Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3

Pagi ini, Daniel datang bersama kedua orang tuanya. Ayah dan ibuku memasang wajah dingin sambil berdiri di pintu rumah. Di tangan Daniel ada sekotak susu murah, sedangkan kedua orang tuanya sama sekali tidak membawa apa pun. "Ayah, Ibu, aku datang melihat Selly." Aku tidak memberi tahu orang tuaku apa yang Daniel katakan pada malam kejadian itu. Mereka sudah tua. Aku takut mereka sampai sakit karena marah. Melihat Daniel yang tampak mencurigakan, aku cepat-cepat keluar dari kamar. "Bawa pulang susunya. Keluarga kami nggak kekurangan susu yang hampir kadaluwarsa begitu." Bukankah itu susu yang belakangan ini sangat laris di minimarket di bawah rumah baru kami yang harganya tiga puluh ribu per dua kotak? Ibu Daniel langsung marah. "Selly, di antara suami istri nggak boleh menyimpan dendam. Kalian baru menikah tapi sudah ribut begini, memangnya nanti nggak mau menjalani hidup dengan rukun?" Dia mengomel sambil melirikku dengan tatapan jijik. "Lagi pula, meski Daniel nggak bilang, aku juga bisa menebak apa yang terjadi malam itu." "Kalau nggak, mana mungkin kamu yang seorang wanita bisa melawan dua pria besar?" Aku tertawa kesal dan menoleh ke arah Daniel. "Ibumu sembarangan menggonggong di sini, kamu hanya diam saja? Itu sama saja mengatakan kamu pengecut." Daniel terdiam sejenak, lalu menarik lengan baju ibunya. "Ibu, meski terjadi sesuatu pada Selly, aku tetap mencintainya." Akhirnya ayahku tidak tahan lagi. Dia meraih tongkat penggiling adonan yang biasa dipakai dan menghantamnya dengan marah. "Cepat pergi! Pergi jauh-jauh!" Daniel satu keluarga dipukul beberapa kali dan berlari keluar sambil menjerit. Sebelum pergi, dia bahkan tidak lupa membawa sekotak susu yang hampir kadaluwarsa itu. Napas ayahku tersengal karena marah. Aku buru-buru membantunya duduk dan mengelus punggungnya. "Ayah, Ibu, malam itu aku benar-benar nggak dilecehkan mereka." "Aku bahkan sudah menghancurkan alat vital orang itu. Memangnya mereka masih bisa apa lagi?" Ibuku bersorak puas, tapi kemudian wajahnya berubah canggung. "Tapi, Anak, jangan asal ngomong begitu di luar rumah ya." Selama ini aku pikir Daniel hanya pengecut dan egois, seseorang yang mencari keuntungan dari penderitaan orang lain. Kalau kasus pembunuhan di kehidupan sebelumnya tidak terjadi, tentu aku tidak perlu terus terlibat dengannya. Aku langsung mengirimkan surat perjanjian cerai ke rumahnya lewat jasa kurir lokal. Soal rumah pernikahan, akan dicairkan sesuai harga pasar. Untuk hal lainnya, aku malas mengurusnya. Namun siapa sangka, malam itu juga Daniel langsung datang ke rumah. Matanya merah dan menuduhku. "Hanya karena kecelakaan itu, kamu mau bercerai? Kamu kira wanita bekas mudah cari suami baru lagi?" Dia menarik lenganku dan mencoba membawaku pergi. Kebetulan ayah dan ibuku tidak ada di rumah. Aku memegang kusen pintu dengan satu tangan, tapi perbedaan kekuatan terlalu jauh, akhirnya aku tetap ditarik keluar. "Daniel, kalau kamu masih nggak melepaskanku, aku akan telepon polisi." Tetangga mengintip dan bertanya apakah kami sedang bertengkar. Daniel pandai menaklukkan hati orang. Dia tersenyum getir dan berkata kalau aku sedang ribut ingin bercerai dengannya. Tetangga menasihatiku, "Wanita sudah menikah harus belajar bersabar. Bagaimanapun juga, hidup pria yang mencari nafkah buat keluarga juga nggak gampang." Aku tertawa sinis. "Bi Arum, sewaktu paman ketahuan selingkuh, kenapa kamu menyuruhnya berlutut di depan pintu?" Dia terdiam, kemudian memakiku tidak tahu diri, lalu membanting pintu. Daniel menghela napas, seolah sangat tidak berdaya. "Sayang, aku nggak mempermasalahkan kamu pakai mulut buat hal begitu malam itu. Jadi kamu mau ribut apa lagi?" Tatapannya jatuh ke bibirku, penuh rasa jijik. Aku merasa mendengar lelucon paling konyol. Aku melepaskan tangannya dengan kasar. "Kalau bukan karena kamu nggak berguna, memangnya aku perlu turun tangan?" Aku menatap Daniel dengan dingin dan meremehkan. "Daniel, kamu benar-benar pecundang nggak berguna. Cepat pergi jauh dari sini!" Aku memakinya dengan kasar, Daniel malu sambil menunjukku. "Baik! Aku mau lihat kamu mau ribut sampai kapan."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.