Bab 6
Bu Helen selalu mengingat tanda lahir itu. Tanda lahir itu juga menjadi petunjuk untuk menemukan putri kandungnya.
Setelah 20 tahun lebih berlalu, ini pertama kalinya Bu Helen melihat tanda lahir itu lagi. Meskipun digosok, tanda lahir itu tidak hilang!
Meskipun ada kemarahan dalam diri Bu Helen, dia juga masih menaruh harapan.
"Nona ... Nona Wenny," ucap Bu Helen sambil memaksakan diri untuk tenang. "Maukah kamu melakukan tes DNA?"
Mendengar tawaran Bu Helen, mata Wenny langsung berkaca-kaca.
Wenny menjawab sambil mengangguk, "Aku mau."
Setelah mencabut beberapa helai rambut, Wenny kehilangan minatnya. Dia merapikan penampilannya sendiri. Kesalahpahaman ini terlalu dalam, keinginannya untuk membuktikan dirinya tidak bersalah pun sudah menghilang.
"Bu Helen, aku pamit pulang."
Wenny mengatakan dengan suara pelan. Tanpa memandang ke sekeliling, Wenny berbalik dan pergi.
Saat melewati Yonan, Wenny tidak berhenti.
Namun, Yonan menatap Kayla di sampingnya dengan tajam. Meskipun akting Kayla bagus, Yonan masih bisa melihat senyuman sinis di wajahnya.
Yonan berkata, "Bu Helen, aku yang ajak Wenny ke sini. Kalau begitu, aku juga pamit."
Bu Helen terkejut. Saat mengetahui Pak Yonan yang mengajak Wenny ke sini, pikiran Bu Helen berkecamuk.
Dia teringat dengan perjodohan anaknya dengan putra Keluarga Fanuel.
Jika Wenny adalah putri kandungnya, berarti yang akan menjadi menantu Keluarga Fanuel bukanlah Kayla.
"Pak Yonan, terima kasih sudah mengajaknya ke sini."
Yonan mengiakan, kemudian berbalik dan pergi.
Setelah meninggalkan ruang pesta, Yonan tidak melihat Wenny.
Yonan berpikir dengan cemberut, "Gadis itu kaburnya cepat sekali."
"Awasi Kayla dan pastikan hasil tes DNA nggak dimanipulasi."
Setelah mendengar perintahnya, sang asisten mengerti maksud Pak Yonan. Asistennya segera menjawab, "Baik, Pak Yonan."
Wenny kembali ke salon dengan naik taksi. Si penata rias terkejut saat melihatnya.
Namun, gadis ini adalah kenalan Pak Yonan. Tidak ada yang berani mengacuhkan dia.
"Nona Wenny, apa kamu nggak suka dengan riasan kami?"
Wenny masuk ke ruang ganti, lalu bertanya, "Apa pakaianku masih di dalam?"
"Ya, ada di dalam."
Setelah ganti pakaian, Wenny mengembalikan gaun kepada penata rias.
Penata rias itu langsung berkata, "Nona Wenny, gaun ini sudah dibeli Pak Yonan."
"Gaun ini bukan milikku, tolong kembalikan kepada Pak Yonan. Ini uang ganti untuk pencuciannya."
Wenny memberikan sejumlah uang. Biaya cuci gaun mewah ini pasti mahal. Meskipun dia tidak rela memberikan uang, dia tetap menaruh uang itu di atas meja, lalu pergi.
Setelah dari salon, Wenny melihat uangnya tinggal sedikit. Oleh karena itu, dia menyewa sepeda dan pergi ke rumah sakit.
Saat hampir sampai di kantor direktur rumah sakit, Wenny melihat kepala departemen keluar dari ruangan.
Ketika melihat kedatangan kepala departemen, ekspresi kepala departemen berubah muram.
"Buat apa kamu datang ke sini? Bukankah aku sudah bilang jangan datang ke rumah sakit lagi? Kenapa masih datang?"
Pipi sang kepala departemen pun sampai mengembung saking marahnya, dia lalu berkata lagi, "Wenny, apakah kata-kataku kemarin tidak cukup menyakitkan, sehingga kamu mengira aku bercanda?"
Meskipun Wenny kesal, dia tetap menjawab dengan tenang, "Aku ingin mengajukan permohonan untuk melihat rincian penggunaan obat. Meskipun CCTV rusak, setiap penggunaan obat pasti tercatat dengan rinci, termasuk waktu pengambilan dan bukti pengeluarannya, 'bukan?"
Kepala departemen marah. "Wenny, jangan membuat ulah! Rumah sakit ini bukan tempat untuk main-main. Pergi saja dengan baik-baik!"
"Dokter, aku hanya mau membuktikan bahwa aku nggak bersalah, apa salahnya? Sejak kapan rumah sakit menjadi nggak adil begini?"
"Lancang!"
Setelah itu, kepala departemen berteriak dengan tegas.
Direktur rumah sakit keluar dengan ekspresi dingin, tatapannya jatuh kepada Wenny.
"Kamu ingin keadilan? Apa kamu nggak melihat siapa yang kamu celakai? Pak Ferdy hampir mati karena kamu, apa lagi yang bisa kamu katakan?"
"Rumah sakit nggak mau menyinggung Keluarga Sondika. Wenny, kamu harus dipecat!"
Kata-kata itu mengguncang hati Wenny.
Dia menyeringai dengan sinis. Ternyata rumah sakit takut menyinggung Keluarga Sondika yang bisa memengaruhi reputasi rumah sakit. Pada akhirnya, mereka tega memecat dia.
Dia telah bekerja di rumah sakit selama bertahun-tahun, beberapa kali masuk dalam daftar dokter terbaik. Dia bertanggung jawab, bekerja dalam tiga sif, dan menjaga posisinya dengan baik, serta memiliki hubungan yang baik dengan rekan-rekannya. Namun, dia dipecat dengan cara tidak terhormat.
"Kalau begitu, aku akan menempuh jalur hukum untuk membela nama baikku!"
Setelah itu, Wenny berbalik dan pergi.
Direktur dan kepala departemen rumah sakit saling memandang, kemudian berkata dengan sinis, "Menempuh jalur hukum? Wenny, masih untung Keluarga Sondika nggak menuntutmu!"
Ketika Wenny hendak meninggalkan rumah sakit, dia melihat orang yang dikenalnya.
Dengan wajah dingin, Wenny mengacuhkannya.
Namun, Juan terpesona oleh Wenny yang ada di depannya. Pria itu memperhatikannya dengan saksama untuk memastikan bahwa gadis itu adalah Wenny.
Sejak kapan ... dia jadi secantik ini?
Juan mengenakan jas mewah, menampilkan gaya anak orang kaya.
"Wenny, kenapa? Setelah nggak bekerja di rumah sakit, kamu cari uang dengan menggoda pria?"
Kata-kata Juan membuat Wenny marah. Wenny menatapnya sinis.
"Apa yang kulakukan ada hubungannya denganmu?"
Juan menatap dengan wajah serius. Dia berkata sambil menahan emosi, "Wenny, apa sesusah itu minta maaf padaku? Apa kamu masih belum menyadari posisimu saat ini?"
Wenny berkata, "Nggak ada urusannya denganmu."
Siapa sangka, Juan maju dan mencengkeram dagu Wenny. Kemudian, pria itu mengamati wajah cantik Wenny dengan saksama.
Andai Wenny berpenampilan cantik seperti ini sejak dulu, Juan tidak akan bosan secepat itu.
Bahkan, Juan bersedia pura-pura miskin beberapa tahun lagi.
Juan berkata dengan nada dingin, "Wenny, kalau kamu minta maaf, aku akan membelamu dalam kasus di rumah sakit. Bagaimana?"
Wenny merasa dagunya sakit, jadi dia mundur dan mencoba melawan. Kemudian, dia melihat seorang pria datang.
"Pak Juan, kontraknya sudah disusun ... "
Wenny melihatnya. Ketika melihatnya, Wenny merasa marah.
Wenny tidak bisa menahan rasa muak. Dia berusaha melepaskan diri dari Juan, kemudian berkata sambil menatap dengan emosi, "Juan, kamu pakai trik seperti ini agar aku menyerah? Kamu seberengsek itu, ya?"
Juan terkejut dan berteriak, "Wenny, beraninya kamu memakiku?"
"Jangan berteriak di sini. Bisakah kamu menjauh dariku?
Setelah mengatakannya, Wenny ingin pergi.
Namun, Juan memeluk pinggangnya dengan paksa. Juan menundukkan kepalanya dan hampir mencium bibir Wenny.
"Wenny, aku nggak akan biarkan kamu pergi!"
"Cekrek!"
Ada kilatan cahaya, diikuti dengan suara pria yang mengandung sindiran. "Ckck, Pak Juan suka menindas gadis lemah?"