Bab 64
Aku terkejut dengan kepekaan Daniel, tetapi aku juga tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Aku hanya bisa mencari alasan.
"Bukan soal keluargaku, tapi salah satu temanku sedang dalam masalah. Dia nggak punya keluarga di dekatnya. Aku khawatir dan ingin menjenguknya," ucapku.
"Teman siapa? Aku kenal?" tanya Daniel.
Sejak kecil aku dan Daniel selalu sekolah di tempat yang sama. Hampir semua temanku pernah dia temui.
Aku buru-buru menggeleng.
"Teman kuliah, kamu nggak kenal," jawabku.
Daniel mengerutkan kening dengan heran.
"Bukannya kamu kuliah di luar negeri?" tanya Daniel.
Aku memaksakan senyum, lalu berusaha meyakinkan.
"Ya, tapi dia juga orang Hamur. Dia baru pulang ke sini belakangan ini, aku belum sempat ketemu," jawabku.
Daniel menyentuh dagunya, tampak berpikir.
"Kalau begitu, gimana kalau kita pulang besok?" ujar Daniel.
Aku langsung berseri-seri dan sontak berdiri.
"Serius? Besok pulang?" seruku.
Daniel tersenyum, menekanku duduk kembali.
"Lihat kamu yang nggak tenang sepert

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda