Bab 48
Laticia berlutut dan setengah tengkurap di lantai, posisinya jelas tidak bagus untuk dilihat, tapi tubuhnya gemetar menahan sakit sampai tidak bisa berdiri.
Begitu Enzo datang, entah kenapa dia malah merasa sedikit lega. Dengan suara bergetar dia bertanya, "Dokter Enzo, kamu punya obat pereda sakit nggak? Obatku jatuh ke kolong ranjang."
Itu satu-satunya yang tersisa, tapi malah jatuh. Sial sekali.
"Nggak ada."
Suara Enzo dingin dan berat, seperti terganggu karena dia membuat suara dan mengacaukan tidurnya.
Pintu kamar ditutup dengan kencang. Dia ... pergi begitu saja?
Kalau tidak ada ya sudah ....
Laticia mengerutkan alisnya, perlahan miring berbaring di lantai yang dingin. Setiap jeda antara rasa sakit membuatnya bisa bernapas sebentar, tapi detik berikutnya rasa sakit itu kembali menyerang tanpa ampun, seperti mesin penggiling yang sedang menghancurkan perutnya.
Setiap kali gelombang sakit itu datang, bernapas saja rasanya mewah. Hal seperti ini kalau diceritakan kedengarannya sepel

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda