Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta Salah KirimCinta Salah Kirim
Oleh: Webfic

Bab 4 0825

Posisi humas di perusahaan investasi memang terdengar indah, namun pada kenyataannya semua orang tahu itu hanyalah pekerjaan menemani minum dan menjual senyum. Tak disangka, dalam pandangan Yansen, dirinya disamakan dengan humas. Jangan-jangan dia juga mengira kejadian semalam adalah pengaturan dari Pak Rainer? Kata-kata Yansen membuat wajah Kirana terasa panas terbakar, namun karena ada orang lain juga di tempat itu, dia hanya bisa memaksa diri menelan harga dirinya sementara dan bertahan tanpa beranjak pergi. Dia sangat membutuhkan pekerjaan ini, dia butuh uang untuk membayar biaya pengobatan ibunya. Melihat suasana menjadi kaku, Pak Rainer buru-buru memasang senyum lebar. "Dia memang asisten saya, Pak Yansen salah paham. Saya hanya berpikir, Anda dan Kirana sama-sama dari Kota Jintara, mungkin ada topik pembicaraan yang sama, makanya saya mengajaknya! Kalau Bapak nggak senang, saya akan suruh dia pulang sekarang!" Setelah mengatakan itu, dia memberi isyarat dengan tatapan kepada Kirana, yang langsung berbalik hendak pergi. Barulah Yansen menyela, "Duduklah." Suasana menjadi hening sejenak. "Kirana, nggak dengar ya? Pak Yansen menyuruhmu duduk." Kirana baru saja kembali duduk dengan punggung tegak, sudah langsung mendapat tatapan tajam dari Pak Rainer, yang menyuruhnya menuangkan minum untuk Yansen. Dia menundukkan matanya, mengambil sebotol anggur merah, namun gelas di depannya segera ditahan oleh tangan besar Yansen. "Pak Rainer, kalau ingin bertahan lama di Perusahaan Mahagema, jangan mengandalkan cara-cara licik. Proyek Perusahaan Hanaya sudah aku perhatikan, posisi Mahagema sekarang pasif, segera ajukan permohonan penambahan modal, lakukan yang terbaik untuk menekan kerugian." Ucapan Yansen jelas merupakan ultimatum terakhir bagi Pak Rainer. Alis tebalnya yang berkerut menunjukkan ketidakpuasannya. "Iya, iya, Pak Yansen, kali ini memang kesalahan saya, lain kali saya pasti ... " "Nggak ada lain kali." Dia menarik kembali tangannya yang sedang menahan gelas, mengambil jasnya lalu bangkit dan pergi bersama sekretarisnya, tanpa peduli pada siapa pun. Bahkan tatapannya tidak sekalipun tertuju pada Kirana. Setelah orang itu pergi, barulah Pak Rainer berani meledakkan kemarahannya dan langsung dilampiaskan pada Kirana! "Aku menyuruhmu datang untuk apa? Senyum saja nggak bisa? Pak Yansen datang untuk lihat wajah masammu, ya?" "Pak Rainer, tugas seorang asisten nggak termasuk menemani minum, saya juga nggak pernah dapat pelatihan untuk itu." "Masih berani membantah? Tahu nggak betapa susah payah aku mengatur pertemuan makan malam ini! Biasanya aku mengira kamu cantik dan lumayan cekatan, ternyata nggak berguna! Seharusnya aku langsung pecat saja kamu!" Setelah melampiaskan amarahnya, Pak Rainer menatap tajam pada Kirana, lalu menendang pintu dan pergi. Selama dia bekerja di sini, inilah pengalaman paling memalukan yang pernah dialami Kirana. Dia kira dirinya akan menangis, namun selain rasa perih di sudut mata, tidak ada air mata yang jatuh. Sejak awal masuk ke bidang ini, dia sudah tahu, makin rendah kedudukannya, makin rendah pula kepala harus ditundukkan. Hanya saja, Kirana tidak menyangka Yansen bisa sedingin itu. Dia pikir, setelah malam itu, dan jika Yansen tahu itu memang dirinya, paling tidak pria itu akan menunjukkan sedikit perhatian. Ternyata Kirana salah." Ternyata kabar di luar bahwa dia sangat sulit didekati memang benar. Sambil melangkah dengan sepatu hak menuju kamar hotel, ponselnya berbunyi dalam tas, ada telepon dari Janna. [Kenapa Pak Rainer keluarkan kamu dari grup kerja Tim Tiga? Ada apa dengan kalian?] "Nggak ada apa-apa." [Pasti karena jebakan kecantikanmu itu gagal, ya?] Kadang Janna memang cukup cerdik. [Sudah kuduga cara ini nggak akan berhasil untuk Pak Yansen yang sangat dingin dan sangat menahan diri!] Kirana menekuk bibir, tiba-tiba ingin tertawa. "Dia dingin dan menahan diri?" Orang yang membuat tubuhnya hampir remuk semalam, entahlah siapa. [Aku cuma bilang itu kesan yang dia berikan! Lagi pula, kabarnya Pak Yansen sudah bertahun-tahun menyukai seseorang.] Ucapan Janna yang tanpa maksud justru membuat Kirana teringat pada tato angka di tulang selangkanya. 825 Sekilas tampak jelas itu adalah sebuah tanggal.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.