan sesuatu yang tidak dia kuasai, akibatnya dia mengalami kebutaan selama tiga tahun. Orang lain tidak tahu, tetapi Wulan tahu dengan jelas bahwa Steven masih mencintai Cindy. Setiap kali Steven demam tinggi dan tidak sadarkan diri, yang diucapkannya adalah nama Cindy. Setelah pesta penyambutan Cindy selesai, Steven menghubungi Wulan untuk menjemputnya pulang. Sebelum berangkat, Wulan sengaja membuat bekas merah di lehernya yang menyerupai bekas cupang. Wulan turun dari mobil, kemudian dia melihat di luar vila Keluarga Latif, Steven sedang menekan Cindy di dinding. Pria itu meraba daun telinga Cindy, yang membuat pipi Cindy memerah karena godaannya. Ketika Cindy mengangkat wajahnya dan hampir menutup matanya, Wulan yang kurang peka segera melangkah maju, memapah Steven yang agak mabuk sambil berkata dengan lembut, "Ayo, waktunya pulang." Steven menoleh, memberikan tatapan penuh makna kepada Wulan, lalu menyandarkan dagunya di atas kepala Wulan dengan manja. "Akhirnya kamu datang." Wulan pura-pura tidak melihat kemarahan yang terpancar dari mata Cindy. Setelah mengangguk ke arah Cindy, Wulan mengangkat rambut panjangnya di belakang dan memindahkannya ke sisi lain, seketika itu juga, terlihat bekas merah yang ambigu di lehernya yang halus. Mata Cindy tiba-tiba menyipit, seolah-olah dia sudah membayangkan adegan panas itu. Amarahnya membara hingga giginya terkatup rapat, dan dia menatap tajam ke arah punggung Wulan tanpa berkedip. Setelah kedua orang itu masuk ke dalam mobil, mobil itu bergoyang keras. Melihat itu, Cindy tidak bisa menahan diri lagi dan mulai berteriak dengan keras. Di dalam mobil, Wulan terlempar ke pintu mobil akibat satu tamparan dari Steven. Karena tamparan yang sangat keras itu, Wulan merasa mulutnya penuh dengan darah. "Wulan, kamu pintar sekali, membuatku terlihat sangat bodoh!" Steven sama sekali tidak peduli dengan darah yang mengalir di sudut bibir Wulan. Pria itu bersandar di sofa kulit sambil melihat bekas merah di leher Wulan dengan tatapan menggoda. "Cindy orangnya pendendam, jadi berhati-hatilah. Kalau sampai terjadi sesuatu padamu, aku nggak bisa membantumu." Wulan menelan darah di mulutnya, kemudian mengangkat kepala dan menatap Steven. "Aku bersedia membantumu mendapatkan cinta Cindy kembali, tapi bisakah kamu mengizinkan aku dan ayahku pergi?" Sambil tersenyum sinis, Steven menatap Wulan, seolah sedang menatap orang bodoh. "Wulan, kamu tahu banyak tentang rahasiaku, mana mungkin aku merelakan kamu pergi begitu saja?" "Tapi, tenang saja, meski ke depannya aku sudah menikah dengan wanita lain, aku akan tetap merawatmu dan ayahmu yang nggak berguna itu." Tidak lama kemudian, ponsel Steven berbunyi. Saat melihat nama yang muncul di layar ponsel, alisnya sedikit terangkat, lalu menjawab dengan nada malas. "Baiklah, aku mengerti." Steven menyuruh sopir menghentikan mobil, menurunkan Wulan, lalu mobil itu langsung berbalik arah dan pergi. Wulan berjalan pulang di bawah sinar bulan, tiba-tiba teringat pada Steven sepuluh tahun yang lalu. Saat itu, Steven adalah siswa yang terkenal tampan, pintar, berasal dari keluarga baik, dan memiliki sifat yang baik serta ceria. Tidak ada satu pun gadis yang tidak menyukainya. Namun, Steven hanya menyukai Wulan, yang selalu mengikutinya ke mana-mana. Wajah polos Steven saat remaja tiba-tiba menjadi samar dalam ingatannya, membuat Wulan mengernyitkan dahi. Sejak kapan Steven mulai berubah? Seharusnya semua orang tahu bahwa Bu Mia dulunya adalah selingkuhan yang akhirnya berhasil naik status menjadi Nyonya Besar keluarga Lesmana. Jadi, bisa dibilang kalau Steven adalah anak di luar nikah. Masalah ini sangat memengaruhi Steven selama bertahun-tahun. Selama beberapa tahun itu, dia menolak menerima kebaikan dari orang-orang di sekitarnya. Akhirnya, ketika dia sembuh, sifatnya menjadi mirip seperti sekarang ini. Kasar, licik, sinis, hidup bersenang-senang! Kemudian, dia jatuh cinta pada Cindy, melupakan Wulan yang pernah dia sukai ... ... Wulan pulang ke rumah. Saat baru sampai di depan gerbang rumah Keluarga Lesmana, dia melihat ayahnya yang sedang mengemudikan mobil ke arah luar. Wulan segera maju untuk menghentikannya. "Ayah, kaki Ayah 'kan lagi sakit, jangan nyetir mobil dulu. Pak Anton di mana? Aku saja yang jemput." Pak Vito menjawab sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, aku akan menyetir pelan-pelan. Sopir lain sedang sibuk, kebetulan aku lagi nggak ada pekerjaan." Wulan masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi Pak Vito melambaikan tangannya. "Aku akan segera pulang, kamu cepatlah masuk." Wulan memandang mobil itu perlahan melaju menjauh dengan wajah cemas. Dia merasa hatinya tidak tenang. Di tengah malam, Wulan terbangun karena mimpi buruk. Dia refleks berdiri dan pergi ke kamar ayahnya, tetapi kamar ayahnya kosong. Saat ini sudah empat jam sejak ayahnya berangkat untuk menjemput Pak Anton. Wulan merasa tidak tenang, jadi dia menghubungi ayahnya. Setelah ketiga kalinya Wulan menghubungi ayahnya, akhirnya ada yang mengangkat telepon. Sebelum sempat berbicara, Wulan mendengar suara orang asing. [Apa Anda adalah keluarga pasien? Pasien mengalami kecelakaan mobil dan sedang dalam perawatan darurat di rumah sakit ... ]

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.