Bab 14 Kenapa Ingin Putus
Angel ingin beristirahat dengan baik, tapi begitu berbaring di tempat tidur, pikirannya malah terasa sangat segar meskipun sudah kelelahan hari ini.
Tidak peduli saat membuka atau memejamkan mata, dia akan terus melihat wajah Elbert. Suara pria itu juga terus terngiang-ngiang di dalam telinganya.
"Apakah menurutmu pada malam itu aku melakukannya dengan buruk?"
"Waktu itu tubuhmu terus bergetar."
"Nggak peduli apa yang buat kamu merasa sedih pada malam itu, setidaknya kamu sempat melupakan hal itu saat sedang bersama denganku. Bukankah ini artinya aku pernah membuatmu bahagia?"
Dia bahkan terus memikirkan kata-kata Elbert yang mengatakan jika pria itu pergi ke hotel karena tertarik dengan kecantikannya di dalam benak. Ternyata pria itu juga menganggapnya cantik.
Angel mengerutkan keningnya, lalu membuka matanya dengan marah.
Dia tidak marah dengan Elbert, tapi membenci perasaan tersiksa sampai berpikir dengan sembarangan hanya karena beberapa patah kata.
Jelas-jelas pria itu hanya teman seks-nya, bukan pacar. Kemungkinan besar pria itu memang sedang menyebarkan jaringnya, tapi dia malah memikirkan hubungan ini dengan serius.
Benar-benar menyebalkan.
Saat Angel sedang mengkritik dirinya sendiri, bel pintu tiba-tiba berbunyi. Dia turun dari tempat tidur, lalu melihat Mark setelah membuka pintu.
Meskipun piamanya tidak terbuka, Angel tidak membuka pintunya lebar-lebar. "Kenapa kamu datang ke sini?"
Reaksi ini semakin membuat Mark merasa jika dia sedang menyembunyikan seseorang di dalam rumahnya.
Mark mengangkat kantong di tangannya dengan ekspresi datar. "Ini barangmu."
Angel mengulurkan tangan untuk mengambil kantong yang berisi iPad-nya. "Terima kasih, maaf sudah merepotkanmu."
Terlihat jelas jika dia tidak berniat mengundang Mark masuk ke dalam.
Mark bertanya, "Apakah kamu punya waktu luang untuk bicara sebentar denganku?"
"Nggak punya," jawab Angel.
Nggak peduli apa pun yang ingin dikatakan oleh pria ini, Angel sama sekali tidak ingin membuang-buang waktu pada dirinya.
Ekspresi Mark mendingin. "Ada orang lain di dalam rumahmu?"
Angel tidak tahan dengan sikapnya yang seperti ini, dia berkata, "Aku nggak akan antar kamu keluar."
Raut wajah Mark langsung memasam, dulu Angel selalu bersikap dengan patuh padanya, dari mana dia mendapatkan keberanian sebesar ini? Jangan-jangan Elbert berada di dalam rumahnya?
"Siapa di dalam?" tanya Mark.
Angel mengingatkannya. "Pak Mark, kamu nggak berhak tanya seperti ini berdasarkan hubungan kita saat ini."
Pria itu tiba-tiba mengangkat tangan untuk mencengkeram kusen pintu dan menariknya keluar dengan kuat. Angel bukannya tidak menyangka hal ini, tapi kekuatannya kalah dari pria ini.
Mark berjalan masuk ke dalam sambil menatap setiap sudut, seperti suami sah yang ingin menangkap selingkuhan suaminya.
Rumah yang disewa oleh Angel hanya seluas 30 meter persegi dengan satu kamar tidur dan ruang tamu, semuanya bisa terlihat dengan jelas.
Saat Mark membuka pintu kamar mandi dan melihat bagian dalamnya juga kosong, darah yang mendidih di dalam tubuhnya langsung mendingin.
Sebelum Angel mengatakan apa pun, wajah Mark sudah memerah.
Dia mengira Angel akan meneriakinya dengan marah, tapi ternyata Angel berdiri sejauh dua meter dari Mark dengan tenang. "Kamu mau keluar sendiri atau aku panggil polisi untuk bawa kamu keluar?"
Mark berbalik, lalu menatap wajahnya lekat-lekat. "Kenapa mau putus?"
"Aku sudah bosan," jawab Angel.
Pria itu mengerutkan keningnya.
Angel mendesaknya. "Apakah kamu sudah bisa pergi?"
Alasannya seperti sedang mengusir pengemis, Mark sama sekali tidak bisa menerima hal ini. "Kita bisa putus, tapi jangan anggap aku sebagai orang bodoh."
Kali ini Angel tidak bisa menahan diri untuk tersenyum mengejek.
Jika dilihat dari adegan ini, orang-orang mungkin akan mengira Angel adalah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak berperasaan.
Dia sangat ingin menampar Mark, tapi takut mengotori tangannya. Sama seperti dia ingin Mark keluar dari tempat ini, tapi sama sekali tidak ingin mengungkit Jessica.
Agar tidak mengubah satu pertanyaan menjadi sepanjang tiga halaman.
Angel berkata, "Aku sudah bosan denganmu, kita nggak cocok, hubungan ini ganggu pekerjaanku dan ibuku nggak setuju dengan hubungan ini. Kamu bisa pilih apa pun alasan yang bisa kamu terima."
Mark bisa melihat ekspresi acuh tak acuh dan tidak sabar di wajahnya dengan jelas.
Dia selalu mengira Angel adalah wanita yang patuh, serta juga tidak pernah berpacaran setelah beberapa tahun bekerja di Rumah Sakit Siloma. Angel juga baru pertama kali melakukan hal itu dengannya.
Mark tidak pernah meragukan rasa suka Angel padanya. Selama dia mengaitkan tangan pada Angel, wanita itu pasti akan mengikutinya.
Jelas-jelas hubungan mereka baik-baik saja sebelum ini, kenapa ....
"Apakah karena aku nggak ngaku kalau aku adalah pacarmu saat pasien pria itu melecehkanmu?"