Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2

Lana keluar dari toilet, dan kebetulan bertemu dengan Wendy. Dia panik dan buru-buru menahan pergelangan tangan Lana, "Kak Lana, bagaimana kondisi Hans, dia baik-baik saja, 'kan?" Dengan dingin, Lana menatap murid yang telah dia bimbing selama tiga tahun itu. Siapa sangka, murid itu ternyata mengaku-ngaku sebagai pendonor ginjal dan berhubungan dengan suaminya. Mereka bahkan punya seorang anak! Dulu saat Lana mengalami kecelakaan dalam perjalanan kerja, menyebabkan dia amnesia sebagian, dan lupa beberapa hal. Ternyata, kondisi itu memberi mereka kesempatan. Setelah sadar, Lana menarik tangannya kembali. "Hans adalah anakku, kenapa kamu ikut campur? Apa aku sampai tega menyakiti anakku sendiri?" Wajah Wendy menegang. Dia tidak menyangka Lana yang biasanya ramah akan mempermalukannya di depan umum. "Kak Lana, maksudku bukan begitu." Saat itu, Jodi datang, menatap Wendy sebentar, lalu melihat mata Wendy memerah. "Sayang, Wendy cuma kasih perhatian pada Hans. Kok kamu galak banget?" Melihat suaminya cemas membela Wendy, hati Lana terasa perih. Dia sudah tahu hubungan rahasia mereka. Tetap saja, dia tidak bisa menahan sakit hati. Bagaimanapun, mereka bersama selama sepuluh tahun. Selama sepuluh tahun itu, tidak terhitung hari dan malam yang dihabiskan bersama. Bagaimana mungkin Lana bisa begitu saja melepaskan semuanya. Tangan Lana agak mengepal. "Sebagai dokter magang, dia punya tanggung jawabnya sendiri. Kalau masih buang-buang waktu di sini, jangan salahkan aku saat penilaian nanti, aku nggak akan menoleransi." Rumah sakit tempat Lana bekerja adalah rumah sakit terbaik di Kota Halimun. Penilaian murid magang sangat ketat, dan Wendy sudah berusaha keras untuk bisa masuk. Melihat sikap dingin Lana, bahkan Jodi pun agak terkejut. Biasanya, hubungan Lana dan Wendy bukankah cukup akrab? "Kak Lana, meski kamu meremehkan statusku sebagai murid penerimaan khusus, nggak perlu bersikap begitu padaku, 'kan? Ya, aku murid penerimaan khusus, keluargaku nggak seberuntung kalian, tapi aku juga berusaha. Apa hakmu menolak usahaku seperti ini!" Wendy menggigit bibir, seolah-olah telah dipermalukan berat. Padahal Lana hanya berniat mengingatkan, tetapi dilihat dari luar seolah-olah dia sengaja menyudutkan Wendy. Lana baru akan bicara, perawat dari ruang perawatan tiba-tiba keluar. "Hans sudah sadar!" Hans berumur delapan tahun, dan dibesarkan sendiri oleh Lana. Lana panik dan buru-buru masuk ke ruang perawatan, dan melihat Hans melesat melewatinya dan langsung melompat ke pelukan Wendy. "Mama Wendy, aku kangen banget sama Mama!" Wajah Lana memerah, tangannya terhenti di udara. Dia juga melihat Hans dengan jijik mendorongnya. "Kamu, cepat belikan aku makanan, aku kelaparan!" Jodi mengerutkan kening. "Kenapa bicara seperti itu pada Mama?" "Biasanya Mama menyiapkan makanan lebih awal, beberapa hari ini aku belum makan. Gimana kalau aku mati kelaparan?" Hans sama sekali tidak peduli. Benar. Jodi sibuk bekerja, hanya Lana yang mengurus anak. Setiap hari, setelah menyelesaikan operasi rumit di rumah sakit, setelah pulang, Lana masih harus memasak untuk keluarga. Meskipun dia begitu mencintai rumah tangga ini, apa gunanya? Suaminya, anak yang seharusnya miliknya, tampaknya tidak mencintainya. Hans mungkin sudah tahu. Hubungan darah sulit dipisahkan. Sejak awal, Hans tidak menyukai apa pun yang dilakukan Lana. Kue yang dibuat Lana di hari ulang tahun, dibuang ke tempat sampah. Baju yang dibelikan Lana, dipotong-potong menjadi potongan kecil dengan gunting. Dia mengira karena Hans masih kecil dan belum mengerti, jadi bersikap begitu. Bahkan saat mengetahui kebenarannya, dia masih berpikir Hans tidak bersalah. Setelah merawat anak itu selama bertahun-tahun, dia tetap sulit untuk melepaskannya. Dia ingin membawa Hans pergi bersamanya. Namun faktanya, mereka bertiga justru mempermalukannya. Mereka bertiga mengenakan pakaian keluarga yang serasi, tetapi dia terlalu lelah sehingga baru menyadarinya sekarang. Lana tiba-tiba merasa sangat menyedihkan. Dia berdiri tegak dan berkata, "Kalau kamu begitu menyukai Mama Wendy-mu, biar dia saja yang menyiapkan makanan untukmu." Ini pertama kalinya Lana menolak permintaan Hans. Kenapa dia harus bekerja keras untuk anak orang lain? Sikap Lana tidak menimbulkan reaksi. Jodi mengerutkan kening dan tidak senang, "Kenapa kamu bersikap keras kepala pada anak? Hans beberapa hari ini belum makan, apa kamu nggak bisa masak untuk anakmu sendiri?" Dia melanjutkan, "Sekalian buat agak lebih banyak, Wendy juga belum makan. Dia nggak suka bawang, jangan pakai bawang." Lana tertawa dengan marah, sampai ujung jarinya bergetar. "Kamu bilang aku harus pulang dan masak untuk Hans dan Wendy?" Dia baru saja selesai operasi, tubuhnya lemah. Belum lagi rumahnya lebih dari sepuluh kilometer dari rumah sakit. Lana tidak hanya diminta memasak untuk anak orang lain, tetapi juga untuk selingkuhan suaminya. Bahkan selera Wendy pun diingat dengan jelas! Jodi mengira Lana begitu mencintai rumah tangga ini ... Sehingga Lana rela melakukan apa saja? Sungguh menjijikkan! Jodi sama sekali tidak menyadari betapa absurd permintaan ini, bahkan merasa wajar. "Agak repot sedikit saja. Kamu 'kan gurunya Wendy. Masa masak sekali-sekali saja dipermasalahkan?" Wendy buru-buru menggeleng. "Nggak apa-apa, aku nggak lapar. Kalian makan saja. Kak Lana, jangan marah." "Nggak apa-apa, tadi dia cuma merajuk sedikit. Masak satu kali saja, nggak sampai ... " Lana berteriak keras, "Nggak sampai? Jodi, apa kamu punya hati? Aku baru selesai operasi, kamu suruh aku masak untuk mereka? Jangan mimpi! Kalian boleh makan sesuka kalian, aku nggak akan melayani kalian!" Setelah itu, dia menutup pintu dan pergi.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.