Bab 8
Wenny menjawab sambil mengangguk dan menekan amarah dalam hatinya, "Aku curiga ada yang sengaja menjadikanku kambing hitam sebagai pelaku yang mengganti obat pasien. Kepala departemen menghalangiku mencari kebenaran, jadi aku meminta bantuan kalian."
Pengacara itu terlihat ketakutan. "Nona Wenny, jujur saja, Anda nggak akan menang melawan Rumah Sakit Yunara seorang diri. Selain itu, kasus ini nggak menguntungkan kami, sebaiknya kamu cari pengacara lain ... "
Mendengar penolakan mereka, Wenny membantah, "Kalian adalah pengacara, seharusnya membela orang yang lemah, 'kan?"
"Tapi kalau kami menerima kasus Anda, akan menghancurkan karier kami. Nona Wenny, kami juga butuh pekerjaan untuk menghidupi keluarga."
Setelah Wenny diminta meninggalkan firma hukum itu, dia mencoba mendatangi beberapa firma hukum lainnya, tetapi semuanya menolak.
Tidak ada yang mau menerima kasusnya. Wenny memegang ponselnya dengan erat.
Wenny yakin ada dalang kuat di balik kasus ini.
Apakah dalangnya adalah Juan?
Demi membuatnya meminta bantuannya seperti seorang pengemis, pria itu tega melakukan ini padanya!
Hujan mulai turun. Ketika tetesan air hujan mengenai wajah, Wenny terkejut dengan rasa dingin. Wenny baru menyadari keadaan sekelilingnya. Dia berjalan menuju halte bus untuk memanggil taksi.
Tanpa sepengetahuannya, ada seseorang yang mengawasinya dari jauh. Orang itu melihat semua yang dia lakukan.
Yonan bersiap untuk pergi dinas. Ketika melewati tempat itu, dia melihat Wenny. Akhirnya, Yonan meminta asistennya untuk menghentikan mobil.
Saat melihat Wenny pergi mencari bantuan pengacara, Yonan tersenyum dan berpikir, "Dia nggak bodoh juga."
Sayangnya, Juan adalah putra Keluarga Sendrata. Pria itu memiliki banyak uang dan sumber daya, sementara Wenny tidak memiliki apa-apa, jadi tidak ada peluang baginya untuk memenangkan kasus ini.
Saat ini, pandangan Yonan tidak bisa lepas dari Wenny. Gadis itu berlindung dari hujan di halte. Pakaiannya basah dan memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah.
Yonan tiba-tiba merasa napasnya menjadi berat. Pria itu menyipitkan mata dan gejolak hatinya terlihat dari tatapan matanya.
Asisten melihat ada yang aneh, sehingga dia bertanya, "Pak Yonan, bagaimana kalau kita bantu Nona Wenny?"
Membantunya?
Kalaupun dia membantu Wenny, gadis itu juga tidak akan menghargainya.
Jadi, buat apa melakukan hal yang sia-sia.
Yonan menjawab dengan wajah tenang, "Nggak perlu, ayo pergi."
"Baik, Pak Yonan."
Di pusat lembaga pemeriksaan, gadis itu berdiri di depan pintu dan sekali lagi dihalangi.
Kayla tidak tahan lagi. Dia melepas kacamata hitam, kemudian dengan gaya arogan, dia berkata, "Kalian nggak tahu aku siapa? Aku adalah putri Keluarga Sondika! Aku mewakili ibuku mengawasi pemeriksaan, apa salahnya?"
Para staf tampak biasa saja, sikap mereka sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda mundur.
"Nona Wenny, saya mengerti perasaan Anda. Tapi, kali ini Bu Helen sudah berpesan agar nggak ada orang yang boleh masuk dan memengaruhi hasil. Kami adalah staf profesional, kami akan memastikan semua prosedur dijalankan dengan benar. Nona Wenny nggak perlu khawatir."
Kayla terlihat tidak senang dan merendahkan suaranya. "Aku adalah putri Bu Helen, masa dia nggak tahu aku datang? Aku tahu kalian para staf sangat berdedikasi, tapi kalian yakin nggak membiarkan aku masuk?"
Dia mendekat tanpa mengeluarkan suara, mengeluarkan selembar cek dari tasnya dan menyerahkannya.
Tidak ada yang bisa menolak angka ini.
Sejauh mana bisa menolak?
Namun, staf itu tidak tergiur dan tetap menghalanginya. "Maaf, Nona Kayla, yang Anda lakukan adalah melanggar aturan. Kami nggak bisa mengizinkan Anda masuk. Di luar sedang hujan dan sudah malam, sebaiknya Anda pulang."
Melihat staf yang tidak bergerak, Kayla menggigit bibirnya, tubuhnya bergetar karena marah.
Dia berbalik dan pergi dengan mengenakan sepatu hak tinggi. Ketika bawahannya melihatnya, dia segera mengangkat payung hitam dan mengejarnya.
"Nona, jangan sampai Anda kehujanan, nanti Bu Helen sedih."
Setelah masuk mobil, Kayla membanting pintu. Kayla menatap tempat pemeriksaan dengan tajam. Dia berpikir, "Kalian melarangku masuk? Oke, aku akan pakai cara lain?"
Ibunya begitu ingin memastikan dengan tes DNA. Dia tidak akan membiarkan ibunya mengakui Wenny sebagai putrinya.
Tidak ada yang boleh menggantikan posisinya!
Kayla teringat sesuatu, kemudian bertanya dengan tatapan suram, "Bagaimana perkembangan kasus rumah sakit?"
"Direktur rumah sakit dan kepala departemen sudah mengatur semuanya. Mereka nggak akan memihak Wenny. Wenny hari ini berusaha keras mencari pengacara, tapi nggak ada satu pun yang mau menerimanya."
Mungkin berita ini satu-satunya yang membuat Kayla senang hari ini.
Kayla tersenyum bahagia sambil berkata dalam hati, "Wenny, memangnya kamu bisa melawanku?"
Meskipun Wenny adalah putri kandung Keluarga Sondika, Kayla tidak mau mundur.
Mereka sudah tertukar sejak awal, biarlah seperti itu seterusnya.
Di sisi lain, setelah Wenny sampai di rumah, dia melihat Juan duduk di sofa rumahnya.
Wenny kehujanan dalam perjalanan pulang dan tubuhnya kedinginan hingga tidak merasakan apa-apa.
Ketika melihat Juan, ekspresi wajah Wenny berubah muram dan matanya memerah karena marah.
"Juan, sampai kapan kamu baru puas menggangguku?"
Juan duduk di sofa dengan tenang. Saat melihat Wenny basah kuyup, Juan makin menyindirnya, "Dasar nggak tahu diri."
Juan berpikir, "Kamu kira bisa sukses dengan mencampakkanku?"
Wenny merasakan sekujur tubuhnya dingin, bahkan jari-jarinya pun terkepal erat.
Ini benar-benar ulah Juan!
Saat ini, Wenny merasakan dingin di sekujur tubuhnya. Kebencian menyelimuti hatinya, bahkan tatapannya dingin!
Emosinya hilang kendali untuk pertama kalinya. Sambil menahan rasa sakit hatinya, Wenny berkata dengan tegas.
"Juan, aku tegaskan lagi bahwa hubungan kita sudah berakhir. Apa yang kamu inginkan, Pak Juan? Jangan lupa, akulah yang mencampakkanmu!"
Setelah mendengar kata-kata Wenny, Juan langsung marah.
"Wenny, aku sudah memberimu kesempatan berkali-kali, kapan kamu mau menghargainya?"
Juan membentak dengan suara keras, ekspresinya muram. Pria itu berdiri di depan Wenny, menatapnya dari atas ke bawah dengan tatapan merendahkan.
"Sekarang kamu pengangguran, kamu bisa apa? Apa kamu mengira kamu bisa menang melawan rumah sakit?"
Juan tertawa sinis. Dia memegang dagu Wenny sambil tertawa.
"Sejujurnya, aku belum bosan pacaran denganmu. Kalau kamu bersedia pacaran denganku, aku akan bantu kamu menyelesaikan masalah dengan rumah sakit, bagaimana? Wenny, transaksi ini sangat menguntungkanmu."
Jari-jari Juan masih di wajahnya. Pria itu menunduk dan ingin mencium Wenny seperti dulu.
Namun, sebelum mendekat, Wenny mendorongnya dengan kuat!
Juan tidak siap, sehingga tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang.
Wenny membuka pintu tanpa ragu dan menghubungi polisi.
"Juan, ini rumah kontrakanku. Sekarang kamu masuk tanpa izin, aku bisa laporkan kamu ke polisi."
Juan berkata dengan marah, "Wenny, kesabaranku ada batasnya."
Juan mengejarnya, tetapi Wenny pergi mengetuk pintu rumah tetangga!
Tetangga sebelah adalah sepasang kekasih yang masih muda. Biasanya, kalau mereka bertengkar, Wenny yang membantu mendamaikan mereka. Sekarang mereka tidak perlu repot-repot mencarinya ke rumah sakit!