Bab 16
Dengan tangan gemetar yang nyaris tak mampu menggenggam, Juan meraih ponselnya. Bersandar pada sisa-sisa kesadaran yang hampir lenyap, dia menekan nomor yang sudah tertanam dalam ingatannya.
Nada tunggu dari panggilan internasional terdengar panjang dan menyakitkan di telinga.
Di dalam negeri, waktu menunjukkan dini hari.
Adrian baru saja menyelesaikan sebuah dokumen penting. Dia mengusap pelipisnya yang tegang, bersiap untuk beristirahat.
Ponselnya tiba-tiba berdering. Melihat nomor luar negeri milik Juan, alis Adrian langsung mengernyit, dan rasa jengkel yang tak jelas asalnya menyelinap di hatinya.
Sudah larut begini ...
Dia menggeser layar untuk menjawab. Belum sempat mengucapkan sepatah kata pun, suara Juan yang serak, pecah, dan nyaris gila, langsung meledak dari seberang telepon. Teriakan itu dibalut aroma alkohol yang pekat dan tangisan putus asa.
[Kak ... Kakak!]
Adrian merasakan jantungnya berdegup kencang, dan suaranya langsung berubah serius. "Juan? Kamu kenapa? Kamu terlal

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda