Bab 98
Keputusasaan ini membuatnya berharap dirinya tidak pernah dilahirkan.
Mobil itu melaju cukup lama, perjalanan yang bergelombang membuatnya pusing dan kehilangan arah.
Laticia tidak tahu ke mana dirinya dibawa, yang dirinya tahu hanya petasan yang sudah dinyalakan sepanjang hari, bercampur dengan suara instrumen dari rombongan pertunjukan pedesaan dan berbagai suara tepuk tangan serta siulan, dari sebelum fajar hingga gelap.
Laticia tidak tahan lagi dan bersandar di dinding sambil tertidur.
Tiba-tiba, wajahnya memerah. Laticia membuka matanya ketakutan dan orang di depannya membuatnya merinding.
"Uh ... uh ...."
Mulutnya terlakban, mencegahnya berbicara, tapi secara naluriah menolak.
Di hadapannya berdiri seorang pria jangkung dan kekar, meneteskan air liur. Dia mengisap jari-jarinya, matanya mengamatinya dengan rasa ingin tahu, sesekali menusuk wajahnya dengan jari-jarinya yang berlumuran air liur.
Dia jelas terlihat cacat intelektual, tapi mengenakan bunga merah bertuliskan "Pengantin

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda