Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3

Padahal kami dulu sudah sepakat bahwa kami boleh saling memeriksa ponsel masing-masing. Bukankah itu dasar dari kepercayaan dalam pernikahan? Tiba-tiba, dia membalikkan badan. Aku terkejut dan buru-buru mengembalikan ponselnya ke tempat semula, lalu cepat-cepat keluar dari kamar. Hatiku campur aduk. Apa mungkin istriku benar-benar berselingkuh? Saat terlintas kemungkinan bahwa pekerjaannya di organisasi donor sperma telah membuatnya melanggar batas, hatiku langsung terasa berat dan diliputi kecurigaan. Demi mencari kebenaran, aku memutuskan untuk menyelidiki langsung organisasi donor sperma tempat istriku bekerja. Aku mulai dengan menelusuri organisasi itu secara daring, dan benar saja, aku menemukan situs resmi mereka. Tampilan websitenya cukup mencolok, bahkan sekilas mengingatkanku pada situs-situs dewasa yang pernah kulihat dulu. Dari situ, aku menemukan tautan ke sebuah grup diskusi online. Grup itu dipenuhi pria-pria yang membicarakan hal-hal berkaitan dengan organisasi tersebut. Saat aku menggulir layar, tiba-tiba mataku tertumbuk pada sebuah avatar yang sangat kukenal. Ya, pria gemuk yang pernah kutemui di depan pintu waktu itu. Yang mengejutkanku, dia memakai foto selfienya sendiri sebagai gambar profil, bahkan dengan gaya yang cukup genit. Melihat itu, aku semakin yakin bahwa orang ini pasti pernah menjalani proses donor sperma. Mungkin aku bisa menggali informasi darinya. Aku pun mengiriminya pesan. Setelah sedikit basa-basi dan pujian untuk mencairkan suasana, akhirnya dia mulai terbuka dan membocorkan beberapa hal. [Bro, organisasi donor ini bukan tempat biasa. Mereka pakai sistem keanggotaan, dan nggak sembarangan orang bisa masuk. Harus ada yang merekomendasikan dulu baru bisa daftar.] [Lalu bagaimana caranya aku bisa masuk? Aku benar-benar ingin mencobanya.] [Tenang saja, aku bisa bantu. Berikan saja nomor ponselmu, nanti aku daftarkan dan kirimkan kode undangan. Dengan itu, kamu bisa melewati sistem keamanan.] Ketika aku menanyakan seperti apa sebenarnya proses donor sperma itu, dia justru menjawab dengan samar. Dia hanya mengatakan bahwa prosesnya bersifat pasif, dan ada seorang staf wanita yang sangat antusias, dengan keterampilan tangan yang sangat terlatih, dan mulut yang lihai. Hatiku langsung tercekat. Jangan-jangan ... staf itu adalah Yunita? Perilakunya belakangan ini memang terasa agak aneh. Aku teringat saat aku tanpa sengaja menemukan sebungkus kondom bekas pakai di dalam tasnya. Perasaan tidak tenang itu semakin kuat. Sudah lama kami tidak berhubungan intim, dan sekalipun kami melakukannya, kami tidak pernah menggunakan merek kondom itu. Semakin kupikirkan, semakin kacau pikiranku. Berbagai dugaan mulai memenuhi kepalaku, menciptakan kegelisahan yang tak kunjung reda. Apakah benar Yunita telah menjalin hubungan dengan pria lain? Aku harus mencari tahu kebenarannya! Dengan tekad bulat, aku memutuskan untuk menyelidikinya sendiri. Aku pun berdandan rapi, memakai wig, dan memastikan penampilanku benar-benar berbeda agar Yunita tidak mengenaliku. Untung saja ada bantuan dari pria gemuk itu, sehingga aku berhasil menyusup ke tempat tersebut. Tempatnya ternyata cukup luas, dengan beberapa ruangan kecil di dalamnya. Namun, hanya di depan ruang nomor 7 tampak antrean panjang, dan banyak pria berdiri berbaris menunggu giliran. Tiba-tiba, aku mendengar seseorang berkata, "Yunita memang luar biasa. Setiap kali ke sini, aku pasti minta ditangani oleh dia." Salah satu pria berwajah mesum bahkan berbicara sambil nyaris meneteskan air liur. Yang lainnya ikut menimpali dengan tawa kotor dan ucapan penuh makna cabul. Nama "Yunita" terus disebut-sebut di antara mereka. Bukankah itu nama istriku? Apa yang sebenarnya sedang terjadi di tempat ini? Aku pernah mendengar rumor bahwa di balik beberapa tempat donor sperma ilegal, sebenarnya tersembunyi praktik-praktik berbau prostitusi. Jangan-jangan ... Kepalaku rasanya ingin meledak. Aku mulai panik, tubuhku bergerak cepat, dan berusaha mendorong kerumunan untuk maju ke depan. Aku harus melihat dengan mata kepalaku sendiri. Namun saat baru saja ingin menyelinap lebih dekat, seorang pria penjaga mendorong bahuku sambil membentak, "Hei, kamu! Antre yang rapi! Setiap orang hanya punya jatah sepuluh menit!" Orang-orang di sekitarku tak memberiku kesempatan. Mereka segera menghentikanku dengan sigap. Petugas keamanan pun datang dan memperingatkanku bahwa jika aku mengacau lagi, aku akan diusir dari tempat itu. Aku merasa seperti orang bodoh, berdiri di antara kerumunan pria itu, sementara dari dalam ruangan terdengar suara desahan yang dalam dan jelas. Suara itu jelas milik Yunita, istriku! Aku mengepalkan tangan dengan erat, dan dadaku terasa panas membara seperti ada api yang siap meledak. Giliranku hampir tiba. Aku berdiri tepat di depan pintu dan mendengar suara Yunita yang menggoda, semakin keras dan cepat, seakan sedang menahan penderitaan yang berat. Kini aku benar-benar tak mampu menahan diri lagi. Tanpa menunggu orang sebelumnya keluar, aku langsung menerobos masuk ke dalam ruangan.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.